Pulang kantor, teman-teman kerjaku mengajakku pulang, kami berjalan beriringan sampai ke tempat parkir. Mereka yang membawa kendaraan, langsung menuju kendaraan masing-masing, sampai tersisa aku dan Rio. Kami memang biasa naik kendaraan umum untuk pergi dan pulang kantor, terkadang ia membawa mobilnya, tapi aku tak
pernah mau diantarkan olehnya. Aku gak mau Nyonya Besar melihat kami dan jadi salah paham.
Seperti biasa, sore itu kami duduk di halte menunggu bus, sebenarnya Rio yang menunggu bus, sedang aku menunggu angkot langgananku.
Rio : “Sore ini cerah ya, seperti kamu.”
Aku sudah terbiasa mendengar gombalan Rio. Sudah 1 tahun belakangan ini dia terus saja mendekatiku, mengajakku pacaran.
Joya : “Rio, kamu gak bosen nggombal terus?”
Rio mengatakan dia akan terus melakukannya sampai aku mau menerimanya.
Joya : “Aku akan menikah, Rio.”
Rio : “Masa? Jangan bohong, aku gak percaya.”
Joya : “Memangnya aku pernah bohong sama kamu? Buat apa coba aku bohong untuk urusan sepenting ini.”
Rio : “Tapi, kamu gak pernah cerita kalau punya pacar, lagian aku sudah nunggu kami 1 tahun, masa kamu tega sama aku.”
Aku tersenyum.
Joya : “Aku kan sudah bilang sama kamu, aku gak mau kamu naruh harapan sama aku. Kita cuma teman dan selamanya cuma teman.”
Rio tertawa.
Boy : “Joya...”
Aku menoleh ketika namaku dipanggil, tampak Boy berdiri di depanku membawa helm.
Joya : “Tu... Boy?”
Boy tersenyum.
Boy : “Aku telat jemput ya?”
Aku tersenyum, menerima helm dari Boy.
Joya : “Kenalin ini Rio, teman kantor. Rio ini Boy, dia calon suamiku.”
Boy mengulurkan tangannya, tapi Rio tetap diam.
Boy : “Halo, kenalkan Boy. Aku calon suami Joya.”
Melihat Rio yang ngambek, Joya merangkul lengan Boy.
Joya : “Rio, aku pulang duluan ya. Ayo, Boy.”
Aku melihat motor matic di depan kami, Boy memakai helm dan mengulurkan tangannya. Aku memakai helm, naik ke boncengan motor sambil berpegangan padanya. Rio tetap memandang kami dengan tatapan gak suka. Boy
menarik tanganku memeluk pinggangnya. Kami mengendarai motor sampai ke belokan di depan yang tidak bisa dilihat Rio, disana sudah menunggumobil Boy dan sopir. Aku sama sekali gak habis pikir dengan apa yang terjadi. Boy menyerahkan helm dan kunci motor ke sopirnya. Ia membuka helm-ku, menyuruhku masuk ke mobil. Kami pulang naik mobil, sepanjang jalan aku terus memandang Boy, ia tahu itu dan hanya tersenyum.
Kami tiba di rumah Nyonya Besar, Boy menghentikan mobilnya di garasi dan memandangku.
Boy : “Kenapa? Heran? Bingung? Gak usah bingung-bingung, pokoknya jalankan saja sandiwara ini dan kau akan terbebas dari si Rio itu.”
Joya : “Bagaimana Tuan tahu tentang Rio?”
Boy memutar beberapa rekaman pembicaraanku dengan Rio.
Joya : “Loh kok bisa? Tuan menguntit saya ya.”
Boy belum mau cerita,
Boy : “Pokoknya kau jalankan saja sandiwara ini, ya. Ikuti saja alurnya.”
Joya : "Tapi Tuan harus cerita dulu, bagaimana Tuan tahu tentang Rio?”
Boy : “Cium dulu...”
Boy menatapku yang masih penasaran, ia mendekatiku yang masih duduk di sampingnya. Boy menunduk mencoba menciumku.
Tiinn!! Suara klakson mengagetkan kami, kakak laki-laki Boy melongok dari mobilnya.
Kakak laki-laki Boy : “Hei, kalian sedang apa? Minggirkan mobilnya.”
Boy menurunkan kaca mobilnya,
Boy : “Kak, aku sudah parkir mentok, parkir di seberang kan bisa. Mengganggu saja.”
Kakak Boy kembali mengebel sambil memundurkan mobilnya masuk ke garasi. Aku tersenyum dan tertawa bersama Boy.
Boy : “Kita lanjutkan nanti malam ya.”
Kami turun dari mobil, masuk ke dalam rumah.
Saat makan malam, Nyonya Besar memanggilku,
Ny. Besar : “Joya, ayo makan bersama kami, duduk di sebelah Boy.”
Aku membungkuk dan duduk di sebelah Boy yang langsung memandangku.
Boy : “Joya, ambilkan nasi, aku mau tempe sedikit, ayam juga, sayurnya bolehlah.”
Aku sibuk melayani Boy di bawah tatapan semua orang. Boy memang makan sendiri, tapi beberapa kali dia minta disuapi potongan ayam dari piringku. Sampai aku melihat di sudut bibirnya ada sambal.
Joya : “Maaf, Tuan, itu ada...”
Aku mengambil tissue makan, mengusap bibirnya, Boy memegang tanganku dan kami saling pandang.
Ny. Putri : “Ehheemm...”
Kami melanjutkan makan sambil senyum-senyum,
Ny. Putri : “Sejak ada Joya, Boy banyak berubah ya. Jadi pangling, hilang sudah Boy yang jutek, galak, egois... Bla, bla, bla...”
Aku menahan tawa mendengar Nyonya Putri terus mengoceh. Sementara semua orang mulai tertawa, Boy terus menatap Nyonya Putri dengan kesal. Terakhir ia melirikku dan tersenyum melihatku menahan tawa.
Setelah membantu bibi membereskan meja makan, aku membawakan air minum ke kamar Nyonya Besar.
Joya : “Permisi, Nyonya Besar, ini air minumnya.”
Nyonya Besar mengucapkan terima kasih dan menyuruhku istirahat. Setelah menutup pintu kamar Nyonya Besar, aku berjalan menuju tangga, tapi seseorang menarik tanganku masuk ke ruang karaoke, menutup pintu kembali.
Joya : “Tuan Boy? Ada yang bisa saya bantu?”
Boy berjalan cepat mendekatiku, ia menangkap tanganku dan memeluk pinggangku.
Boy : “Kenapa tadi kamu tertawa? Senang dengar mb Putri meledekku ya. Hmm...”
Aku hampir kehilangan kata-kata ketika menyadari wajah kami sangat dekat.
Joya : “Saya kan gak ikut ketawa, Tuan. Dikit sich, tapi kan memang Tuan banyak berubah.”
Boy mempererat pelukannya,
Joya : “Apa salah kalau Tuan berubah jadi lebih baik? Maaf kalau saya tertawa sedikit, tapi cara bicara Nyonya Putri membuat saya tidak bisa manahannya.”
Boy : “Benar karena mb Putri?”
Aku mengangguk dan tersenyum.
Joya : “Tuan belum selesai cerita yang tadi di mobil kan. Ayo ceritakan Tuan.”
Boy : “Aku akan cerita kalau kau menciumku.”
Boy sudah duduk di salah satu kursi, ia memberi kode agar aku duduk dipangkuannya.
Joya : “Tapi janji ya cerita yang jujur.”
Melihat Boy mengangguk, aku duduk di pangkuannya, merangkul lehernya. Perlahan aku mencium Boy, ia merespon ciumanku dengan aktif, lidahnya menyapu seluruh bibirku. Saat aku ingin melepaskan ciumanku, Boy memegang tengkukku melanjutkan ciuman kami.
Akhirnya Boy melepaskan aku, wajahku memerah ketika sesuatu yang keras di bawahku, menekan pantatku. Boy mulai menceritakan kalau selama ini ia menyewa detektif swasta untuk mengawasi kegiatanku di luar rumah.
Boy : “Aku hanya memastikan calon istriku baik-baik saja di luar sana. Ternyata aku menemukan sesuatu, calon istriku ini sangat populer di kantornya sampai ada laki-laki lain yang mulai mengejarnya.”
Boy menyentuh daguku gemas.
Joya : “Tapi saya tidak pernah menanggapi dia, karena saya tidak bisa melupakan Tuan.”
Boy : “Ya, aku tahu semuanya Joya. Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa.”
Joya berdiri dari pangkuan Boy,
Joya : “Sekarang saya harus kembali ke kamar. Permisi, Tuan.”
Boy masih memegang tanganku, ia menarikku ke dalam pelukannya lagi. Boy semakin menunduk ingin menciumku lagi, aku tersenyum dan menutup bibirnya dengan tanganku. Boy menyingkirkan tanganku, tapi aku kembali menutup bibirnya,
Joya : “Tuan, mau ngapain lagi?”
Boy mengingkirkan tanganku lagi.
Boy : “Aku mau ciuman lagi, ayo cium.”
Aku menyentuh pinggangnya, Boy kegelian dan langsung melepaskan aku yang segera berlari ke luar ruangan.
Keesokan harinya, Rio membawa mobilnya ke kantor dan ia mencegatku yang akan masuk ke kantor.
Rio : “Joya, nanti pulang kantor aku antar pulang ya, aku bawa mobil kok.”
Aku memandangnya,
Joya : “Kan aku sudah bilang aku gak mau, jangan maksa deh Rio.”
Aku berjalan memasuki lobby dan naik ke ruanganku. Rio yang sudah memarkir mobilnya, kembali mengejarku,
Rio : “Tapi kan lebih enak naik mobil, daripada motor. Panas, debu, kena angin lagi.”
Aku menghentikan langkahku dan menggeleng,
Rio: “Pokoknya aku ngambek nich kalau kamu gak mau kuantar pulang.”
Aku ngloyor pergi dari hadapannya.
Seharian itu Rio terus saja menggangguku,
Joya : “Ya ampun Rio, berhentilah menggangguku, aku sudah bilang nggak. Carilah perempuan lain yang bisa sayang sama kamu, aku akan menikah dan kau sudah lihat calon suamiku.”
Rio mengambil pulpen dari tanganku,
Rio : “Kamu lebih milih dia dari aku, dia cuma punya motor, aku punya mobil, kenapa kamu begitu sich? Kurang apa aku?”
Joya : “Jangan kayak anak kecil dech, ini di kantor.”
Aku heran sendiri kenapa dia gak bisa mengendalikan dirinya.
Pulang kantor, aku berjalan ke halte seperti biasa. Rio mengejarku dengan mobilnya,
Rio : “Joya ayolah naik.”
Joya : “Sudahlah Rio, semua ini sia-sia, aku akan menikah. Okey.”
Aku duduk di halte, Rio memarkir mobilnya dan duduk di sampingku.
Joya : “Mau apa lagi? Kamu kan bisa pulang duluan.”
Rio : “Ayolah, Joya beri aku kesempatan, lihat mobilku daripada motor pacarmu itu.”
Rio memegang tanganku,
Joya : “Rio, aku gak suka kamu pegang-pegang, lepas atau kita gak temenan lagi.”
Aku menarik tanganku dari Rio.
Boy : “Joya...”
Boy datang lagi dengan motornya. Glaarr!! Tiba-tiba hujan turun deras,
Rio : “Tuch kan hujan, Joya ayo aku antar pulang, daripada kamu basah-basahan naik motor sama dia.”
Aku memandang Boy,
Boy : “Tak apa kalau kamu mau ikut dia.”
Aku jelas gak mau, Boy menghidupkan motornya, bajunya sudah basah sebagian. Aku mengambil helm dari Boy, memakainya, dan naik ke boncengan motor. Rio menendang bangku halte, dan kesakitan sendiri.
Kami bertukar kendaraan di tempat biasanya,
Boy : “Maaf ya, kamu jadi basah gini.”
Aku tersenyum.
Joya : “Tuan juga basah, mobilnya juga.”
Boy memandangku,
Boy : “Kalau aku cuma punya motor itu, apa kamu tetap mau menikah denganku?”
Joya : “Kalau Nyonya Besar meminta saya menikah dengan orang lain yang bahkan tak punya apa-apa, akan saya lakukan Tuan. Meskipun saya mencintai Tuan...”
Aku terkejut sendiri dengan kata-kataku, langsung memandang keluar jendela. Boy menarik daguku hingga menghadap padanya,
Boy : “Jadi kesayangan ibu sekarang sudah jatuh cinta. Hmm...”
Boy mendekat, aku memejamkan mata dengan ekspresi wajah takut, ia hanya mencium keningku dan menjalankan mobil menuju ke arah yang berbeda dari biasanya.
Joya: “Kita mau kemana, Tuan?”
Boy : “Apartmentku. Aku masi punya pekerjaan penting untuk besok. Kau temani aku ya.”
Aku hanya mengangguk.
-------
Terima kasih sudah membaca novel author dan dukungan untuk author.
Jangan lupa like, fav, komen, kritik dan saran para reader sangat ditunggu author.
Baca juga novel author yang lain dengan judul “Perempuan IDOL”, “Jebakan Cinta” dan “Duren Manis” dengan cerita yang gak kalah seru.
Please vote poin buat karya author ya...
Makasi banyak...
-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Rasni 01
ceritamuantap KK......love you😘
2020-12-30
0
Alex Seubelan
saya senang membaca novel ini ceriteranya bagus, mantap👍👍
2020-11-15
0
chandra opick
xo xuittt dechh
2020-08-24
0