Jam lima sore, ketika kapal mulai bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan, pemandangan tampak sangat indah dilihat dari jendela kaca besar di kamar Presidential suite. Beberapa petugas pelabuhan melambaikan tangannya, pastinya tamu-tamu kapal juga sedang asyik melambaikan tangan di deck 3 lobby maupun deck 9 area terbuka dan kolam renang.
Matahari yang tampak jelas berwarna oranye bulat cerah perlahan bergeser ke ufuk barat. Pemandangan yang indah. Langit begitu bersih hanya beberapa awan di pinggiran seakan-akan membingkai langit.
Sedang asyik Diana memandang ke jendela, ketika hostes yang bernama Silvia menyenggol bahunya.
"Hei jangan melamun. Tuan Andrew sudah datang."
"Ohhh iya-iya." Diana segera beralih ke arah mini bar. Sambil berjalan Diana melemparkan pandangan ke arah Tuan Andrew dan menganggukan kepalanya, yang disambut hanya dengan pandangan dingin.
Tuan Andrew melangkah menuju ke kamar . Selang beberapa menit kemudian, ketukan di pintu Presidential Suite terdengar. Seorang pelayan membukakan pintu dan tampak gadis cantik berambut pirang, bermata biru dengan gaun berwarna biru panjang melangkah masuk langsung menghampiri bar.
"One cosmopolitan," pintanya.
"Baik, Nona." Diana menggoyangkan shaker dan menuangkan minuman berwarna merah muda ke gelas martini dihadapan wanita cantik itu.
Tak lama kemudian datanglah juga wanita cantik berambut kecoklatan, bermata biru. Menghampiri Diana,
"Hi Diana seperti biasa ya. "
"Siap, Nona Lisa." Diana kembali menggoyangkan shakernya dan menuangkan appletini kehadapan Lisa. Lisa dan gadis berambut pirang asyik bercakap- cakap dengan bahasa asing. Mereka berasal dari negara yang sama.
Lisa merupakan wakil dari Directur Kapal Pesiar
Satu persatu orang penting yang berjabatan tinggi berdatangan. Captain, Cruise Directore, Hotel Managers, Doctors, F&B managers.
Semua sudah memegang minuman dan asyik mengobrol .
Diana mengamati wajah orang-orang di hadapannya satu persatu. Hingga pandangannya beralih ke Tuan Andrew yang baru saja keluar dari kamar. Semua tampak hormat dan menyapa Tuan Andrew yang tak begitu menghiraukan mereka.
Pria itu langsung melangkah menuju bar. Diana mulai meletakan cangkir martini dingin dihadapan Tuan Andrew, bersiap meracik minuman kesukaan boss besar itu seperti yang telah di pesan oleh Managernya. Belum sempat Diana meracik minuman, Tuan Andrew menghentikannya.
"Saya tidak menginginkan martini saat ini tuangkan chardonay." Priantamoan bermata hazel itu meminta segelas white wine .
Segera saja Diana mengganti gelas martini dengan gelas anggur putih kemudian meletakan dihadapa Mr. Andrew dan menuangkan white wine .
Percakapan di antara penjabat tertinggi kapal pesiar itu berlanjut ke meja makan. Silvia sibuk melayani mereka dan tentu saja Diana sibuk dengan minuman, berkeliling menuangkan wine sesuai selera menu makanan mereka.
Kamar Presidential suite ini benar- benar lengkap. selain bar bahkan ada mesin kopi khusus. Ruang tamu dan meja makan yang elegant.
Setelah menyelesaikan makan malam, mereka melanjutkan percakapan ke sofa yang menyatu dengan ruang makan. Beberapa diantara mereka menikmati secangkir kopi, sedangkan lainnya menikmati segelas cognac.
Tak Lama kemudian Cruise director tampak berpamitan. Sebentar lagi adalah tugasnya memberikan sambutan selamat datang ke seluruh penumpang kapal.
Gadis berambut pirang yang cantik itu kembali menghampiri Diana.
"Vodka redbull," pintanya. Diana segera menuangkan permintaan wanita tersebut. Untung saja dia menyediakan emoat kaleng red bul untuk berjaga-jaga.
Sambil menggenggam gelas berisi vodka red bull , gadis itu mulai menghampiri Andrew berbicara dengan manja dan kerlingan mata yang genit. Sedangkan di sisi lainnya tampak Lisa pun berusaha menarik perhatian Andrew.
Gadis berambut pirang meletakan tangannya di paha Andrew dan Lisa membelai kepala pria itu.
Dari arah meja bar Diana memeperhatikan tingkah laku mereka sambil membereskan beberapa peralatan.
Andrew seorang Ceo muda yang tampan, gagah dan cukup banyak membuat terobosan baru di dunia bisnis pariwisata. Diusianya yang 35 tahun ia sudah berhasil membenahi kegagalan ayahnya dalam membesarkan perusaahan kapal pesiar. Andrew dipercaya untik menjadi Ceo kapal pesiar mewah ini.
Rambutnya berwarna coklat tua tersisir rapi, cambang kasar di wajahnya membuat dia nampak lebih maskulin. Matanya yang berwarna hazelnut tampak ramah menatap gadis-gadis yang asyik bermanja- manja dan mulai merayu mengharap lebih.
Gimana ya rasanya punya pacar ganteng dan kaya seperti Tuan Andrew.
Plak! Diana memukul kening nya perlahan sambil mengeleng- gelengkan kepalanya.
hihhh mikir apa aku. Mana mau orang ganteng dan berkelas seperti dia sama aku. Orang ganteng ya sama orang cantik apalagi boss besar. Waduh mimpi gilaaaa.
Tipe seperti mereka suka gonta ganti pasangan, kena penyakit nanti aku, hiiii.
Diana tersenyum sendiri dengan khayalannya sambil menggelengkan kepala.
"Kenapa kamu tersenyum sendiri!"
Diana tersentak kaget melihat Andrew sudah dihadapannya.
"Ah tidak apa-apa tuan," sahut Diana gugup.
"Kalau tidak ada apa-apa kenapa kamu tersenyum?"
Diana hanya tersenyum tipis dan kikuk menjawab pertanyaan Andrew.
"Wine lagi tuan?" Ia berusaha mengalihkan pembicaraan.
Andrew hanya melengos mendengar jawaban Diana.
"Kamu biasa minum apa? " tanya Andrew.
"Air putih, Tuan." jawab Diana polos.
"Maksudku minuman beralkohol," suara Andrew terdengar gemas.
"Maaf saya tidak minum alkohol, Tuan."
"Heh? Kamu benar bartender, kan? Bagaimana bisa seorang bartender tidak minum alkohol? Awas racikanmu tidak enak."
"Saya meracik sesuai resep tuan, terkadang saya mencicipi untuk mengerti rasa tapi bukan berarti saya minum."
"Oh ya bagaimana kalau ada pesta crew apa yg kamu minum? mimosa?"
"Tidak, Tuan. Saya hanya minum plum tea atau kopi."
"Hmmm gadis aneh. Lihat itu ... wanita disana mereka sangat ahli dengan alkohol." Andrew menunjuk ke arah lisa dan gadis cantik berambut pirang.
dan terlihat bodoh ketika mabuk, gumam Dana dalam hati.
"Apa katamu?"
"Tidak tuan, saya tidak bicara apa-apa." Diana menjawab dengan sigap menutupi kekagetannya.
gila memang dia bisa telephaty apa.
"Kamu mengatai saya?"
"Tidak tuan saya tidak berani." Diana segera menjawab .
memangnya bisa ya dia baca pikiranku, kok jadi serem.
Tal lama kemudia wanita berambut pirang menghampiri Andrew, memeluk dari belakang sambil menyandarkan kepalanya di lengan Andrew.
"Sayang apa yang kamu lakukan disini?"
"Hanya mengganti minuman," jawab Andrew singkat.
"Kamu kan bisa memanggil dia untuk melayanimu." Wanita itu menunjuk pada Diana. Andrew tidak menjawab dan hanya melengos pergi menuju kaca jendela besar memandang lautan lepas.
Diana menoleh ke arah sosok Andrew yang berdiri menghadap lautan, deburan ombak yang perlahan dan sinar cahaya bulan purnama yang terpancar cerah merupakan pemandangan menakjubkan bagaikan sebuah lukisan yang indah.
"Hei kau tidak mendengarku? Vodka redbull lagi!" kata gadis pirang itu dengan kasar ke Diana.
"Mimpi kamu bisa dekat dengannya. Hahahha. Wajah kamu biasa saja dan kamu gak sexy sama sekali. Flat," gadis pirang itu mengejek Diana ketika dia tahu apa yang sedang diperhatikan oleh bartender dihadapannya
"Tapi Diana smart girl loh, Gladys." Lisa sudah berada di dekat mereka.
"Smart apaan. Buruh." umpat gadis berambut pirang yang ternyata bernama Gladys.
"Aku sudah beberpa bulan bisa bersama Andrew. aku lah yang paling smart," jawab Gladys dengan congkaknya.
"Iya kamu memang pandai dan cantik," puji
Lisa kepada Gladys yang tampak mulai mabuk.
"Hei buruh, vodka redbull lagi. Double shoot!" Gladys berteriak ke Diana.
"Nona anda sudah menghabiskan tiga kaleng redbull malam ini sebaiknya minum yang lainnya ya. Terlalu banyak red bul tidak baik untuk kesehatan anda." Diana tampak mengkhawatirkan kesehatan Gladys yang sudah meminum tiga botol minuman sejenis kratindaeng malam ini.
"Aku bilang mau vodka redbull, kenapa kamu berisik sekali huh!" Gladys mulai marah.
"Beri dia coke." Andrew tiba- tiba sudah berada diantara mereka. Tampaknya sedari tadi Andrew sudah memperhatikan perselisihan yang terjadi.
"Ya, Tuan. " Diana menuangkan coca-cola ke gelas dingin.
"Tapi aku mau vodka redbull sayang," sahut Gladys merengek.
"Kamu sebaiknya mendengarkan perkataan seorang bartender," jawab Andrew dingin.
"Huh tidak biasanya kamu langsung setuju dengan perkataan buruh." Gladys menimpali kasar sambil menegak coca-cola dan setelah itu mulai kembali merayu Andrew.
"Sayang suruh mereka pergi. Waktunya berduaan atau mau bertiga dengan Lisa?" rayu Gladys.
Diana seketika mundur dengan wajah merah karena malu mendengar perkataan Gladys dan mulai membenahi serta membersihkan meja bar .
Andrew memperhatikan gerak-gerik Diana. Ada segelintir rasa penasaran terhadap gadis itu. wajah Asia dengan senyum ceria dan make up tipisnya tampak menarik. Banyak wanita Asia yang sering dia jumpai dimanapun, tetapi baru wanita ini yang tampak memikat.
Andrew melepaskan pelukan Gladys, mendorong Gladys ke Lisa.
"Lisa antar Gladys ke kamarnya."
"Hmm...." Lisa hanya menggumam. Dalam hati Lisa bersorak girang. Akhirnya Andrew hanya milikku seorang.
"Kamu tidak perlu kembali lagi. Kalian semua pergilah," perintah Andrew.
"Aku mau bersamamu Andrew sayang," rengek Gladys.
"Kalau kamu tidak mau keluar baik- baik, aku akan memanggil security," ancam Andrew.
"Biarkan saya yang mengantar nona Gladys." Hotel
director yang berusia lima puluh tahunan dan masih tampak gagah itu menawarkan diri. Dia sedari tadi diam duduk di sofa sambil menikmati segelas alkohil dan memperhatikan Gladys.
"Okey, She is yours." Seperti menyodorkan barang, Andrew mendorong Gladys ke arah Hotel Director yang disambut dengan senyum ceria, dipeluknya Gladys dan dibimbing keluar, tanpa perlawanan.
"Okey everybody out. Tinggalkan saya sendiri!" perintah Andrew.
"Tidak dengan kamu. Kamu diam disini temani saya malam ini." Andrew menunjuk pada Diana.
Diana terperangah. Jantungnya berdebar, bulu kuduknya merinding mendengar perintah Andrew. Berdua disini dengan big Boss yang baru saja marah-marah. Aduhhh bagaimana ini.
Apa yang harus aku lakukan. Bagaimana caranya aku menghindar?
Satu persatu mulai berpamitan meninggalkan ruangan. Diana menghampiri Lisa memohon pertolongan.
"Tuan Andrew bisa kah saya tinggal disini menggantikan Diana, kasihan dia belum beristirahat dan makan." Lisa memohon pada Andrew.
"Tidak. Dia tinggal disini. Kamu suruh room service antarkan makanan untuk gadis ini. Steek, welldone kan? Biasa Asia suka matang." Andrew tidak mengijinkan Lisa untuk menggantikan Diana.
Ada rasa penasaran dalam benak Andrew terhadap Bartender dihadapannya ini. Ia masih ingin berbincang santai dengan Diana yang tampak begitu polos dengam senyuman yang meluluhkan hati.
Lisa akhirnya meninggalkan ruangan.
Dalam ruangan hanya ada mereka berdua . Andrew dan Diana.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Hi guysss.... Bantu vote dan like nya yaaaa... trimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Maya Mawardi
aku lanjutkan
2023-09-09
0
Deasy Dahlan
Thorr nya smart... Nihh.. Hbs setiap bab... Ada visual.. Nya keren.. Thirr. Pembaca jd pnya imajinasi ttg alur ceritanya...
2023-06-05
0
Devitafazasa
semangat thoor
2022-12-27
0