"Mau kemana kita?" setengah protes terlihat di wajah Diana karena Andrew menarik tangan dan menggandengnya erat sedemikian rupa dihadapan banyak crew member. Bahkan disana tampak berjejer petinggi kapal pesiar dari Captain atau nahkoda kapal dan anggota intinya, hotel managers, semua kepala department, bahkan Anthony dan beberapa supervisor. Semua seperti barisan pagar ayu dari arah crew mess menuju lift.
Awalnya mereka para petinggi kapal itu mengira bila Andrew mengadakan inspeksi mendadak di area crew. Sehingga mereka berbondong-bondong turun untuk menemui dan mendampingi Andrew. Tapi akhirnya yang terlihat adalah sebuah drama pengejaran terhadap gadis cantik yang bertubuh kecil. Mereka heran dan bertanya-tanya dalam hati apa yang boss besar itu lihat dari diri bartender sederhana yang bahkan tidak tahu caranya menegak alkohol.
Di dalam lift hanya mereka berdua. Kembali Diana protes, "lihat tuan, apakah anda tidak merasa jengah dan gengsi melihat mereka menatap anda dengan heran?" tanya Diana.
"Kenapa aku harus gengsi?" tanya Andrew heran.
"tentu saja karena anda berjalan dengan saya seperti ini."
"Apa perduliku dengan pikiran meraka. Aku yang menggaji mereka, aku tidak harus tunduk dan gengsi dihadapan mereka." jawab Andrew dengan santai.
"Jadi karena anda menggaji saya, kemudian anda seenaknya memperlakukan saya seperti ini dan memaksa saya berbuat seperti yang anda mau?!" sindir Diana dengan ketus.
"Iya." jawaban singkat Andrew membuat Diana semakin jengkel. Dia tidak menyangka Andrew akan menjawab semudah itu. Dalam drama, cerita ketika orang disindir dengan keras mereka akan mengatakan hal yang sebaliknya. Tapi boss satu ini malah dengan terang-terang mengiyakannya.
"Huh." Diana mendengus kesal.
"Sekarang kau tau bukan kalau kau harus menurutiku, karena aku yang memegang kekuasaan disini." Andrew terkekeh melihat raut wajah cemberut Diana. Ingin rasanya dia angkat dan cium gadis disampingnya ini tapi sayang pintu lift sudah terbuka.
Andrew menarik Diana masuk ke ruangan beauty centre. Managers disana terkejut melihat kehadiran Andrew.
"Selamat pagi tuan, ada yang bisa kami bantu?" tanya Managers yang masih bertanya-tanya alasan kedatangan Andrew.
"Mandikan gadis ini dan dandani dia, aku akan membawanya keluar hari ini. Satu jam lagi aku kembali." perintah Andrew kepada managers itu.
"Baik tuan. Dandanan casual atau formal?" tanya managers wanita itu kembali.
"Casual." jawab Andrew setelah berpikir sejenak.
"Kita mau kemana?" tanya Diana.
"Kau akan mengetahuinya nanti gadis kecil." sahut Andrew sambil menjentik hidung mancung Diana.
"Tapi aku kan tidak bilang kalau aku mau."
"Kau lupa dengan apa yang aku katakan tadi?" tanya Andrew dengan memincingkan matanya.
Diana menarik nafas dan menghelanya perlahan, "iya.iya anda yang menggaji saya." jawabnya perlahan dengan nada kesal.
"Gadis pintar." ujar Andrew sambil mengacak rambut Diana.
"Hati-hati pastikan dia tidak kabur!" Kata Andrew dengan tegas kepada manager beauty centre yang mengiyakan dengan tegas pula.
"Mari nona, saya antarkan anda mandi." ujar Managers itu, dengan dibantu oleh anak buahnya dia menyiapkan ruangan untuk Diana mandi, sabun cair yang luar biasa harum dan music mengalun lembut hingga ke kamar mandi.
"Aku bisa mandi sendiri." tolak Diana ketika salah satu asisten kecantikan hendak membantu dia melepaskan pakaiannya.
"Baiklah nona kami tunggu di luar. Tolong jangan lebih dari lima belas menit karena kami masih harus merias anda." ujar asisten tersebut.
Diana hanya mengangguk.
Sepuluh menit kemudian, Diana keluar dengan mengenakan bathroob. Sementara managers dan asisten telah menanti nya. Mereka mengerjakan bagiannya masing-masing. Ada yang mengoleskan hand body kesekujur tubuh, ada yang melekukan manicure dan pedicure, ada yang merias wajah dan ada yg mulai mebgeribgkan rambutnya. Ini pertama kalinya dia merasa bagaikan seorang putri dilayani penuh hormart meskipun mereka adalah sesama karyawan biasa.
Tepat satu jam, Andrew sudah datang. Dan Diana sudah siap. Andrew tersenyum lebar melihat perubahan pada gadis itu. Kecantikan dan daya tarik Diana tampak semakin terpancar bersama dengan senyum malu-malunya.
"Ayo kita nikmati hari ini bersama." gandeng Andrew.
Mereka melangkah keluar dari kapal pesiar, menikmati sinar matahari yang sudah menghangat Andrew menggandeng tangan Diana menuju ke mobil mewah yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.
Meskipun bukan pertama kali Diana mengunjungi tempat ini, Grand Cayman, tapi memang berbeda terasa dengan adanya Andrew disisinya selain itu Andrew membawanya ke area yang berbeda. Sebelumnya dia hanya menikmati pertokoan dimana mereka menjual souvenir yang hampir sama disetiap tempat sambil sekedar duduk relax dengan menikmati frapucinno.
Tapi saat ini dia berada dalam mobil mewah dan seorang pria tampan yang memeluknya erat.
Cinderela? Bukan! Aku bukan Cinderella. Aku harus tetap sadar dan menghentikan khayalanku. Aku akan segera kembali ke dunia nyata saat boss besar selesai berlibur.
Hal itu lah yang terlintas dalam benak Diana.
"Kau menyukainya gadis kecil?" tanya Andrew memperhatikan Diana yang sedari tadi memandang kearah luar jendela. Pemandangannya pulau kecil itu memang luar biasa indah. Grand Cayman merupakan salah satu tempat wisata yang menonjolkan keindahan alam laut nya. Meskipun seringkali terdengar gosip melalui film-film atau dunia polotik dimana banyak sekali konglomerat yang menyimpan uang mereka disini.
"Iya. Sisi yang berbeda dengan yang biasa aku lalui." ujarnya jujur.
"Keindahan ini baru awal." ujar Andrew lembut.
"Aku akan membawamu kedunia yang berbeda." ujarnya lembut.
Diana menoleh, pandangan mereka bertemu, wajah Andrew terlalu dekat, hingga hembusan nafas Andrew terasa menyapu wajahnya, hangat. Diana buru-buru memalingkan wajahnya kembali dan memandang keluar jendel menyembunyikan kegugupan dan desiran di hatinya.
Mobil mewah berhenti di sebuah hotel mewah. Bell boy segera membuka pintu dan dengan hangat menyambut mereka. Bak selebriti yang disambut oleh karpet mewah, mereka melangkah masuk ke dalam hotel.
"Aku harus menemui seseorang dan membicarakan pekerjaan kau tetaplah disisiku." kata Andrew ketika mereka sudah tiba di club house. Diana hanya menurut dan melangkah cantik disisi Andrew.
"Hi mr Andrew how are you?" sapa seorang pria yang berusia sekita lebih dar empat puluh lima tahun.
"Hi mr Smith, i'm fine." jawab Andrew. Kemudian pria itu menoleh kearah Diana dan memperkenalkan dirinya. Mereka tertawa hangat dan berbasa-basi sedikit. Diana yang awalnya hendak duduk disisi Andrew merasa sedikit jengah. Seraya berbisik dia meminta izin untuk duduk menjauh.
"Baiklah, kau carilah salah satu kursi yang membuatmu nyaman dan pesan apapun yang kau mau. Tapi ingat jangan coba-coba kabur lagi atau aku akan meninggalkanmu di pulau ini sendirian." ancam Andrew.
"Iya aku mengerti." sahut Diana dengan kesal karena Andrew selalu berhasil mengancamnya.
Dia duduk menyendiri disudut ruangan sambil memandang keindahan seraya menikmati charlote cake dan segelas english breakfast tea. Yang pasti dia tidak ingin melihat harga menu yang dia pesan, karena bisa jatuh pingsan dirinya dengan harha secangkir teh dihotel tersebut.
Pembicaraan antara Andrew dan pria tersebut berlangsung lebih dari satu jam. Beberapa kali Diana melirik kesal kearah Andrew. Terkadang oandangan mata mereka bertemu dan Diana segera memalingkan wajahnya. Sikapnya yang seperti itu membuat Andrew merasa senang dan sengaja memperpanjang percakapan agar bisa melihat wajah imut Diana yang mencuri pandang padanya dengan kesal. Setelah dua jam, tampak pembicaraan diantara mereka selesai dan mr. Smith berpamitan pada Diana.
"Menginaplah hari ini mr.Andrew. Hotel kami akan memberikan harga khusus dan banyak fasilitas mewah untuk nona Diana." tawar Mr.Smith yang ternyata adalah Hotel Director di tempat ini.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Andrew kepada Diana.
"Tidak bisa, pukul empat kapal akan berlayar. Kita harus segera kembali sebelum ketinggalan." tolak Diana.
"Ah, sayang sekali nona, malam ini kita memiliki acara special." ujar Mr. Smith menyayangkan penolakan Diana.
"Maaf mr. Smith. Mungkin lain kali mr.Andrew akan menginap di tempat ini." ujar Diana dengan sopan.
"Aku akan tinggal mr.Smith." ujar Andrew dengan tiba-tiba membuat Diana kaget dan memandangnya dengan setengah melotot.
"Tidak bisa!"
"Kenapa tidak bisa?"
"Aku harus kembali."
"Kenapa begitu?"
"Aku rasa aku memerlukan ijin khusus untuk dapat tinggal di daerah tertentu." kata Diana denga ragu-ragu.
"Itu urusanmu." jawab Andrew dengan cuek.
"Tapi, tuan anda yang menbawaku kemari, maka anda pula yang harus mengantarkanku kembali."
"Hmm itu bukan urusanku." jawaban Andrew membuat Diana kesal.
"Okey kemarikan kartu identitasku." Diana menyodorkan tangannya.
"Aku lupa meletakannya dimana." goda Andrew seraya menyentuk semua kantong di tubuhnya.
"Aku tidak percaya."
"Silahkan kau cari bila kau tidak percaya." tantang Andrew sambil mengangkat kedua tangannya.
Diana merasa kesal. Seandainya tidak ada mr. Smith dan para pelayan disini, pasti dia akan menggeledah kantong-kantong ditubuh Andrew.
"Tenanglah nona, anda tidak perlu kuatir dengan masalah imigrasi. Kami bisa mengaturnya untuk anda." mr. Smith yang sedari tadi menahan senyuman melihat bagaimana Andrew menggoda Diana, akhirnya membuka suara.
"Itu dengar bukan, tidak perlu risau, kau aman bersamaku." ujar Andrew dengan percaya diri.
"Baiklah kami akan menyiapkan kamar, permisi." Mr. Smith meninggalkan mereka berdua. Sementara Diana masih merasa jengkel.
aman apanya? justru disisimu aku merasa tidak aman
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
hai guys bab ini sudah selesai di revisi. Bagaimana kalian suka? bab selanjutnya segera akan direvisi yaa.
Ini adalah penampilan casual Diana dan Andrew ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Devitafazasa
aq suka potoh nya thoor cantik dang ganteng
2022-12-27
0
Suryani
pantesan para cewek pada meleleh sama Mr Andrew waoow gitu orangnya
2022-03-14
0
Halimah Tussadiyah
aku sk.. keren 👍
2021-09-26
0