DIANA
Aku bangun dari tidur ku yang gelisah. Semalam aku bermimpi kalau Andrew meninggalkanku sendiri di club, sementara dia asyik bersama model-model itu entah kemana. Dalam mimpi itu aku menangis dan hatiku terasa sakit. Rasa sakit itu aku bawa hingga mataku terbuka. Kepalaku masih pusing. Air mata tiba-tiba saja merembes keluar begitu saja tanpa pamit.
Sejenak aku teringat kalau semalam bukan di kasur ini aku berbaring, melainkan disana, diatas sofa itu. Tapi bagaimana bisa aku berada diatas kasur ini. Dengan panik aku angkat selimut untuk memeriksa pakaianku. Aku masih mengenakan piyama lengkap tanpa jejak merah baru. Tunggu, piyama? Apakah aku sempat mengganti pakaianku sebelum aku tertidur? Arkhh kepalaku pusing sekali dan berat. Berapa banyak wine yang aku minum dan bagaimana aku bisa ditempat ini?
Aku menoleh kesamping tidak ada Andrew disini. Aku mendongak sedikit mengintip kearah balcony, tidak ada tanda-tanda Andrew. Mungkin dia pergi lagi semalam setelah mengantarkanku pulang. Hatiku sakit memikirkannya. Aku memejamkan mata mencoba mengingat peristiwa semalam. Sisa-sisa pengaruh alkohol mulai luntur dan membawaku pada kenangan semalam, ketika aku kembali ke penthouse ini dalam gendongan tuan Andrew. Perlahan sebaris demi sebaris memori itu kembali. Meskipun aku masih tidak dapat mengingat sepenuhnya kejadian semalam. Tampaknya aku tidak mabuk terlalu berat.
Suara seseorang membuka pintu. Aku segera berlindung didalam selimut. Karena penasaran aku mengintip sedikit dari balik selimut. Ah, itu ternyata tuan Andrew baru saja selesai mandi. Air masih menetes dari rambut mengalir dengan perlahan seakan menikmati lekuk otot di tubuhnya, sexy. Glek! Aku menelan ludar kasar, apa yang ada dalam pikiranku? Buru-buru aku memejamkan mata ketika melihat dia menoleh kearahku. Aku, jujur saja tiba-tiba merasa gugup. Kurasakan hembusan nafasnya dekat sekali denganku. Dan aroma tubuhnya membuatku ingin memeluknya.
"Kau masih tidur sayang?"
Wait! Apa katanya? Sayang?! Ah hahhaha aku tentu masih berada dalam mimpiku.
"Aku tahu kau sudah bangun gadis nakal."
Nah, ini baru bukan mimpi. Eh, secepat itukah kesadaranku beralih dari suara dialam mimpi dan suara di alam nyata.
Tiba-tiba saja sesuatu yang lembut dan kenyal mendarat dikeningku, kedua mataku, hidungku, kedua pipiku, bibir, dagu, leher.
Ah, di leher, kenapa terasa nikmat?
"Kalau kau tidak segera membuka mata, aku akan meninggalkan jejak disini."
dia mengecup dan mulai menghisap leherku.
"Hen..hentikan tuan." Aku mulai membuka suaraku. Jejak merah di leher? Jangan sampai itu terjadi. Bagaimana mungkin aku mengenakan scraft di cuaca panas seperti ini untuk menutupi jejaknya. Dia harus berhenti!
ANDREW
Aku terbangun dan menatap wajahnya yang cantik dan lembut disisiku. Entah bagaimana aku bisa betah menatapnya begitu lama. Benar dia bukanlah wanita pertama dalam hidupku. Bahkan dia bukan cinta pertamaku. Tapi wanita ini hanya dalam beberapa hari membuatku tersiksa. Aku begitu menginginkannya. Tapi bagaimana mungkin aku bisa begitu sabar menunggunya. Dia yang pertama kali membuatku seperti ini. Membuatku ingin memilikinya. Aku ingin membuat dia mendampingiku selamanya.
Tunggu! Pikiranku mengatakan selamanya.
Hahahaha ternyata hati dan pikiranku menginginkan hal yang sama. Aku sangat menyukai bagaimana dia pura-pura menyembunyikan kecemburuannya. Bagaimana dia meneteskan air mata yang membuatku tersentuh dan ingin memeluknya erat untuk menenangkannya. Bahkan sikap malu-malumu terasa begitu menggemaskan. So cute.
Tidurlah dulu sayang, aku akan membersihkan tubuhku, sehingga begitu kau bangun, kau akan mencium aroma wangi ditubuhku. Tunggu, lagi-lagi otakku mengatakan hal yang sama dengan hatiku, sayang. Begitu indah diucapkan.
Ketika aku keluar dari kamar mandi, aku dapat melihat dia meliriku dari balik selimut. So cute. Ah gadis kecilku sudah bangun dan tampaknya dia sedikit malu. Aku akan menggodanya.
Author
Andrew menghentikan kecupannya begitu Diana memohon. Dia memandang wajah gadis itu dengan tatapan penuh kasih sayang. Sedangkan Diana yang sudah membuka matanya dan menatap mata Andrew tiba-tiba tersipu malu. Malu untuk membalas tatapan yang nampak begitu mesra.
"Jangan menatapku seperti itu aku baru bagun. Aku jelek." ujar Diana sambil menyembunyikan diri kembali kedalam selimut. Dalam selimut dia mengusap mata dan wajah, menghapus sisa-sisa airmata.
"Bangunlah Diana sayang." Andrew menarik selimut yang menutupi Diana dan tertawa kecil melihat bagaimana gadis itu meringkuk malu. Andrew merengkuh gadis itu dalam pelukannya, dia begitu menyukai wajah kecil ini bersandar didadanya.
Sementara jantung Diana berdegup kencang ketika bibirnya mendarat di dada Andrew. Ah lekuk otot dan aroma tubuh pria ini begitu memabukannya. Dan tanpa sadar dia membiarkan bibirnya menempel lama disana.
"Kau sudah puas mencium dadaku? Giliranku ya supaya adil." Andrew kembali menggodanya.
"Tidak! Siapa yang mencium dadamu? Sana menjauhlah." Diana mendorong tubuh Andrew menjauh sehingga posisi Andrew yang awalnya berbaring miring menjadi terlentang di kasur. Andrew tidak melepaskan kesempatan itu, bersamaan dengan gadis itu mendorong tubuhnya dia menarik tubuh Diana hingga diatasnya.
"Ah, aku tidak tau kau begitu menginginkanku." ujar Andrew lembut menggoda.
"Tidak. Tidak." Diana menjadi gugup berada terlentang diatas Andrew. Dia bangun dan hendak beralih. Tapi tangan Andrew menahannya. Saat ini posisi dia duduk diatas pinggang Andrew. Sangat dekat dengan pedang raja yang sudah bangkit dan siap mengoyak.
"Kau begitu cantik bahkan ketika bangun tidur." Dengan satu tangan Andrew mengusap anak rambut Diana yang jatuh ke bawah. Kemudian sekali hentak wajah Diana sudah berada tepat diatas wajah Andrew. Satu tangan menahan pinggangnya dan satu tangan lagi berada dibalik kepala. Ciuman mesra andrew mendarat dibibir Diana. Gadis itu tertegun sesaat. Hari-hari kebersamaan mereka membuatnya makin menyukai ciuman Andrew, dia membuka bibirnya dan membiarkan andrew menelusuri seluruh ronga mulutnya.
Setelah cukup lama, Andrew melepaskan ciuman, dia begitu bahagia ketika gadis ini meresponnya begitu lembut. Dia pandang wajah Diana yang terpejam dan bibir begkaknya. Terbersit keinginan untuk menggoda.
"Aku harus menghukummu hari ini."
Mata Diana terbuka dan sedikit merasa malu karena tanpa sadar begitu menikmati ciuman boss tampan ini.
"Apa kesalahanku?"
"Lihat." Andrew menunjukan lengannya yang tampak merah dengan jejak gigi yang cukup besar disana.
"Gigitan?"
"Iya. Kau menggigit lenganku semalam."
"Tapi kenapa?" Diana bingung, dia bahkan tidak ingat kapan dan kenapa dia menggigit Andrew sebegitu dalamnya.
"Karena aku menolak untuk menciummu."
Mata Diana terbelalak, "tidak mungkin!"
"Benar, kau bilang cium aku Andrew sayang. Peluk aku. Kemudian kau mengigitku karena kau menolaknya." cerita Andrew tampak bersungguh-sungguh.
"Kenapa kau menolakku?" Ups! Diana tersadar dia mengucapkan pertanyaan yang salah.
"Hahaha jadi kau mengakui kalau menginginkanku semalam."
"Tidak...tidak. Aku hanya tidak mengingat kejadian itu."
"Menurutmu aku sengaja menggigit lengan atasku?"
"Tidak bukan begitu." pipi Diana memerah.
"Sudah lepaskan aku. Aku mau mandi." Diana mengakan tubuhnya dan mulai menyingkir dari atas tubuh Andrew.
"Ingat aku belum menghukumu!" ujar Andrew sambil menahan senyuman.
"Belum menghukum bagaimana, kau sudah menciumku hingga bibirku bengkak." ucap Dian lirih pada dirinya sendiri. Kemudian dia berhenti, teringat sesuatu.
"Kau mengganti pakaianku?" tanyanya sambil berbalik kepada Andrew.
Andrew mengangguk. Pipi Diana memerah.
"Kenapa kau melakukannya ketika aku tidak sadar?" dia jengkel sekali karena Andrew berarti sudah menelanjangi tubuhnya.
"Oh, maafkan aku. Aku akan melakukannya ketika kau sadar nanti." ujar Andrew dengan santai.
Diana mengambil bantal di sofa dan melemparkanya kewajah Andrew yang terkekeh. Dengan cemberut dia masuk kedalam kamar mandi. Perlu air dingin untuk menghilanglan sisa pusing di kepala.
Pagi ini mereka memutuskan untuk sarapan pagi dibalcony. Begitu juga dengan makan siang. Mereka menikmati kebersamaan dengan bercanda. Moment kebersamaan begitu indah. "Panggil aku Andrew tanpa kata tuan." keinginan Andrew membuat selangkah hubungan mereka lebih maju. Diana tertidur dalam pelukan Andrew yang masih bersabar dan menahan diri untuk melakukan hal yang lebih.
Malam harinya Diana dikejutkan dengan
staff hotel yang datang dengan membawa gaun dan setelan jas, begitu juga staf ahli kecantikan. Mereka merias dan mendadaninya begitu rupa. Gaun merah muda yang panjang dengan sedikit belahan didada membungkus tubuhnya dengan cantik.
Andrew membawanya dinner di tepi pantai private area hotel. Disana tampak tenda-tenda kecil yang dihiasi untuk makan malam romantis. Terdapat beberapa tenda besar dan kecil tergantung pada jumlah orang yang akan menikmati makan malam romantis. Ada yang berpasangan dan ada yang dengan keluarga. Penerangan dengan ratusan lilin di meja ataupun jalanan setapak.
Diana merasa bahagia. Perlakuan istimewa dari seseorang yang mulai menjamah pintu hatinya. Alunan musik merdu, makanan yang fantastic dan pasangan yang tampan. Malam cerah ini semakin terasa indah. Tapi malam belum berakhir. Dua jam setelah menikmati malam yang indah. Andrew mengajak Diana kembali ke penthouse. Meskipun sangat dengan berat hati meninggalkan lokasi makan malam romantis di pinggir pantai, Diana menuruti Andrew dan tetap diam.
Memasuki kamar Penthouse, sesuatu yang lebih romantis terjadi. Dalam ruangan bertebaran lilin-lilin beraoma wangi, penerangan yang temaram, Canape, dan alunan musik romantis. Belum lagi beberapa rangakaian bunga hidup.
"Ini?" Diana menoleh pada Andrew.
"Fasilitas kamar." jawab Andrew singkat.
"Ooo." Diana mengangguk. Sedikit terdengar kecewa di nada suaranya, mungkin dia sendiri mengharap kalau Andrew yang menyiapkan semuanya.
Padahal tanpa dia sadari, siang tadi ketika dirinya sedang terlelap, Andrew telah meminta layanan kamar untuk mempersiapkan semua. Jam telah ditentukan. Tapi, Andrew tidak mau mengakuinya karena dia kuatir Diana akan gugup dan ketakutan mengira Andrew berharap lebih. Meskipun sesunguhnya dia benar-benar berharap dapat memiliki Diana seutuhnya.
*Apakah ini terlalu cepat? tanya hati Andrew.
Tidak. Lakukan segera buat dia menjadi milikmu dan terikat padamu agar dia tidak dapat lari darimu. Perintah pikiran Andrew*.
Andrew menggandeng gadis itu menikmati bintang di langit dan membuka champagne. Nikmatnya champagne berbaur dengan makanan kecil yang ditata indah. Malam itu semua begitu indah membuat Diana berbunga-bunga. Alunan music mengantarkan pada sebuah lagu romantis pengakuan cinta, Andrew menarik tangan Diana dalam pelukannya dan membawa gadis itu bergoyang mengikuti irama musik.
Suasana yang sedemikian romantis dan kecantikan wanita dalam pelukannya, membuat Andrew begitu merasa tenang dan bahagia. Dia menginginkan lebih. Perlahan diangkatnya dagu Diana dan dipandangi bola mata hitam gadis itu. Dia kecup kening gadis dalam pelukan, kecupan beralih ke ciuman. Ciuman beralih kecumbuan. Ciuman berubah menjadi lebih liar ketika gadis itu merespon.
Tubuh Diana bersandar pada pilar besar di balcony. Cumbuan Andrew mulai meminta lebih. Ciuman beralih kearah leher yang membuat gadis itu mendesah dan jantung nya berdegup kencang. Ciuman di leher mulai kearah dada. Tangan Diana tanpa disadari mulai meremas leher dan mengusap punggung Andrew. Sementara tangan Andrew mulai bergerilya meminta lebih.
Andrew melepaskan jasnya dan melempar kesembarang arah. Dia kemudian mengangakat tubuh Diana dalam gendongan. Kaki gadis itu melingkar di pinggang Andrew sementara bibir mereka saling mengunci satu sama lainnya.
Andrew membawa Diana menuju kasur, kemudian dia rebahkan gadis itu. Dia tidak ingin memberi kesempatan pada Diana untuk beristirahat sedetik pun. Serangan terus dilancarkan hingga gadis itu terlentang tanpa sehelai benangpun. Desahannya adalah candu bagi Andrew.
Sesaat Andrew diam memandangi Diana yang masih memejamkan mata dan menanti. Ketika dia tahu tidak ada penolakan lagi. Andrew mulai berani. Dia melakukan hal yang sudah dia tahan selama ini.
"Malam ini kau adalah milikku seutuhnya. Kau adalah wanitaku."
Keperawanan seorang gadis direngutnya dengan penuh cinta. Malam itu meskipun air mata berlinang di pipi Diana, tapi ada secercah kebahagiaan dalam dirinya. Dia merelakan semua untuk Andrew.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
AnggieYuniar
dianaa lucuu sekaliii 😅
2022-11-04
0
🏵🌸Blooming flower🌹🌷
seneng akhirnya Andrew bisa memiliki Diana seutuhnya. tp sedikit kecewa dan takut kalo Andrew meninggalkan Diana setelah liburannya selesai.😔😔
2021-08-24
0
Maria Binawati
mahkota Diana akhirnya hilang disodok pusaka Darwin tegak besar yg sdh berhari hari u masuk kesarang kasihan Diana kl dicampakan seperti gladys diusir dibentak srh pergi meninggalkan Darwin setelah merasakan apem Diana
2021-06-07
0