Bab 17 - Tempat Asing

Di ruang berterali, gadis itu mencari celah agar keluar dari sana. Kaki dan tangan terikat tidak membuatnya menyerah.

'Huh! Lolos dari mulut harimau masuk mulut singa.' pikirnya.

Siapa yang bisa menolongnya dari kejadian ini? Sedang di luar sana tidak ada sahabat yang bisa diandalkan. Santi? Gadis itu mana mungkin bisa melawan angkara murka seorang Dodi. Lalu Danur? Pria itu sedang terluka parah dan mana mungkin bisa mencari keberadaannya saat ini.

"Malam ini juga kita harus segera pergi!" pekik seseorang bernada panik memasuki area di mana Dodi berada.

"Memangnya kenapa?" tanya Dodi malas. Lebih memilih melanjutkan aktivitas mengepulkan asap putih di rongga tenggorokannya.

"Jika tidak disegerakan, maka kupastikan kita akan ketahuan, Tuan. Radar kita menangkap penyusup yang kian mendekat. Diduga berasal dari Adiyasa Group."

"Apa hubungannya dengan mereka? Kita hanya berurusan dengan Galaksi Group dan Tuan Dikara, bukan dengan yang lainnya!" Dodi mengertakkan rahang. "Apa mereka punya hubungan?"

"Tidak ada yang tahu pasti soal itu."

"****!" Dodi mengepalkan tinju. "Cepat urus segala keperluan, kita berangkat sekarang juga!"

Mendengarnya, Aya merasa perlu mengambil tindakan. Dia tidak ingin terlambat pergi dari sana. Ada rasa takut di jiwanya, namun bayangan pria kaku selevel Januar Galaksi, telah mentransfer energi positif saat mereka berada di panggung waktu itu membuatnya seolah merasa tidak sendirian.

'Aku harus bisa.'

Mata Aya memicing samar. Pura-pura tidak mengerti dengan apa sedang dibicarakan oleh komplotan Dodi saat dua orang pria berbadan gempal sigap meraih paksa tubuh Aya.

"Awasi dia!" Mata dan mulut gadis itu ditutup sebelum menyeretnya keluar dalam pekat malam. Aya bisa merasakan pergerakan di sekitarnya. Patahan ranting membuat otaknya menebak jika ia berada dalam semak.

'Aku tidak boleh bertindak gegabah.'

Hingga akhirnya ia merasakan suara riuh baling-baling besar berputar di sebuah pangkalan helikopter. Suara-suara kasar saling bersahutan, kini mulai menyerang dan adu jotos.

"Awas! Ada pembelot!" pekik salah satu di antara. Seseorang dengan sigap menarik paksa tubuh Aya. Membuatnya mendadak panik.

"Emphh!!" Gadis itu mencoba berontak namun gagal dan selanjutnya ia merasakan sebuah benda tajam menusuk tepat di lengan lalu akhirnya tidak merasakan apa-apa lagi.

Saat Aya sadar, kini dia sudah tidak berada di tempat angker seperti sebelumnya. Melainkan di sebuah kamar mewah dekat pantai. Aya bergegas mencari jalan pulang, namun tidak menemukan akses. Sepertinya dia harus pasrah pada takdir.

"Selamat pagi, Nona. Maaf, kami harus segera membersihkan tubuh Anda sebelum atasan kami datang menjenguk."

"Kalian siapa?"

"Kami orang suruhan Tuan Muda."

'Itu pasti Dodi, pikir Aya," batin Aya. Selanjutnya dia hanya bergeming memasrahkan hidupnya pada takdir dan berharap semoga ada keajaiban. Kini ia terpaksa menuruti apa yang dititahkan oleh Tuan Muda yang menurutnya adalah Dodi. Sudah tiga hari ini pelayan berbeda datang menemuinya sembari melontarkan ucapan serupa.

"Tuan Muda akan segera berkunjung." Namun, nyatanya sampai saat ini pun Dodi tak kunjung menemuinya. Aya berang.

"Katakan pada Dodi, aku benci kepadanya! Aku tidak ingin bertemu dengan siapa pun!" bentaknya kesal. Merasa dipermainkan oleh Dodi yang menculiknya demi membalas dendam di masa lalu. Perlakuan kasar pemuda itu sempat menimbulkan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya termasuk lengan, kaki, dan juga pelipis.

"Baik, Nona. Jika itu mau Anda, akan kami sampaikan." Akhirnya keinginan gadis itu dikabulkan tanpa menimbulkan kegaduhan. Luka-luka di badannya dirawat dengan baik oleh para pelayan tersebut.

Hari berganti, bulan berlalu, Aya mendapat pelayanan terbaik oleh petugas yang salah satunya bernama Mina, yang akhirnya menjadi sangat akrab. Dia juga diberi kebebasan keluar dari kamar resort. Menikmati suasana pantai yang indah dan mendapat peluang bekerja di tempat tersebut sesuai kehendaknya.

Terbesit ingin kabur dari sana, namun dicegat oleh Mina.

"Jangan pernah bermimpi bisa keluar dari sini, Nona Sofia."

"Kenapa?" tanya Aya yang memperkenalkan dirinya sebagai Sofia.

"Kami yang sudah bertahun-tahun bekerja di sini saja, tidak diperbolehkan keluar jika bukan keluarga yang datang menjenguk."

"Apa?" Aya melongo, dan Mina hanya mengangguk kemudian berlalu.

"Sebenarnya siapa Tuan Muda yang dimaksud Mina selama ini?" Aya bermonolog. "Bagaimana mungkin Dodi yang ngotot menikahinya tiba-tiba berubah memberi kebebasan tanpa paksaan?" Dia berusaha memecahkan sendiri pertanyaan di kepalanya, namun tidak berhasil.

"Ah, bingung." Karena di Kota ini, dirinya tidak menemukan bukti apapun melainkan kehadiran orang-orang asing yang ramah, seakan memberi pesan agar ia segera melupakan masa lalu yang kelam. Selain itu, kebutuhan hidup yang selalu terpenuhi, membuat Aya merasa tidak kekurangan.

Enam bulan kemudian, beberapa petugas berseragam pelayan resort berbaris mengantarkan berbagai jenis hidangan ke sebuah pesta keluarga yang digelar oleh seorang petinggi perusahaan. Aya termasuk salah satu di antaranya.

"Nona, tolong antarkan minuman ke meja itu," pinta kelapa pelayan sambil menunjuk ke arah sekumpulan anggota keluarga yang berdiri membelakanginya dan tampak menikmati momen kebersamaan mereka.

"Baik, Tuan." Aya mengangguk dan berjalan mendekati. Sepintas keakraban keluarga di depan sana membuat Aya teringat sang ayah dan Bibi Manis yang sudah lama hilang kabar.

'Papa, Bibi, Aya rindu. Apa kabar Santi dan Danur?' batinnya nelangsa. 'Lalu orang gila itu -- ah lupakan." Aya membuang pandangan menerawang. Dalam hatinya mengumpat panjang pendek. Menyesali mengapa tiba-tiba harus mengenang pemuda kaku di atas panggung yang mendadak mengikat hubungan palsu dengannya.

"Tapi, ah!" Bayangan tatapan elang dan pertolongan tulusnya di atas panggung kembali mengganggu pikiran yang tiba-tiba kacau. 'Kenapa aku merasa seolah-olah dia ada di sekitar sini?' batinnya frustrasi.

"Sofia!" sapa Mina yang baru menjejaki lantai ballroom, antusias. Gadis dua puluh lima tahun itu baru kembali bargabung setelah mengambil cuti tahunan dengan alasan menikah.

"Hai, Mina! Selamat bertemu kembali." Aya terlonjak riang. Ada rindu tercetak di wajah cantik itu. Keduanya pun saling berpelukan melepas beban.

"Bagaimana kabar keluarga kecilmu?"

"Alhamdulillah, baik."

"Kau sendiri bagaimana? Sudah siap bertemu dengan Tuan Muda pemilik Resort ini?" tanya Mina kalem membuat Aya terbelalak.

"Kenapa tidak kau suruh saja Dodi kemari, biar aku menuntut peradilan? Dia sudah membuatku meninggalkan keluarga yang aku sayangi."

Seorang pria jangkung diam-diam memantau perkembangan gadis itu melalui cctv sejak peristiwa penculikan satu tahun yang lalu, oleh kawanan Dido. Tersenyum gemas dengan pembicaraan Aya dan Mina. Baru kali ini dia mendapati Aya tertarik membahas perihal Tuan Muda yang disinggung Mina. Membuatnya tidak tahan lagi bersembunyi dan ingin melepas kerinduan.

Kini ia berjalan mendekat dengan senyum menawan. "Apa kabarmu?"

Aya menoleh.

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!