Usai makan malam, aku membereskan meja makan dan mencuci piring. Setelah mematikan lampu dapur, Nyonya Besar memanggilku ke dalam kamarnya.
Ny. Besar : “Joya, ibu mau tanya sesuatu yang agak pribadi. Apa Joya sudah punya pacar?”
Aku menggeleng.
Joya : “Saya belum memikirkan untuk pacaran, Nyonya Besar. Saat ini tujuan utama saya hanya lulus dan bekerja secepatnya.”
Nyonya Besar tersenyum.
Ny. Besar : “Kalau begitu, bisakah ibu minta janjimu?”
Joya menjawab dengan mantap,
Joya : “Saya berjanji, Nyonya Besar.”
Nyonya Besar tersenyum, mengelus pipi Joya.
Ny. Besar : “Kau bahkan belum mendengar janji yang kuminta.”
Aku tersenyum.
Joya : “Saya bahkan sanggup menyerahkan hidup saya untuk Nyonya. Ini tidak sebanding dengan apa yang sudah Nyonya berikan untuk hidup saya.”
Nyonya Besar mengelus rambutku.
Boy ada di dekat sana sedang sembunyi sambil tersenyum melihat interaksiku dan Nyonya Besar.
Ny. Besar : “Ibu hanya ingin kau berjanji untuk selalu membawa kebahagiaan di rumah ini, pada ibu juga.”
Aku mengangguk dan kembali mengucapkan janjiku. Nyonya Besar tersenyum bahagia,
Ny. Besar : “Ya sudah sana istirahat. Besok kuliah kan?”
Aku mengangguk dan permisi kembali ke kamar. Tapi sebelum itu aku mampir ke dapur untuk minum air putih. Saat itu Boy masuk ke dapur dan langsung membuka kulkas.
Joya : “Tuan... Belum tidur?”
Boy mengambil sebotol susu dari kulkas. Ia menyambar gelas kosong di tanganku dan menuangkan susu.
Joya : “Tuan, biar saya ambilkan gelas lain. Itu bekas saya.”
Boy mengangkat gelas itu, memperhatikan sesuatu, ia memutar gelas dan mulai minum sambil menatapku. Saat itu aku sadar kalau cap bibirku ada di gelas itu. Refleks aku menutup bibirku dengan tangan dan berbalik.
Kurasakan seseorang berdiri di belakangku. Boy menyodorkan gelas kosong lewat pundakku. Aku mengambilnya dan mencucinya di tempat cuci piring yang ada didepanku. Ketika aku berbalik, aku kira Boy sudah pergi dari sana. Tapi belum, akibatnya aku menabrak dadanya.
Joya : “Aduch! Maaf, Tuan.”
Itu dada apa batu, keras sekali. Aku meringis memegang hidungku, Boy langsung memegang lenganku dan memandangku. Kami bertatapan lama sampai,
Boy : “Gimana rasanya ya?”
Boy menggumamkan sesuatu. Aku melihat Boy menatap bibirku dengan gelagat yang aneh, aku langsung memalingkan wajahku. Boy terus mengikuti arah wajahku berpaling sampai hidungnya hampir menempel di pipiku.
Deg! Tangan Boy menarik daguku agar menghadap padanya. Saat ia mendekat lagi, aku menghindar dan berlari masuk ke kamarku dan menutup pintu.
Joya : “Hufh...”
Aku berusaha menenangkan jantungku yang jumpalitan.
Malam itu aku hampir tak bisa tidur. Kejadian di dapur tadi membuatku tak bisa percaya. Apa yang terjadi? Kenapa Boy melakukan itu? Aku memejamkan mata dan bayangan Boy yang sangat dekat muncul lagi.
..Boy pov..
Boy tersenyum melihat Joya berlari menjauh. Ia teringat kata-kata ibunya kemarin sore ketika Boy meminta ijin untuk mendekati Joya. Akhirnya Boy mau membuka hatinya untuk Joya, ia mengharapkan Joya akan membalas perasaannya juga.
Boy : “Ibu, untuk apa aku harus repot mencari istri yang sesuai dengan kriteriaku, kalau orangnya jelas-jelas di depan mata.”
Nyonya Besar terlihat tenang.
Boy : “Masa ibu tidak tahu, Joya, bu. Kami memang baru saja ketemu, tapi dia mengenal ibu lebih baik dari aku. Apalagi yang aku cari? Ibu tahu sendiri selama ini aku kerja keras mempertahankan perusahaan kita, warisan ayah. Aku ingin Joya jadi istriku. Itu saja dan ibu bisa membantuku.”
Nyonya Besar melihat keluar jendela kamarnya. Saat itu aku sedang bermain dengan cucu-cucu Nyonya Besar. Mereka mengajakku bermain air di taman depan.
Boy : “Apa ibu keberatan dengan status Joya? Seorang anak pembantu. Tapi kualitas dan skill-nya pada bisnis, benar-benar bisa bersaing dengan tingkat manajer. Aku sudah melihatnya sendiri.”
Nyonya Besar menggeleng,
Ny. Besar : “Bukan itu. Ibu tidak masalah dengan status Joya. Hanya saja ibu ingin tahu, sejak kapan kamu menyukai Joya? Ibu bukannya tidak memperhatikan, apa sejak kamu mencicipi spageti buatannya?”
Boy tersenyum dan mengangguk.
Boy : “Aku kira hanya kebetulan saja. Tapi ketika kucoba untuk kedua kalinya, aku mulai menyukainya.”
Boy ikut memandang keluar jendela. Sebagian bajuku sudah basah, membuatnya agak transparan.
Boy : “Jadi, ibu setuju?”
Nyonya Besar mengangguk.
Ny. Besar : “Lakukan saja apa yang kamu bisa, Boy. Ibu setuju saja. Tapi ingat, jangan terlalu memaksa. Ibu gak mau Joya terluka apalagi sampai sedih, ok.”
Boy mengangguk. Ia berlari ke bawah menuju taman depan.
..Boy pov end..
-------
Sore sebelum makan malam, aku sedang mengejar salah satu ponakan Boy di antara selang air yang sedang memancarkan air mancur. Anak-anak itu gesit sekali.
Fokusku hanya kepada mereka, sehingga aku gak sadar kalau Boy memasuki areal permainan. Tepat saat aku hampir menangkap salah satu ponakannya, anak itu menghindar dan aku menabrak Boy yang langsung memelukku.
Aku tertawa tanpa sadar kalau Boy memelukku. Saat aku melihat anak-anak lain berdiri di depanku sambil senyum-senyum, aku baru sadar kalau Boy masih memelukku. Aku melepaskan pelukan Boy dan mulai berjalan mundur sambil menunduk.
Joya : “Ma... Maaf, Tuan. Saya tidak sengaja.”
Ponakan Boy masih menggangguku. Mereka kompak mendorongku ke dekat Boy lagi.
Joya : “Eh, Tuan Muda. Jangan...”
Boy memegang lenganku ketika aku sampai di depannya. Saat itu beberapa anak menyiram kami dengan selang air. Aku gak bisa menghindar karena Boy masih memegang lenganku.
Boy menjadikan aku tameng air, sambil ia berusaha menangkap ponakannya. Beberapa kali Boy memeluk pinggangku. Kami kompak menangkap salah satu ponakan Boy dan menggendongnya.
Ny. Lastri : “Ayo, anak-anak. Sudah cukup main airnya. Lihat tuch Om Boy dan Joya sudah basah. Ayo mandi.”
Kakak perempuan Boy memanggil anak dan ponakannya. Aku memandang Boy dan menyadari ia memandang bajuku yang basah. Aku membungkuk sebentar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Tapi sebelumnya aku melihat ke arah Boy yang ternyata masih memandangku. Ia tersenyum dan berjalan mengikutiku masuk.
--------
Kembali ke dapur – Boy mematikan lampu dapur dan kembali ke kamarnya. Besok akan jadi hari yang panjang untuk Joya.
-------
Terima kasih sudah membaca novel author dan dukungan untuk author.
Jangan lupa like, fav, komen, kritik dan saran para reader sangat ditunggu author.
Baca juga novel author yang lain dengan judul “Perempuan IDOL”, “Jebakan Cinta” dan “Duren Manis” dengan cerita yang gak kalah seru.
Please vote poin buat karya author ya...
Makasi banyak...
-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Rasni 01
aku suka karyamu Thor 👍🏼👍🏻👍🏻🥰🥰🥰💖🌹 semangat Author.......
2020-12-30
0
Radin Zakiyah Musbich
keren thor... ❤️❤️❤️
🦊ijin promo ya🦊
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama.... 🦊
ku tunggu feed back nya ya 🙏🙏🙏😁
2020-10-01
0
Accunk Dg Nuju
suka Thor lanjut
2020-09-13
0