Esok harinya, aku ada kuliah pagi. Seperti biasa, keluar dari rumah Nyonya Besar, aku menunggu angkutan langgananku. Biasanya jam segini, sudah ada salah satu yang lewat. Grek! Pintu pagar terbuka, tampak mobil Boy keluar dari sana. Aku memandangnya sekilas, dan kembali sibuk celingak-celinguk. Tak disangka, mobil Boy berhenti di depanku.
Joya : “Tuan. Selamat pagi.”
Boy : “Pagi. Mau kemana kamu?”
Joya : “Kuliah, Tuan. Saya nunggu angkutan.”
Boy memintaku masuk ke mobilnya.
Boy : “Cepat masuk! Jangan membantah.”
Mendengar suaranya yang galak, aku langsung membuka pintu mobilnya dan masuk. Boy masih memandangku yang sudah duduk manis. Ketika aku menoleh, ia mendekat dengan tangan terulur melewati samping telingaku.
Aku mengikuti tangannya, ketika berbalik, wajah Boy terlihat begitu dekat. Kami saling pandang sesaat. Sebelum akhirnya Boy memasangkan sabuk pengaman.
Joya : “Terima kasih, Tuan. Tuan sudah sehat?”
Boy mengangguk.
Boy : “Kamu kuliah dimana?”
Joya : “Di universitas A, Tuan. Memangnya searah dengan kantor Tuan?”
Boy cuma mengangguk.
Selama perjalanan, Boy tidak banyak bicara, dia menanyakan jurusanku dan sudah sampai semester berapa? Selebihnya kami hanya diam, sepertinya Boy tidak suka terlalu banyak bicara.
Aku juga takut mengganggunya, yang akan membuat dia marah dan malah menurunkan aku di tengah jalan. Akhirnya kami sampai di depan kampusku.
Joya : “Terima kasih, Tuan.”
Baru aku mau keluar, Boy menahanku.
Boy : “Lama kamu kuliah? Sampai sore?”
Aku menggeleng.
Joya : “Hari ini mungkin sampai jam 11 saja, Tuan. Kenapa Tuan?”
Kring! Kring! HP-ku mendadak berbunyi. Aku mengambilnya dan melihat no tak dikenal.
Boy : “Itu no HP-ku. Nanti aku hubungi.”
Aku keluar dari mobil dan membungkuk sebentar. Sebelum berlari masuk ke kampus. Uda telat nich.
-------
Dua jam berlalu, tepat saat dosen selesai mengajar, HP-ku bunyi. Suara pesan singkat.
Boy : “Aku di parkiran. Kamu uda selesai kuliah?”
Itu dari Boy! Apa coba maksudnya mengirimkan pesan seperti itu. Aku membalas.
Joya : “Sudah, Tuan. Tunggu sebentar.”
Aku bergegas ke parkiran sambil menyapa teman-teman yang masih duduk di sepanjang koridor. Memang benar mobil Boy ada disana. Baru mau jalan kesana, Milo dan Raysa memanggilku.
Milo : “Hei, Joya. Ayo ke perpus. Katanya mau nyari referensi.”
Aku menoleh dan tersenyum.
Joya : “Hari ini aku ijin dulu ya. Aku di tunggu seseorang disana. Tapi tugas itu uda aku kerjakan kemarin. Nanti malam aku e-mail ya. Maaf ya.”
Kami bertiga menoleh ke arah mobil Boy ketika pintu terbuka. Boy keluar dengan setelan jas dan kacamata hitam. Keren...! Ia melambaikan tangan padaku. Refleks aku membungkuk dan menoleh pada teman-temanku yang melongo.
Joya : “Guys, aku tinggal dulu ya. CU Besok. Bye.”
Aku mendekati mobil Boy.
Boy : “Cepat masuk ke mobil.”
Boy kembali mengulang saat memasangkan sabuk pengaman. Kulihat teman-temanku masih melongo. Ya ampun. Mobil Boy meluncur keluar dari kampus.
Joya : “Siang, Tuan. Ada sesuatu yang penting sampai Tuan kemari?”
Aku memandang Boy yang sibuk menyetir.
Boy : “Ya. Aku mau minta pertimbanganmu.”
Joya : “Hah?”
Boy : “Ikut saja, jangan banyak pertanyaan.”
------
Kami menuju sebuah mal di kawasan elit. Sesampainya disana, Boy mengajakku masuk ke salah satu toko mewah disana.
Pelayan toko : “Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?”
Pelayan di toko itu membungkuk hormat.
Boy : “Ya, saya perlu 2 gaun untuk makan malam dan pesta kebun. Ukurannya kurang lebih sama dengan gadis ini. Tolong carikan yang cantik.”
Aku di minta duduk sebentar, sebelum pelayan toko membawakan gaun dan memintaku mencobanya. Aku mencoba satu persatu. Tapi tak ada yang Boy sukai.
Joya : “Sebenarnya Tuan mau yang seperti apa?”
Boy tidak menjawab pertanyaanku, malahan aku dicuekin. Aku jadi capek sendiri.
Boy menyuruhku mencari sendiri gaunnya. Kring! Kring! Suara telpon Boy berbunyi. Ia sibuk mengangkat telpon.
Aku mengambil gaun yang kira-kira cocok menurutku. Setelah memakainya, aku keluar dari kamar pas. Boy yang masih menelpon, melirikku sebentar.
Aku asyik memperhatikan gaun malam warna hitam yang sangat pas di tubuhku. Beberapa kali aku berputar dengan gaun hitam itu.
Penjaga toko membantuku memakai sepatu yang serasi, serta aksesorisnya. Penampilanku terlihat sempurna, hanya perlu make up tipis dan hair do saja.
Boy : “Bagus. Mb, saya ambil yang itu. Trus gaun yang lagi satu?”
Aku menunjukkan sebuah dress bunga-bunga yang serasi dengan topinya.
Boy : “Coba pakai.”
Aku mengganti baju lagi, dan menunjukkannya pada Boy. Ia mengangguk dan menyuruh pelayan butik untuk membungkusnya, lengkap dengan semua yang tadi kupakai dengan gaun-gaun itu. Aku mengganti baju lagi dengan celana jins dan kemeja.
Setelah kedua gaun itu dibungkus, Boy mengajakku makan siang di sebuah restoran mahal di mal itu juga. Aku agak canggung berada disana karena semua karyawan disana mengenal Boy dan lagi pakaianku agak kurang pas untuk restaurant itu. Tapi sepertinya Boy tidak peduli.
Pelayan restauran : “Tuan Boy, silakan. Menu spesial akan segera diantarkan. Mungkin Tuan ingin menu lain?” kata pelayan sambil melirikku.
Boy memandangku.
Boy : “Kurasa cukup.”
Kami hanya sesekali ngobrol. Boy bertanya lagi tentang kuliahku, terutama kapan aku akan lulus.
Boy : “Jadi, menurutmu kau akan lulus tahun depan.”
Aku mengangguk.
Joya : “Saya harus lulus secepatnya dan mencari pekerjaan. Jadi bisa mandiri, Tuan.”
Boy memandangku.
Boy : “Tahun depan ya...” Pesanan datang, membuyarkan kecanggungan di antara kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
saya mampir,
sekalian ijin promo ya thor.... 😁
jangan lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama....
tinggalkan jejak ya 🥰🥰🥰
2020-09-11
0
Ilham Rasya
jejak Thor 💪💪💪😅
feedback
- pernikahanku 🙏
2020-08-31
0
Adzania Adza
lanjut thorr...
2020-02-19
4