"Aduh semua sudah pergi apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku lupa bertanya Ke Waraporn kebiasaan Tuan Andrew kalau lagi sendirian begini . Ehmm apakah Waraporn pernah ya ditinggal berdua saja seperti ini, kok berasa serem ya. Kenapa juga itu orang hanya diam duduk saja, tidak baca buku atau nonton tv."
Diana menggerutu di dalam hati ketika dia hanya berdua dengan Andrew.
Ia terus tertunduk dan berulang-ulang mengelap gelasyang sudah kering dan bersih dari lama. Sepintas dilirik nya, Andrew hanya duduk di depannya di kursi bar. Andaikan Diana lebih berani menengadahkan wajahnya dia akan mengetahui kalau Andrew sebenarnya sedang memperhatikan dirinya.
Bosan dengan keadaan yang canggung, Diana memberanikan diri menatap wajah Andrew, sedikit kaget dan berdebar mengetahui pandangan Andrew ternyata tidak bergeming dari dirinya. Pria itu tidak berusaha melarikan pandangan meskipun tertangkap sedang memperhatikan dirinya.
"Tuan Andrew apakah anda memerlukan sesuatu atau ada hal yang bisa saya bantu?" tanya Diana memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
Dalam hati Andrew bersorak, "*Y*es! akhirnya kamu menawarkan bantuan."
Dengan tampang yang tetap dingin Andrew berkata, "kemarilah"
Andrew memutar dirinya membelakangi meja bar, membuat Diana harus keluar dari meja bar dan menghampiri Andrew.
"Ya, Tuan Andrew?" Diana berdiri tepat di depan Andrew dengan canggung
"Mendekatlah."
Ragu-ragu gadis itu mendekati Andrew.
Setelah berada tepat di depan Andrew, Pria bule tampan itu meletakan tangannya di atas kepala Diana, membelai perlahan rambut gadis itu dan mepaskan ikatan rambut nya. Rambut Diana yang hitam pekat nan tebal tergerai indah di bahu.
Andrew mengusap beberapa rambut yang jatuh terurai di kening gadis cantik itu Dalam benaknya Andrew mengagumi wajah cantik Diana yang alami dengan hanya sedikit polesan.
Sementara Diana merasa kaget dengan perlakuan boss besar ini. Tangan-tangan besar yang hangat mengusap kepalanya dengan lembut. Rasa hangat dari kepala mengalir ke dada dan menggelitik perut Diana, mengalir membuat kakinya gemetaran tidak mampu menghindar.
"Berapa usiamu?" tanya Andrew lembut.
"Dua puluh dua."
"Hahahahahha kamu tampak seperti minnors, tujuh belas atau delapan belas."
"Terimakasih tuan atas pujiannya." Diana tersenyum tipis. Berusaha menahan diri untuk tidak meloncat dan tertawa girang.
yeahhh aku kan babyface.
Andrew tersenyum dan melepaskan dasi kupu- kupu yang Diana kenakan.
Ketika ia hendak membuka kancing atas pakaian Diana, gadis itu menepis tangan Andrew berusaha menghentikan gerakan pria itu. Tangan Andrew berbalik dengan cepat menggenggam tangan Diana.
Tangan kecil Diana berada dalam genggaman Andrew yang besar. Gadis itu tak habis pikir apa yang akan diinginkan oleh Andrew.
"Apa yang kamu pikirkan. Aku hanya membantu mu melepaskan dasi dan kancing atas agar kau lebih santai."
"Eh, ma_____maaf tuan Andrew," ujar Diana dengan gugup
"Kalau kau suka kau boleh terus memegangku. Tanganku hangat kan ? " Andrew terseyum menggoda Diana. Diana hanya menyeringai tipis. Berusaha menarik tangannya dari genggaman Andrew.
Kau yang menggenggam tanganku bukan aku tidak mau melepaskannya.
Kemudian tiba-tiba tubuh mungil Diana terangkat dan duduk di kursi bar. Andrew menatapnya lembut, "ringan sekali. Berapa berat mu?"
"46."
bukan aku yang ringan tetapi kamu yang besar boss.
"Hahahahah pantas saja." Besar tubuh Diana tampak hanya setengah besar badan Andrew.
"Minumlah ini." Andrew menuangkan segelas anggur putih dingin dihadapan Diana .
"Saya tidak biasa minum Tuan." Diana menolak halus.
"Hanya segelas."
"Tapi, Tuan ...."
"Kamu berani menolakku?" Nada suara Andrew meninggi. Dia gemas dengan sikap membangkang Diana.
"Bukan begitu Tuan tapi saya tidak pernah ...," dirinya masih berusaha menolak
"Kamu! Coba lah minum this is good."
Andrew menganggkat gelas wine dan menyodorkan ke bibir Diana. Diana menyesapnya sedikit.
Melihat bibir mungil Diana yang menegak anggur putih, tiba-tiba timbul hasrat Andrew untuk mengecupnya.
Namun dia urungkan keinginannya. Entah apa yang membuat dia mampu menahan.
"Enak bukan? Sekarang kamu bisa lebih relax."________"Sudah berapa lama kamu berada di fancy cruise?"
"Baru dua bulan," jawab Diana.
"Berapa kontrak sudah kamu jalani?"
"Hmm. Tiga kontrak." Diana menghitung jumlah kontrak yang pernah dia jalani.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya ? "
"Tahun lalu di Pride cruise saya melihat anda sepintas, Tuan." Diana mencoba mengingat pertama kali dia melihat sosok Andrew.
"Kau yakin pernah bertemu aku sebelumnya hanya di Pride?" Andrew bertanya kembali.
"Seingat saya begitu." Ragu-ragu Diana menjawab takut membuat kesalahan. Pernah tersebar rumor ada seorang staf dari kantor pusat sering berkeliling kapal dan memberikan surat peringatan kepada staf kapal yang tidak mengenali mereka.
Andrew sedikit terperangah dengan jawaban polos Diana. Bagaimana mungkin gadis ini lupa dengan accident tadi siang di lift.
Bagaimana bisa gadis ini lupa, bahkan dia sudah mengusap dada ku.
Bagaimana mungkin aku begitu mengingatnya sedangkan dia begitu mudah melupakan.
Andrew tanpa sadar mendesah keras.
"Maaf apakah ada yang salah? Anda benar kan melakukan kunjungan di pride tahun lalu?" Diana bertanya dengan hati-hati, karena dia takut salah mengingat.
Tanpa sadar dia menegak kembali anggur putih yang masih terisi penuh berusaha menghilangkan rasa panik dan sedikit resah melihat pandangan tajam Andrew .
Masakan salah mengingat saja dia marah ?
Aku ingat dirimu karena peristiwa tahun lalu kamu membuat kita semua bergadang, harus memoles bar seperti baru. Tidak bisa aku lupakan tekanan yang diberikan Bar Manager agar tampil perfect dihadapanmu. Dasar Bar Manager penjilat, tanganku dibuat kering karena menyentuh bleach terlalu sering.
Diana menggerutu dalam hati mengingat kejadian itu.
"Aku memang di Pride tahun lalu." Andrew membenarkan keberadaannya di Pride Cruise salah satu cabang kapal pesiar yang berada dibawah naungannya. Masih tetap penasaran .
"Apa saja yang kamu lakukan sepanjang siang ini?" Andrew mencari pertanyaan yang menyegarkan ingatan Diana.
"Saya? Tentu saja sibuk menyiapkan keperluan kedatangan anda tuan. Saya sampai berlari kesana kemari. Apalagi ketika dinner tiba- tiba dipindahkan dari Executive lounge ke Presidential suite. Saya harus siap-siap segera. Ini adalah pertama kali saya menjadi butler anda." Diana bercerita dengan semangat. Setiap kali bercerita tangan Diana ikut bergerak menegaskan setiap kalimatnya. Tampak lucu dan menggemaskan dimata Andrew.
"Lalu?" Andrew ingin Diana meneruskan ceritanya
"Lalu?" Diana sempat bingung melanjutkan ceritanya.
"Apa ada kejadian khusus hari ini selain itu, mungkin kau bertemu dengan tamu yang menyebalkan." Andrew berusaha memancing ingatan Diana.
"Oh ya. Karena terburu-buru nya saya sampai menabrak seorang tamu hingga minuman yang dia pegang tertumpah. Semoga saja dia tidak menulis keluhan buruk tentang saya, apalagi dia sempat membaca name tag saya. Kenapa juga dia berdiri tepat didepan lift, menghalangi jalan. Kalau mau masuk ya masuk saja kan, Jangan hanya diam saja."
Diana bercerita dengan semangat tanpa sadar jika Andrew sedang menahan tawa. Dan dia tidak sadar kalau pria yang dia tabrak ada disebelah nya
"Diana dari negara Indonesia."
"Tepat sekali tuan, begitu dia membaca name tag saya. Sua______ranya juga persis," dengan sedikit terbata Diana berusaha mencerna suara Andrew dan mengaitkan dengan ingatanya.
Tiba-tiba Diana melompat berdiri dan menutup mulutnya, melotot kearah Andrew.
"Jangan bilang Anda adalah orang yang saya tabrak tadi," jantung Diana berdebar karena takut.
mati aku kali ini kalau sampai boss besar ini yang aku tabrak mana aku sudah mengatainya barusan.
Diana sedikit panik.
Andrew memandang Diana dengan tersenyum geli. Pria itu lepaskan dasinya dengan perlahan begitu juga jas, kemudian dia letakan di atas meja dan membuka beberapa kancing bajunya.
Melakukan semua gerakan dengan perlahan sambil memandang Diana, melihat reaksi gadis dihadapannya yang tampak kebingungan. Dan kembali tanpa sadar gadis cantik ini menegak habis minuman beralkohol mengusir kegugupannya seraya melirik dada kekar Andrew diantara kancing baju yang terbuka.
Wajah Diana bersemu merah. Alkohol terlalu cepat bereaksi padanya. Terlalu cepat meninggalkan jejak merah di wajah. Andrew justru makin terpesona pipi putih yang bersemu merah dan tampak malu-malu itu, makin ingin dia cium.
"Maaf tuan saya akan pergi keluar dulu, saya perlu ke toilet." Gadis kembali mencari alasan untuk meninggalkan ruangan. Setelah bisa keluar, aku gak bakal balik lagi itu rencana Diana.
"Gunakan toilet dikamarku. "
"Tapi tuan itu kurang pan ..."
"Kau suka membantah ya! Aku belum buat perhitungan dengan kesalahanmu hari ini." Andrew memotong kalimat Diana.
Diana hanya bisa diam dan akhirnya melangkah cepat ke kamar mandi dalam.
*Butuh udara segarrr*
Diana menepuk-nepuk dadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
AnggieYuniar
bru baca bbrp part ajaaa aku udah sukaaa bnget 😍😍😍😍😍
2022-11-04
0
Suryani
baca ini sambil senyum senyum sendiri 😊
2022-03-13
0
🏵🌸Blooming flower🌹🌷
tanda² kebucinan Andrew. awal penasaran adalah kebucinan ❤❤
2021-08-23
0