Aya menoleh dan terkejut mendapati siapa yang hadir.
"Kau?!"
"Hmm." balasnya santai. Dia tidak lain adalah Danur Dirga. Pemuda yang baru saja disebut namanya dalam kenangan. Pemilik 'Dadi Resort' tempat Aya bekerja sekarang. "Ikut aku." Danur sepihak menarik lengan Aya tanpa beban. Seolah mereka tidak pernah terpisah. Membawanya ke ruang kerja pribadi.
"Silakan duduk," titahnya lembut.
"Danur, kau ada di sini?" balas Aya belum hilang rasa penasarannya. Antara sedih, terharu dan senang bisa bertemu kembali dengan sahabat sefrekuensi. "Jadi Tuan Muda yang dimaksud Mina selama ini, kau Danur?"
Sejak SMA mereka sudah satu sekolah, namun tidak begitu akrab karena beda angkatan. Dan pertemuan di jalan pintas Kota D, tahun lalu membuat keduanya semakin akrab. Danur selalu ada buat Aya dalam situasi apapun. Hingga peristiwa penculikan itu terjadi, dan sekarang pria itu muncul kembali di depannya.
"Kalau iya, memangnya kenapa?" balasnya santai. Aya berniat mendudukkan diri sembari mendengus kesal. Namun pergerakannya ditahan oleh tangan kekar Danur. Pemuda itu lantas membawanya ke dalam pelukan hangat.
"Kau ...." Aya menikmatinya. Mencari posisi ternyaman pada dada bidang tersebut. Menghirup aroma maskulin segar milik Danur. Serasa bisa mengumpulkan kembali kekuatan yang selama ini pergi entah ke mana. Bagaikan aroma sosok sang ayah kini berada tepat dalam hirupan napasnya.
"Aku merindukanmu," bisik Danur parau. Aya membetulkan posisinya yang kian nyaman. Ada sentuhan bibir lembut mendarat di pucuk kepalanya.
"Tega kau bersembunyi dariku," balas Aya mengeratkan pelukan. Danur ikut menikmati tubuh yang tidak berjarak dan menghirup wanginya dalam. Aroma lembut yang menguar dari tubuh semampai milik Aya kini hadir sebagai wanita dalam hasratnya dan bukan adik atau pun sahabat.
Aya ingin beranjak, namun dicegat oleh Danur. "Biarkan begini, aku masih ingin menikmatinya," bisiknya parau. Aya tertawa geli hingga akhirnya berhasil melepas pelukan erat pemuda itu. Danur terpaksa mengalah dengan wajah cemberut.
"Ugh! Anak Mama nggak boleh ngambek, nanti nggak ada yang naksir," usik Aya spontan membuat Danur tertawa renyah.
"Salah. Yang ada, anak Papa nggak boleh jual mahal, nanti nggak laku," balas Danur masam. Aya melempar gelakan khas membuat Danur semakin gemas.
"Jelaskan, kenapa bersembunyi dariku?"
"Kau yang tidak ingin bertemu denganku."
"Itu karena aku pikir kau adalah Dodi," jelas Aya cemberut. Seingatnya malam itu ia diculik dan terakhir bertemu dengan Dodi dalam keadaan terikat. Lalu sempat dikasari oleh orang itu. "Mata dan mulutku tertutup. Lalu di bawah suara berisik baling-baling besar itu otakku tidak bisa bekerja lagi," lanjutnya menyesal.
"Selanjutnya dia mencoba membawamu ke luar negeri, tapi aku berhasil menggagalkannya lalu membawamu ke kota ini tanpa sepengetahuan orang lain," jelas Danur pelan dan Aya mengangguk menerawang mencipta hening.
"Oh, ya. Mulai malam ini papa dan mamaku akan menginap di hotel ini sampai seminggu. Tolong kau jangan bekerja dulu sampai mereka pulang. Pergilah ke villa sebelah untuk beristirahat."
"Oh, ya? Baiklah jika itu maumu." Dalam hatinya ingin menolak. Aya ingin bekerja tanpa jeda agar cepat mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Namun, mengingat perlakuan nyonya Clara yang begitu sadis di dua kali pertemuan, membuatnya berpikir seribu kali.
Kesepakatan pun terjadi, Aya memilih menetap di villa sebelah sesuai permintaan Danur. Gadis itu menikmati malam-malam indah di balkon. Menatap langit malam bertabur bintang. Begitu indah diiringi senyum merekah di bibir ranum miliknya.
"Nona Sofia, berhubung salah satu petugas di sini berhalangan datang, saya mohon kesediaan Anda membantu pelayanan di kamar VIP JX." Seorang penanggung jawab mendadak mendatanginya malam itu. Aya sempat menolak.
"Khusus malam ini, imbalannya sangat besar, Nona."
Mendengarnya, Aya tergiur karena tujuan hidupnya saat ini adalah mencari uang tambahan agar bisa secepatnya pulang menemui sang ayah dan Bu Manis. Maka dengan senang hati Aya menerima pekerjaan tersebut.
Aya melangkah lebar dengan senyuman. Ada nampan berisi hidangan makan malam di tangannya. Lalu berdiri tepat di depan JX VIP room. "Aku datang!" gumamnya pelan bersamaan niat menekan tombol permisi. Namun pintu yang setengah terbuka justeru menyita perhatian. Perlahan Aya beralih mendorong pintu.
"Apa ada orang?" Kini, dia bisa leluasa masuk ke dalam kamar tersebut. Sepi seakan tak berpenghuni. Hati-hati dia meletakkan nampan ke atas meja, lalu berpaling hendak pergi. Namun, tiba-tiba sesosok tangan kekar menariknya kasar. Menyeret ke kamar lalu mendorong tubuhnya kuat ke ranjang.
"Puaskan aku malam ini," ujarnya datar namun menggebu. Aya berontak. Dalam hitungan detik, seluruh pakaian Aya berhasil dilucuti oleh pria yang sedang dalam penguasaan obat perangsang. Entah apa yang membuatnya merasa perlu menuntaskan hasrat kepada gadis mungil yang tidak berdosa.
"Tolong!" pekik Aya. Namun, tenaganya tak mampu melawan. Hingga terjadilah sesuatu yang tidak pernah disangka. Pria kekar itu melakukan aksi lebih jauh demi pemenuhan hasrat tanpa peduli pada isak tangis gadis malang itu.
"Kau! Lepaskan!!" pekik Aya dalam sendu. Namun pria tersebut memilih melanjutkan aksinya.
"Aku tidak akan melepaskanmu," balasnya dengan tatapan nyalang penuh damba. Hingga ia benar-benar menuntaskan hasratnya ke dalam daksa gadis perawan yang kini merasakan sakit kian hebat itu. "Ya, dan kau milikku!" racaunya lagi, lalu tanpa beban membalikkan badan dan tertidur pulas dengan tubuh polos di sebelah Aya.
Gadis itu terkulai lemas. Pupus sudah harapan. Kehormatan yang selama ini ia jaga direnggut dalam waktu sekejap oleh pria yang pertama kali membawanya ke dalam masalah dan berakhir petaka hingga mengubah jalan hidupnya. Lalu berusaha ia lupakan selama enam bulan terakhir.
'Tamatlah riwayat,' pikirnya sendu sembari menggigit bibir pasrah. Perlahan ia turun meraih pakaiannya yang tercecer. Dengan sigap mengenakannya lalu bergegas keluar dari kamar tersebut dengan napas tersengal, dan berharap tidak ada yang mengetahui apa yang sudah dialaminya bersama pria kaku itu.
Kini tidak ada lagi tawa gelak ataupun air mata di kelopak indah miliknya. Hanya ada senyum getir dan tatapan menyala penuh dendam. Dia berjanji akan membalas dendam kepada siapa pun yang berani menyakitinya.
"Tunggu saja pembalasanku!"
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments