Setelah selesai makan, kami menuju parkiran.
Boy : “Kau bisa pulang dulu. Aku masih ada pekerjaan. Itu sopir kantor sudah menunggu.”
Aku mengangguk.
Joya : “Baik, Tuan. Terima kasih.”
Aku berjalan menuruni tangga hendak masuk ke mobil.
Boy : “Joya... Terima kasih untuk hari ini.”
Aku berbalik lagi dan tersenyum.
Boy : “Sama-sama, Tuan.”
-------
Aku sampai juga di rumah. Bibi pembantu menyapaku.
Bibi pembantu : “Tumben terlambat Joya. Kemana saja? Sudah makan?”
Aku hanya mengangguk dan bergegas menyelesaikan tugasku.
Ny. Besar : “Joya! Kemari!”
Nyonya Besar memanggilku.
Joya : “Iya Nyonya.”
Nyonya Besar memintaku membereskan kamar Boy lagi yang sudah berantakan lagi.
-------
Keesokan harinya, Boy memutuskan pindah ke rumah Nyonya Besar. Entah apa alasannya, dan aku harus membereskan kamarnya setiap hari. Jadi setelah ia selesai mandi, kamarnya harus sudah rapi dan bersih kembali.
Aku selalu tepat waktu membersihkan kamar Boy. Jadi ketika ia keluar dari kamar mandi, aku sudah selesai bersih-bersih.
Suatu hari, ketika aku masuk ke kamar Boy, aku lihat kalau kamarnya berantakan sekali, lebih berantakan dari sebelumnya. Ya ampun. Secepat mungkin aku berusaha membereskan kamar itu, tapi aku kalah cepat. Boy keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk.
Joya : “Selamat pagi, Tuan. Maaf, saya terlambat.”
Boy tidak mengatakan apa-apa. Ia berjalan melewatiku yang merasa risih melihat tubuhnya. Setelah itu aku cepat-cepat menyelesaikan pekerjaanku dan hampir berlari keluar kamar Boy.
Hal itu berlangsung selama seminggu ke depan. Kamar Boy sangat berantakan, sehingga aku terus terlambat membersihkannya dan terus melihat Boy keluar kamar mandi hanya berbalut handuk. Setelah hari ke delapan, aku kembali berlari keluar kamar Boy. Bibi pembantu yang melihatnya, menanyaiku.
Bibi pembantu : “Kenapa kamu lari-lari, Joya? Ada apa?”
Aku memegang dadaku.
Joya : “Gak, bibi. Saya cuma gak enak di dalam kamar Tuan Boy lama-lama. Apalagi kalau dia gak pakai baju lengkap. Saya risih, bi. Takutnya...”
Bibi pembantu tersenyum.
Bibi pembantu : “Takut apa? Jangan berpikir aneh-aneh.”
Joya : “Saya takut disangka menggoda Tuan. Ingat kan kejadian yang dulu? Saya gak mau dituduh macam-macam.”
Aku menggeleng.
Bibi pembantu : “Memangnya Nyonya Besar menuduh yang macam-macam?”
Aku menggeleng.
Bibi pembantu : “Makanya jangan berpikir aneh-aneh. Lakukan saja tugas yang disampaikan. Sudah sana.”
Aku kembali ke dapur. Sementara Nyonya Besar mendengar semua percakapan kami. Keesokan harinya, kamar Boy kembali normal. Aku dengan cepat membersihkan kamar itu dan cepat pula keluar dengan hati lega.
-------
Suatu hari, setelah makan malam dan membersihkan dapur.Aku duduk di gasebo di taman belakang rumah membawa laptopku. Tugasku lumayan banyak dan diam di kamar membuat pikiranku buntu. Apalagi langit malam itu sangat bersih tanpa awan.
Beberapa tugas sudah kuselesaikan karena jawabannya ada di buku dan internet. Masalahnya ada 2 lagi yang perlu dipikirkan jawabannya. Bukan sekedar dicari saja.
Tengah asyik merangkai kata-kata untuk jawaban, seseorang memasuki gasebo.
Joya : “Tuan Boy?”
Aku bangkit dan membungkuk.
Boy : “Kau sedang apa?”
Boy juga membawa laptopnya. Ia duduk di meja di tengah gasebo dan memintaku duduk juga.
Joya : “Saya sedang membuat tugas, Tuan. Tuan perlu sesuatu?”
Boy membenahi posisi duduknya.
Boy : “Aku cuma perlu udara segar. Pikiranku buntu. Pekerjaan ini membuatku pusing.”
Boy menunjuk laptop-nya. Aku mendekat dan membaca laporan itu.
Joya : “Kalau gak salah, ini harusnya seperti ini. Yang ini... kesini...”
Aku membenahi laporan itu tanpa meminta ijin Boy. Kebetulan materinya sama dengan isi kulliahku kemarin.
Joya : “Nah, jadikan...”
Aku menjelaskan sedikit pada Boy, kemudian memandangnya sambil tersenyum. Boy sudah menatapku.
Joya : “Maaf, Tuan. Saya lancang...”
Boy menahan tanganku yang ingin menghapus hasil koreksiku. Ia menggenggam tanganku erat. Aku segera menarik tanganku dan duduk menjauh.
Boy : “Makasih. Kau lagi buat tugas apa?”
Aku menunjukkan 2 soal yang membuatku pusing.
Boy : “Oh, ini. Gini, bayangkan kalau...”
Boy menjelaskan arti soal itu sambil sesekali menunjukkan gambar yang ia cari di internet. Akhirnya tugasku selesai dibantu Boy.
Joya : “Terima kasih, Tuan. Saya permisi ke kamar duluan.”
Aku bangkit setelah mematikan laptopku.
Joya : “Selamat malam, Tuan.”
Boy hanya menatapku yang berjalan menjauh.
Aku kembali ke kamar, meletakkan laptop didalam tas kembali. Baru saja aku berbaring di tempat tidurku. Tok, tok, tok... Seseorang mengetuk pintu kamarku.
Aku bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu. Kudapati di depan pintu ada 2 kotak besar. Setelah celingak-celinguk dan tidak melihat siapa-siapa, aku membawa kotak-kotak itu masuk.
Ketika kubuka, isinya dua set gaun yang pernah dibeli Boy beberapa hari yang lalu, lengkap dengan sepatu dan aksesorisnya. Ada suratnya, “Untuk Joya. Simpanlah, kau akan memerlukannya suatu saat nanti. Boy.”
Aku meletakkan kotak-kotak itu di dalam lemari. Tit, Tit. Suara notif pesan masuk ke HP-ku . Dari Boy.
Boy : “Simpan saja dan jangan banyak tanya.”
Joya : “Terima kasih, Tuan. Selamat malam.”
Boy tidak membalas pesanku, dia hanya membacanya.
-------
Siang hari, sekembalinya dari kuliah. Aku sedang membantu bibi mengupas kentang untuk makan malam.
Joya : “Bibi tahu gak, saya bingung dengan Tuan Boy itu. Kadang kamarnya sangat rapi, kadang bisa sangat berantakan. Saya gak keberatan membersihkan kamarnya, hanya saja... aneh. Memang Tuan Boy punya kebiasaan aneh ya, bi?”
Bibi pembantu tersenyum.
Bibi pembantu : “Akhir-akhir ini kau sering membicarakan Tuan Boy. Apa terjadi sesuatu? Terutama setelah kejadian waktu Tuan Boy sakit.”
Aku terkejut ditanya begitu.
Joya : “Kejadian itu hanya kecelakaan, bibi. Gak sengaja. Lagian kemana bibi waktu itu. Selama bibi pergi, aku gelisah tahu. Bayangkan saja bibi bersama seorang pria dalam satu kamar dan bukan pria biasa, tapi pria paling tampan yang pernah bibi temui. Menurut bibi apa yang akan bibi lakukan?”
Bibi menoleh padaku.
Bibi pembantu : “Tampan? Apa kau sedang jatuh cinta pada Tuan Boy?”
Kentang ditanganku terjatuh ke baskom.
Joya : “Hah?! Maksud bibi?”
Bibi pembantu tertawa melihat reaksiku yang sedikit berlebihan. Masih penasaran, aku mendekatinya.
Joya : “Kalau bibi dulu sama paman gimana? Apa yang bibi lakukan?”
Bibi menerima kentang dariku dan memasukkannya ke dalam panci yang sudah mendidih.
Bibi pembantu : “Suamiku itu sangat baik. Saat pertama kami berdua di dalam kamar setelah pernikahan, ia tersenyum padaku dan bilang semua akan baik-baik saja. Lalu... ach, sudahlah. Kau pun akan segera tahu kalau sudah menikah nanti.”
Aku merajuk membuat bibi tertawa. Tanpa sadar kalau Nyonya Besar mendengar semuanya.
-------
Terima kasih sudah membaca novel author dan dukungan untuk author.
Jangan lupa like, fav, komen, kritik dan saran para reader sangat ditunggu author.
Baca juga novel author yang lain dengan judul “Perempuan IDOL”, “Jebakan Cinta” dan “Duren Manis” dengan cerita yang gak kalah seru.
Please vote poin buat karya author ya...
Makasi banyak...
-------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 218 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
nengok nengok...
keren thor...
ijin promo ya 🙏
jgn lupa mampir jg ke novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" ❤️
kisah cinta beda agama,
ku tunggu jejaknya ya 🤗🙏
2020-09-22
0
Ilham Rasya
aku favorit kan 3 novel mu Thor 😅😅💪💪💪💪
feedback
- pernikahan ku 🙏
2020-08-31
1
Juli Mahtin
joya polos banget... suka suka
2020-08-10
1