💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Berjalan melewati dinning room dengan tangan kecilnya yang digenggam erat oleh Andrew sang big bos membuat Diana tertunduk malu. Dia tahu setiap mata karyawan maupun tamu akan memandangnya dengan penuh tanda tanya hingga gosip akan berlangsung dengan hangat.
Bagaimana tidak jika big boss dengan membuang harga dirinya dan tanpa rasa malu menggandeng tangan seorang bartender, seorang karyawan kecil melintasi jalan umum yang pastinya dilalui banyak karyawan dan tamu kemudian membawa gadis itu ke executive lounge.
Memasuki executive lounge semua karyawan senior menyambut mereka dengan hormat meskipun sudut mata mereka melirik pada Diana yang saat ini menempel erat di sisi boss besar.
Andrew memilih makanan tanpa bertanya pada Diana apa yang dia inginkan.
"Apa yang kau lakukan sepanjang siang ini?" tanya Andrew. Pertanyaan yang tidak berbobot karena Andrew masih jengkel gadis dihadapannya kabur membuat dirinya merasa terhina.
"Tidak ada tuan." jawab Diana sambil memainkan gelas berisi air putih ditangannya.
"Tidak ada?" tanya Andrew tidak percaya.
"Tidur tuan." jawabannya membuat Andrew semakin gusar.
"Tidur katamu? Apakah di kamarku tidak ada kasur? Apa kau tidak bisa tidur disana?" tanya Andrew dengan nada kesal.
"Itu.. eh.." Diana gelagapan menjawab pertanyaan Andrew.
"Kau malu padaku? Tapi kenapa? Apakah sentuhanku kurang nyaman?" pertanyaan Andrew yang penuh percaya diri membuat Diana terbelalak dan menengadahkan wajahnya menatap Andrew.
Dia pikir aku apaan?
"Kau tampak cantik bila melotot seperti itu." ujar Andrew gemas melihat wajah mungil dihadapannya yang terbelalak. Diana hanya bisa melengos kesal.
Waitrees senior sudah datang beberapa kali menyajikan makanan. Semua makanan yang di pilih Andrew memang nikmat dan belum pernah dia coba sebelumnya. Tampak sekali perbedaan diruangan executive dan di fine dinning tadi. Berulang kali waitress menawarkan wine yang selalu dia tolak. Tidak ingin kejadian yang sama terulang lagi seperti semalam.
Setelah selesai makan malam, Andrew memerintahkan kepada pelayan untuk mengirim chesee plates dan beberapa macam dessert ke kamarnya. Dia kembali menggandeng tangan Diana dan membawa gadis itu ke presidential suite.
Makanan ringan sudah terhidang bahkan sebelum mereka tiba di presidential suite.
"Tuan, tolong izinkan saya kembali ya. Anda bisa beristirahat sekarang." Ujar Diana sedikit gelisah didepan pintu kamar sambil melirik ke kanan dan kiri lorong kuatir apabila Gladys tiba-tiba datang dan mempermalukan dirinya lagi.
"Aku ingin menikmati bulan dan bintang bersamamu." sahut Andrew sekenanya. Dia menarik Diana dan mempererat pelukannya hingga gadis itu tidak dapat berkutik dan hanya dapat menundukan kepalanya. Dalam hatinya dia takut semua orang akan beranggapan kalau dia sengaja mendekati boss besar untuk mendapatkan keuntungan.
Pintu kamar terbuka dan tertutup kembali. Andrew melepaskan pelukannya dan membiarkan gadis itu bernafas bebas untuk sesaat hingga akhirnya Andrew menggoda Diana kembali dengan menyudutkan gadis itu di dinding sembari kedua tangannya diletakan di dinding mengunci Diana. Dia pandangi wajah kikuk gadis yang menawan hatinya. Alis yang rapi, mata bulat kecil, hidung mungil yang mancung, hingga bibir tipis yang merona merah sedikit bergetar mengundang, membuat Andrew ingin mengecup untuk menenangkannya. Wajah Andrew mendekat perlahan hendak menyambar bibir mungil Diana, tetapi seketika Diana menjadi lebih pintar dan gesit dia merendahkan tubuhnya dan keluar dari bawah ketiak Andrew hendak pergi menjauh meninggalkan Andrew, sayangnya dia tidak berhasil lagi, tangan Andrew lebih cepat menyambar lengan gadis itu dan menariknya kembali kedalam pelukannya.
Kali ini Diana benar-benar tidak dapat berkutik lagi. Pelukan Andrew erat mengunci kedua tangannya yang menggantung dibawah. Kesalahan yang dilakukan dirinya adalah menengadahkan wajah hendak protes, karena sedetik itu juga Andrew tidak menyia nyiakan kesempatan untuk mencumbunya. Andrew ******* habis bibir Diana layaknya singa kelaparan. Dan menggigit ringan bibir gadis itu memaksanya untuk membuka mulut dan lidah Andrew mulai bergerilya menelusuri dalam mulut diana menghisap dan ******* bibir gadis kecilnya tanpa ampun. Dia hentikan sesaat ciuman buasnya ketika disadari nafas gadis itu tersenggal-senggal.
Sambil tersenyum puas dia memandangi bibir Diana yang mulai membengkak kemerahan. Bahkan dirinya sendiri heran, hanya dengan ******* bibir gadis ini dia merasa begitu puas dan bahagia. Apalagi bila mereka melakukan lebih, entah kepuasan seperti apa yang dapat dia rasakan.
Andrew menggandeng tangan Diana dan mengajak gadis itu ke mini bar. Dia mengambil sebotol sparkling water dan memberikan pada Diana. Gadis itu langsung menegak habis sparkling water itu hingga sedikit terbatuk karena soda yang menyengat dari minuman.
"Pelan-pelan, kita masih punya banyak waktu disini gadis kecil." kata Andrew dengan tersenyum.
"Tuan, aku..." belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya Andrew sudah menyuapkan sepotong cheese cake kedalam mulut Diana membuat gadis itu mengerutkan keningnya merasa kesal karena terpaksa mengunyah kue. Andrew memasukan ke mulutnya sendok bekas Diana. Kembali mengambil sepotong dan menjejalkannya lagi kemulut gadis dihadapannya dan kembali dia memasukan kedalam mulutnya sendok bekas Diana.
Potongan ketiga Diana menolak membuka mulut, "sudah tuan." Andrew tertawa kecil kemudian menuangkan dua gelas red wine.
"Ayo kita nikmati bulan bintang dan katakan siapa yang lebih menarik hatimu." Andrew menyerahkan satu gelas wine kepada Diana dan menggandeng gadis itu keluar di balcony. Alunan musik terdengar lembut dari corong speaker kapal pesiar, terlalu romantis didengar. Andrew memeluk Diana dari belakang dan dia memposisikan dagunya diatas kepala Diana. Mereka hanya diam sambil mendengarkan degupan jantung masing-masing sambil memandang buih air laut.
Jantung Diana berdegup kencang ada perasaan bahagia bercampur rasa takut. Takut kalau semua ini hanyalah berakhir mimpi. Tujuh hari cruise bila usai mungkin kemesraan ini hanya menjadi kenangan. Oleh karena itu dia berusaha sebaik mungkin menutup perasaan dan pikirannya kembali berkutat bagaimana caranya kabur.
Sementara Andrew tidak berpikir jauh, dia hanya merasa penasaran dengan penolakan gadis ini berkali-kali. Meskipun demikian dia merasa bahagia memeluk dan mencium Diana. Walaupun dirinya sendiri heran kenapa dia bisa begitu menikmati sekedar ciuman bersama Diana sedangkan sebelum ini dia tidak pernah berciuman dengan gadis-gadis yang dia tiduri. Semua model ataupun wanita sosialita hanyalah tempat pelepas nafsu sesaat saja tanpa menimbukan kebahagian apalagi perasaan tentram hanya dengan memeluk mereka.
"Kenapa kau tidak meminumnya?" tanya Andrew ketika melihat gelas Diana masih terisi.
"Tidak apa-apa tuan. Saya kurang menyukainya." Diana mencari alasan.
"Cobalah, ini wine yang bagus." hanya dengan aromanya saja Diana tahu wine ini pasti mahal sekali menggodanya untuk merasakannya apalagi jenis wine ini tidak ada di bar kecuali executive lounge.
Andrew membalikan tubuh Diana, menyesap wine kemudian mencium bibir Diana dan tepat ketika gadis itu membuka mulutnya, andrew menyalurkan wine dari mulutnya kedalam mulut Diana.
*Gross but sexy*
Diana terpaksa menegaknya karena terkejut dan sedikit sisa wine menetes didagunya yang kemudian diusap Andrew perlahan.
"Tuan!" dirinya jengkel sekali dengan tindakan Andrew. Meski diakuinya wine itu nikmat sekali dan dadanya berdesir akibat tindakan Andrew.
"Nikmat bukan? Minumlah atau kau lebih suka meminumnya dari mulutku?" ujar Andrew menggoda.
Kenapa kau memaksa sekali sih tuan, aku takut tidak dapat mengontrol diriku dari segelas wine ini.
kata Diana dalam hatinya
Diana akhirnya menyesap wine tersebut perlahan. Manis nya wine merambah di lidahnya dan menyalurkan kehangatan di kerongkongan mengalir ke seluruh tubuhnya.
"Peganglah." Andrew memberikan gelas wine miliknya kepada Diana.
"Jangan sampai jatuh atau aku akan menggigitmu." ancam Andrew lembut.
Pegang gelas begini saja tidak mungkin jatuh
Kata Diana dalam hati.
Andrew terkekeh melihat Diana yang gusar karena menyepelekan tugas Andrew. Sedetik kemudian Andrew kembali memegang kedua pipi Diana dan menegadahkan wajah gadis itu kemudian kembali ******* lembut bibir Diana. Diana terkejut wine ditangannya ikit bergetar.
"Jangan jatuh," bisik Andrew. Kemudian kembali dia mendaratkan serangan dibibir gadis itu kali ini dengan lembut mengusap menghisap. Sesaat gadis itu terhanyut dengan kemesraan yang dilancarkan oleh Andrew. Bahkan Andrew sendir tidak mengerti kenapa dia bisa begitu menginginkan gadis ini. Gadis bawahannya yang sederhana meskipun cantik.
Kesadaran Diana kembali ketika dia merasakan tangan Andrew mulai meremas bahunya. Diana menggigit bibir Andrew agar terlepas dari ciuman tapi Andrew malah memeluknya erat dan mulai meremas bahunya lebih keras hingga gadis itu meringis melepaskan gigitannya.
Andrew menghentikan ciumannya dan tersenyum memandang wajah gadis dihadapannya yang terpejam. Di kecupnya perlahan mata dan kening gadis itu. Kemudian dia mengambil gelas wine, kembali menyodorkannya di bibir Diana dan menghisap sisa wine di bibir gadis itu.
"Tuan, sudah. Aku mau kembali ke bawah."
"Tinggalah disini menemaniku."
"Aku tidak mau."
"Aku tidak perduli."
"Tuan!" Diana tanpa sadar mengeluarkan suara protes dengan lantang dan dia pun terkejut dengan suaranya sendiri.
"Kau tetap disini bersamaku, jika tidak..."
"Jika tidak apa tuan? Anda mau menahan pasport saya? Tahan sudah, saya bisa mengajukan kehilangan pasport di Kedutaan atau tuan mau melempar saya ke laut, memangnya tuan tega?" dengan gencar Diana mulai menyerang Andrew membuat boss besar itu terperangah dengan kata-kata gadis itu.
"Hal terburuk aku bisa saja menghapus file kalau kau pernah bekerja di cruise atau aku akan mengatakan kepada mereka bahwa kau telah mencoba untuk kabur dari cruise dan berniat menjadi imigran. Kau tahu bukan bagaimana mereka memperlakukan seorang imigran gelap?" Andrew membalas menggertak gadis itu.
Diana terdiam sedikit merasa takut membayangkan jeruji besi.
"Dan hal terbaik aku akan memaksamu untuk bercinta denganku." bisik Andrew lembut ditelinganya.
Ancaman pertama membuat dia ketakutan dan ancaman kedua membuat dia merinding.
"Lalu apa yang anda inginkan tuan?" tanyanya pasrah.
Andrew menyeringai penuh kemenangan.
"Temani aku dan tidurlah disisiku."
"Hanya tidur ya tuan, tidak lebih!" ujar Diana mencoba bernegosiasi.
Andrew menyeringai licik tanpa menjawab perkataan gadis itu.
"Tuan?!" Diana butuh janji.
"Iya hanya tidur." sahut Andrew cepat. Kemudian dengan lirih dia berkata, "dengan sedikit bumbu."
"Apa tuan?" tanya Diana yang mendengar kalimat tidak jelas dibalik seringi Andrew.
"Oh tidak. Aku perlu sedikit olah raga malam."
Heh? Malam-malam begini kok mau olah raga
pikir Diana dalam hati sambil memandang aneh Andrew dihadapannya yang hanya menyeringai dari tadi.
"Ayo masuk gadis kecil. Kita tidur."
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
ini gambaran exexutive lounge ya readers tercint
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Devitafazasa
adu thoor harudang kayak nya ni thor
2022-12-27
0
AnggieYuniar
kenapaaa sdkit yg komen, pdhl ceritanya bagus bngeettt.. ayooo donk readers komen yg buanyaaaakkk
2022-11-04
0
Suryani
ceritanya bagus kok lakenya dikit,ayo jempol nya pada digoyang,yg belum baca ayo pada melipir ke sini
2022-03-14
0