Aku menggeliat sebentar, membuka mataku yang masih terasa perih. Sepertinya sudah pagi, tapi kenapa gelap sekali. Sepertinya aku salah kamar, ini dimana? Aku mencoba mengingat semalam, apa yang terjadi.
Seingatku aku duduk di sofa menonton slide fotoku di TV Boy. Tapi sekarang aku terbangun di atas tempat tidur Boy.
Joya : “Hah...?!”
Aku kaget sendiri mendengar suaraku, refleks terbangun. Tanganku meraba baju dan celanaku, syukurlah gak ada yang lepas.
Tanpa melihat ke samping, aku membuka selimut dan turun dari tempat tidur. Langkahku terhenti saat pintu kamar Boy terbuka, Nyonya Besar masuk.
Saking kagetnya, aku hanya diam mematung. Wajahku terasa panas sekali, tubuhku gemetar. Aku benar-benar gak tahu apa yang terjadi, apa yang harus kulakukan.
Ny. Besar : “Joya? Boy! Kalian...”
Boy yang masih tidur, kaget dan langsung bangun. Ia menggaruk kepalanya sambil memicingkan matanya.
Boy : “Ibu? Kenapa teriak sich?”
Boy melihat tubuhnya yang telanjang dada dengan celana pendek saja. Ia menatapku dan Nyonya Besar kemudian bangkit dari tempat tidurnya.
Ny. Besar : “Boy, kamu gak... Joya...”
Boy berdiri di sampingku, memeluk pundakku yang tetap diam sambil bersandar sedikit, sepertinya dia masih ngantuk.
Boy : “Semalam... sangat hebat. Pinggangku sampai sakit.”
Aku memejamkan mata, mulai menangis. Boy tersenyum jahil mendengar suara tangisanku. Sebelum tangisanku tambah keras, Boy membalik tubuhku dan memelukku.
Boy : “Aku bercanda, hei Joya, jangan nangis dong. Aku gak ngapa-ngapain kamu. Sorry.”
Nyonya Besar mencubit lengan Boy yang langsung berteriak kesakitan.
Boy : “Aduh! Bu, ampun. Aku gak akan berani nglakuin hal kayak gitu, apalagi ibu gak ada di rumah.”
Boy menceritakan kejadian malam sebelumnya. Ia terbangun, melihatku tertidur di sofa. Boy mematikan TV, mengangkatku ke tempat tidur. Setelah itu ia tidur disampingku.
Boy : “Itu aja, gak kurang gak lebih.”
Aku merasa lega, sadar kalau Boy masih memelukku,
Joya : “Tuan...”
Boy memandangku dan langsung melepas pelukannya.
Boy : “Sorry, keenakan...”
Aku menunduk sambil mengusap air mataku.
Ny. Besar : “Joya, kamu baik-baik saja kan?”
Nyonya Besar mengusap kepalaku. Aku tersenyum padanya.
Joya : “Iya Nyonya Besar.”
Nyonya Besar melepas ikat rambutku, membuat rambut panjangku terurai. Ia merapikan rambutku, membuatku senang sekali. Boy kembali terpana melihat senyumanku.
Ny. Besar : “Sekarang kembali ke kamarmu ya, sepertinya sudah siang. Kamu ada kuliah?”
Aku menggeleng,
Joya : “Saya masih libur, Nyonya Besar. Saya ke bawah dulu, Nyonya, Tuan.”
Aku membungkuk sebentar, dan keluar kamar Boy.
-------
Sepeninggal Joya, Nyonya Besar masih mengobrol dengan Boy.
Ny. Besar : “Sudah sampai mana hubungan kalian? Apa benar tidak terjadi sesuatu kemarin?”
Nyonya Besar duduk di sofa kamar Boy, sementara Boy memakai lagi piyamanya.
Boy : “Joya benar-benar peduli pada ibu, apapun yang Boy lakukan kemarin dia sempat melawan, tapi waktu ibu menelponnya, dia langsung mengabaikan Boy. Joya fokus mendengarkan ibu, tidak peduli kalau tubuhnya...”
Boy menghentikan ucapannya, menatap ibunya yang melotot padanya.
Ny. Besar : “Apa yang kau lakukan pada Joya? Anak nakal!”
Nyonya Besar menjewer telinga Boy,
Boy : “Ampun bu, Boy gak bisa tahan... Boy cuma... cuma...”
Wajah Boy memerah, ia membayangkan kejadian kemarin saat mereka ‘bermesraan’ diatas tempat tidur. Kepingan wajah, bagian tubuh, dan suara desahan Joya, membuat Boy junior mulai tegang.
Ny. Besar : “Boy, apa yang kau pikirkan. Jangan mikir jorok, wajahmu kenapa bisa merah begitu.”
Nyonya Besar mencubit perut Boy.
Ny. Besar : “Pergi mandi sana, sarapan. Kamu gak ke kantor?”
Boy menggeleng.
Boy : “Boy masih betah mengganggu Joya, bu.”
Ny. Besar : “Kau ini sedang puber ya, lama gak dekat dengan wanita, gini dah jadinya. Sekalinya dikasi perawan, kau tidak bisa menahan dirimu. Jangan buat Joya menangis, awas aja.”
Nyonya Besar kembali mengancam Boy.
Boy : “Bu, Boy ini anak kandung ibu, kenapa gak bantu Boy sich.”
Nyonya Besar berpikir sejenak, sebelum meninggalkan Boy yang masih merajuk, lupa umur.
Boy mandi dengan cepat, ia ingin melihat kegiatan Joya dibawah, sebelum asistennya mengirimkan berkas lagi ke e-mailnya. Joya sedang membersihkan meja makan saat Boy turun.
Boy : “Joya, aku mau sarapan.”
Joya mengangguk dan membawakan sarapan untuk Boy. Sesekali mereka saling menatap, membuat Joya salah tingkah.
Boy : “Joya, kau tidak belajar? Bukannya mau ujian ya.”
Joya : “Nanti saja, Tuan. Tuan sudah selesai makan? Saya bereskan mejanya ya.”
Boy terus menatap Joya yang mulai merasa tidak nyaman. Setelah mencuci piring, Joya berbalik badan sambil mengeringkan tangannya.
Joya : “Aduh!”
Joya menabrak Boy yang sengaja berdiri di belakangnya.
Joya : “Tuan, mau apa?"
Boy menahan Joya dengan kedua tangannya bersandar pada bak cuci piring. Mereka bertatapan lama, sampai Nyonya Besar memanggil Joya.
Aku bingung dengan kelakuan Boy kali ini.
Joya : “Sebentar Nyonya Besar. Tuan, Nyonya Besar memanggil saya. Permisi sebentar, Tuan.”
Aku sedikit mendorong tubuh Boy agar bisa bebas darinya, tapi Boy tetap menahan tanganku. Akhirnya aku melongok dari balik dapur dan bicara dengan Nyonya Besar, sementara Boy bersembunyi di belakangku.
Joya : “Iya, Nyonya saya sedang mencuci piring. Ada yang bisa saya bantu?”
Nyonya Besar mengernyitkan keningnya melihatku yang seperti sedang menarik sesuatu. Boy tidak mau melepaskan tanganku. Bibi pembantu melihat hal itu, ia memutar berjalan masuk ke dapur dan memergoki Boy sedang memegang tanganku dari balik lemari. Bibi pembantu dengan cepat kembali ke samping Nyonya Besar, membisikkan sesuatu.
Ny. Besar : “Joya, tolong buatkan ibu teh ya. Ibu tunggu di kamar. Cepat ya Joya.”
Joya : “Oh iya, Nyonya Besar.”
Nyonya Besar berjalan menuju kamarnya, sementara bibi pembantu mendekatiku.
Bibi pembantu : “Joya ada apa?”
Boy dengan cepat melepaskan tanganku, berjalan memutar dapur dan tiba-tiba sudah berdiri di belakang bibi pembantu, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Aku tidak bisa berkata apa-apa, cuma bisa balik badan, membuat teh untuk Nyonya Besar.
-------
Terima kasih sudah membaca novel author dan dukungan untuk author.
Jangan lupa like, fav, komen, kritik dan saran para reader sangat ditunggu author.
Baca juga novel author yang lain dengan judul “Perempuan IDOL”, “Jebakan Cinta” dan “Duren Manis” dengan cerita yang gak kalah seru.
Please vote poin buat karya author ya...
Makasi banyak...
-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Rasni 01
AQ favorit kan semua karyamu Thor......
2020-12-30
0
SyakinaKhais
ihhh mas boy nackal deh.... wkwkwkwkwkw
seru thor. ini yg ke 2 kali nya sy ngulang ke part awal. senyum2 mulu aq baca nya.😍
2020-12-15
0
Radin Zakiyah Musbich
uwuw.... keren... ❤️
aq mampir...
jgn lupa jg mampir dikaryaku dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🍰🍰🍰
ku tunggu jejaknya ya 🍰🍰🍰
2020-10-10
0