Aku libur kuliah karena tanggal merah dan dua hari kemudian aku mulai ujian semester. Nyonya Besar memintaku menjaga rumah sementara ia pergi ke klinik terapi bersama bibi dan sopir.
Aku tidak keberatan menjaga rumah, hanya saja Boy secara kebetulan juga tidak berangkat ke kantor. Ia sedang berenang di kolam renang dan memintaku membuatkan sarapan dan kopi.
Aku membawakan nasi goreng dengan telur mata sapi, air putih dan kopi ke kolam renang. Baru saja aku mau kabur Boy memanggilku,
Boy : “Joya, tolong kesini sebentar.”
Aku mendekat ke kolam renang.
Boy : “Tolong oleskan sun block ke punggungku. Aku gak mau terbakar matahari.”
Padahal itu baru jam 9 pagi. Memangnya dia mau berenang sampai sore. Aku mulai mengoleskan sun block ke punggung Boy.
Joya : “Sudah, Tuan.”
Boy : “Sekarang bagian depan juga. Jangan lupa tanganku ya.”
Aku mengikuti perintahnya. Boy berbalik dan menatapku lama. Ketika sudah selesai, aku menaruh sun block di meja.
Joya : “Sudah, Tuan. Saya ke dapur dulu.”
Tapi tanganku tertahan sesuatu. Ketika kulihat, gelang yang biasa kupakai tersangkut di jam tangan Boy. Bahkan dia berenang memakai jam tangan. Aku duduk lagi mencoba melepaskan kedua benda itu. Setelah lepas, giliran Boy yang menarik tanganku.
Joya : “Ada apa lagi, Tuan?”
Ia tersenyum.
Boy : “Gak ada. Sudah sana.”
Aku bergegas kembali ke dapur untuk menyiapkan makan siang. Baru saja aku memotong sayur, suara Boy mengagetkan aku.
Boy : “Joya!”
Astaga.
Joya : “Ya, Tuan. Sebentar.”
Aku menghampirinya di kolam renang. Boy sedang berbaring di pinggir kolam hanya
memakai celana renang.
Boy : “Ambilkan HP-ku. Sepertinya di kamar.”
Joya : “Baik, Tuan.”
Aku naik ke lantai 2, masuk ke kamar Boy. Kucari di semua meja yang ada di kamar itu, tapi gak ada. Di kamar mandi, gak ada. Di samping TV, gak ada.
Akhirnya aku mengambil HP dan menelpon Boy. Terdengar suara getar HP. Aku melihat ke kolong tempat tidur, gak ada. Sepertinya getar itu ada diatas tempat tidur.
Aku naik ke tempat tidur Boy, merogoh ke bawah bantal. Tanganku meraih sesuatu , ada remote TV, remote AC, sebuah kotak kecil, sampai HP itu kudapatkan.
Boy : “Sudah ketemu?”
Deg. Aku terdiam dalam posisi setengah terlentang di atas tempat tidur Boy.
Joya : “Sudah, Tuan. Ini.”
Aku menyerahkan HP Boy dan duduk. Saat itu tubuh Boy sangat dekat denganku. Perlahan aku menggeser dudukku. Tapi Boy terus menghalangiku untuk turun dari tempat tidurnya.
Joya : “Tuan, saya mau turun. Permisi.”
Melihat tak ada jalan dari sisi ini, aku berbalik hendak turun dari sisi yang satunya. Tapi Boy
menarik tanganku dengan cepat,
Joya : “Aduch, sakit Tuan...”
Aku merasakan nafas Boy sudah sampai di leherku. Aku cepat berbalik, mendorongnya. Boy menatapku yang turun dari tempat tidurnya dan langsung lari ke pintu keluar. Tapi pintunya terkunci, kenapa gak bisa dibuka sich? Saat mendesak begini lagi, aku harus apa?.
Boy : “Pintunya gak bisa dibuka ya?”
Aku terdiam dan berbalik lagi. Kulihat Boy berjalan mendekatiku, masih dengan celana renangnya.
Joya : “Tuan, sebaiknya Tuan mandi dulu. Nanti bisa masuk angin loh.”
Aku mencoba mengalihkan perhatian Boy yang terus berjalan mendekatiku. Berharap Boy akan membantu membukakan pintunya, aku bergeser dari pintu dan bersandar ke dinding.
Tapi aku salah, Boy meraih tangan kiriku dan menggenggamnya erat. Aku mencoba melepasnya, tapi Boy meraih pinggangku. Tangan kananku refleks memegang pundaknya.
Kami bertatapan sampai suara HP Boy mengagetkan kami.
Joya : “Tuan, ada telpon.”
Aku bernafas lega, Boy melihat HP-nya dan tersenyum. Boy menarikku ke tempat tidurnya dan menahanku disana, sambil menjawab telponnya.
Percakapan Boy dan ibunya,
Boy : “Ya bu? Boy lagi di kamar."
Ny. Besar : "Boy, apa Joya ada didekatmu?"
Boy : "Joya? Ada, tapi dia lagi sibuk. Ibu mau bicara? Telpon saja ke HP-nya ya.”
Ny. Besar : "Oh ya sudah."
Boy menutup telponnya. Aku menutup mulutku dengan tangan berharap Boy tidak bilang apa-apa kalau saat ini aku sedang berada di bawah tubuhnya dan bukan di dapur. Kring, Kring... Giliran HP-ku yang berbunyi,
Joya : “Iya, halo... Iya, Nyonya Besar. Ada yang bisa... saya bantu?”
Boy sama sekali tidak membiarkan aku menjawab telpon dengan tenang. Ia memelukku sambil membenamkan wajahnya ke leherku. Tangannya bahkan dengan berani menyusup masuk ke dalam kemejaku, meraba perut dan punggungku. Aku sama sekali gak bisa konsentrasi mendengarkan kata-kata Nyonya Besar.
Joya : “Iy, Iya Nyonya... Besar! Baik...”
Nyonya Besar agak curiga dengan nada suaraku.
Joya : ”Saya?... Saya sedang di kamar... mandi, Nyonya Besar... Iya.”
Nyonya Besar masih saja mengajakku ngobrol. Boy semakin bebas menggerayangi tubuhku. Aku melirik ke bawah. Rokku sudah naik sampai ke paha. Kemejaku sudah terlepas kancing bawahnya memperlihatkan perut dan bagian bawah bra-ku yang berwarna coklat. Ya ampun, apa lagi yang akan dilakukannya sekarang.
Joya : “Nyonya Besar, bisa saya telpon lagi nanti, saya... kebelet sekali... Iya Nyonya, segera... Baik...”
Aku melempar HP-ku ke dekat bantal Boy.
Joya : “Tuan, stop. Apa yang... Tuan!.”
Aku mencoba mendorong tubuh Boy yang lebih besar dari tubuhku, sambil menarik kemeja dan rokku. Kurasakan kait bra-ku terlepas. Aku berusaha turun dari tempat tidur Boy dengan nafas agak tersengal.
Kulirik HP-ku yang masih ada didekat bantal Boy. Aku harus mengambil HP itu, Nyonya Besar akan menelpon lagi. Perlahan aku naik lagi ke tempat tidur dan mengambil HP-ku. Saat HP itu berdering, Boy sudah menerjangku.
Joya : “Tuan, saya mohon...”
Aku menjawab telpon dari Nyonya Besar.
Joya : “Iya, Nyonya... Menginap?.. Apa terapinya berjalan lancar?... Nyonya baik-baik saja kan?...”
Aku bahkan tak peduli lagi dengan keadaanku dan apa yang dilakukan Boy terhadap tubuhku. Aku lebih kuatir dengan keadaan Nyonya Besar.
Joya : “Apa saya perlu menyusul kesana, Nyonya? Saya bisa pergi sekarang...”
Nyonya Besar memintaku tetap di rumah saja.
Usai pembicaraan, aku baru melihat keadaanku yang sudah berantakan. Boy berbaring di sampingku dengan kepala bersandar di perutku, ia tertidur. Perlahan aku memindahkan kepalanya ke bantal, tapi tangannya memeluk pinggangku erat sekali.
Lama kelamaan, pelukannya merenggang. Aku turun dari tempat tidur Boy, membenahi penampilanku dan mengancingkan tali bra-ku. Melihat Boy, aku menarik selimut menutupi tubuhnya. Kucoba membuka pintu kamar dan terbuka. Aku bernafas lega dan bergegas ke dapur menyiapkan makan siang yang terlambat.
Setelah menghidangkan makanan di meja makan, aku beranjak ke kamar Boy lagi. Bagaimanapun juga dia adalah Tuan Muda di rumah itu. Aku harus tetap bersikap sopan dengan memberitahukannya kalau makan siang sudah siap. Tok, tok, tok...
Joya : “Tuan, makan siang sudah siap.”
Aku menunggu jawaban dari dalam, tapi tidak ada suara. Apa dia masih tidur ya? Aku membuka pintu kamar Boy. Perlahan-lahan sambil mengendap-endap. Aku lihat Boy masih tertidur di bawah selimutnya.
Joya : “Tuan? Masih tidur ya.”
Baru aku berbalik hendak keluar kamar, kulihat Boy baru saja mengunci pintu kamarnya.
Joya : “Tuan? Lalu siapa...”
Aku menarik selimut dan mendapati tumpukan bantal di bawahnya.
Boy : “Ketipu ya... Sudah kuduga kau akan datang lagi. Tunggu disini, jangan kemana-mana. Aku mau mandi dulu.”
Boy membawa kunci kamarnya ke dalam kamar mandi. Tak lama terdengar suara air dari kamar mandi. Aku menunggu dengan gelisah. Apa lagi yang bakalan terjadi sekarang.
Boy : “Joya! Ambilkan aku handuk. Cepat!”
Aku mengambil handuk dari lemari dan mengetuk pintu kamar mandi. Aku mengulurkan handuk sambil menunduk, tapi Boy menarik tanganku masuk ke dalam kamar mandi. Boy menghimpitku ke dinding kamar mandi. Ia tersenyum melihat wajahku yang terkejut. Kami terlalu dekat sampai-sampai tetesan air dari rambut Boy mulai membasahi kemejaku.
Joya : “Tuan, ini handuknya.”
Boy masih menatapku. Lama kelamaan kemejaku mulai menampakkan samar pakaian dalamku. Boy masih menatapku terutama kemejaku.
Boy : “Keringkan rambutku. Ayo.”
Aku mulai mengeringkan rambut Boy dengan handuk. Dia terus berjalan mundur, hingga ke dekat shower. Tiba-tiba dinginnya air menyentuh wajahku. Aku berjalan mundur menghindari shower, tapi Boy menarikku ke dekatnya.
Joya : “Tuan, saya basah...”
Boy tertawa mendengar kata-kataku yang terdengar ambigu. Aku meronta mencoba menghindari air yang semakin membasahi rambut dan pakaianku.
Boy melepaskan tanganku setelah aku benar-benar basah. Aku membelakangi Boy, memeras ujung kemeja dan rambut panjangku. Kusadari Boy memandang punggungku. Bra-ku tercetak jelas berwarna coklat. Aku gak berani balik badan.
Boy : “Joya...”
Suara Boy terasa begitu dekat di telingaku.
Joya : “Tuan, makan siangnya sudah siap. Saya mau ganti baju dulu. Tolong buka pintunya.”
Aku hampir melangkah keluar kamar mandi, ketika Boy menarik tanganku lagi.
Boy : “Kau bisa ganti baju disini. Ayo, lepaskan.”
Aku mencoba melepaskan tangan Boy, dengan tangan satunya mendorong tubuhnya yang terus mendekat.
Joya : “Tuan, jangan!”
Aku menunduk ketakutan karena kalah tenaga. Disaat begini Boy semakin berani karena Nyonya Besar gak ada di rumah. Dia ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kurasakan gerakan Boy terhenti.
Ia melepaskan tanganku dan menyerahkan kunci kamarnya. Aku segera keluar dari kamar Boy dan berlari menuju kamarku. Setelah ganti baju, aku kembali ke ruang makan. Boy sudah duduk disana.
Boy : “Joya, temani aku makan. Duduk!”
Nada suara Boy agak memaksa. Aku menurut dan duduk di sampingnya. Aku menuangkan nasi, sayur dan ayam ke piring Boy. Kami makan bersama dengan canggung. Boy terus menatapku sambil tersenyum. Akhirnya kami selesai makan. Aku mengambil piring kotor bekas Boy dan membawanya ke dapur.
-------
Terima kasih sudah membaca novel author dan dukungan untuk author.
Jangan lupa like, fav, komen, kritik dan saran para reader sangat ditunggu author.
Baca juga novel author yang lain dengan judul “Perempuan IDOL”, “Jebakan Cinta” dan “Duren Manis” dengan cerita yang gak kalah seru.
Please vote poin buat karya author ya...
Makasi banyak...
-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Rasni 01
seru.......
2020-12-30
0
Radin Zakiyah Musbich
ijin promo sekalian 🙏
jgn lupa mampir di novelku jg dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🦋🦋🦋
jgn lupa like and comment, ku tunggu 🙏🙏🙏❤️
2020-10-03
0
Nasywa R.M
mantabz Thor....smart authornya,gak ada yg salah dlm penulisan kalimat demi kalimat.👍
2020-09-25
1