Bab 15 - Jebakan

Di toilet, Aya menangis sejadinya. Cukup lama ia berjuang menahan napas yang nyaris pecah di tenggorokan. Mengingat wajah Januar pura-pura mesra di depan seluruh kerabat, lalu tanpa dosa menghujam tatapan mendamba penuh cinta kepadanya, Aduhai.

"Dasar sinting!" umpatnya kesal. "Bagaimana bisa dia bersikap bunglon? Lembut di depan semua orang tapi kasar di depan Aya," rutuknya kesal seraya membanting langkah kasar menuju tempat parkiran mobil. Kini, kakinya sudah menjejaki area halaman lobi setelah puas menumpahkan air mata di toilet.

Gadis itu berjuang mati-matian untuk tetap profesional dengan menunjukkan cinta serupa di mata keluarga besar Galaksi, namun sumpah! Ini adalah tantangan terfatal yang pernah ia lewati.

"Ya, Allah. Ini, sakit." Aya meramas kancing di dada dengan netra berkabut.

"Nona Aya Sofia Amaira? Seorang pria berseragam pelayan resort mendatangi.

"Ya, saya sendiri."

"Anda ditunggu oleh seorang bernama Tuan Dikara di sana," tunjuknya ke ujung jalan yang gelap dan sepi. "Ayo, saya antarkan," tambahnya lagi.

"Papa?" Aya melangkah cepat mengikut arah pergerakan si pelayan. Menembus pos besi penjagaan hingga sampai ke tempat dimaksud.

"Pulangkan putriku!"

Dalam remang cahaya, terdengar samar, dua orang pria paruh baya beradu mulut. Dua suara yang sangat dikenal cukup membuat darahnya mendesir.

"Itu keputusan anak-anak! Kau tidak berhak menghalangnya." Seorang pria paruh baya membalas lantang.

"Aku tidak peduli, cukup kau hancurkan masa lalunya, jangan ditambah lagi!" geram orang pertama dengan tubuh bergetar menahan amarah. Kedua pria paruh baya itu terlibat aksi saling dorong. Aya berlari cepat.

"Papa!"

Baru akan bergerak, langkahnya sudah dicegat. "Tangkap dia!" Mendadak beberapa orang tak dikenal gesit menutup kepala dan membekap mulutnya hingga tidak bisa menjerit. Susah payah Aya berjuang melepaskan diri namun tidak berhasil.

Di sela pertengkaran, kedua pria paruh baya tadi sama-sama terusik. Mendadak menghentikan aksi sembari jeli mempertajam pendengaran.

"Ibra, bukannya barusan, ada suara berisik di sekitar sini?" Gala tersadar dan langsung menetralkan diri.

"Iya, aku mendengarnya." Ibra membenarkan lalu memindai keliling. "I-itu apa? Siapa yang mereka seret?" tunjuknya ke pergerakan mencurigakan di jarak puluhan meter. Gala menoleh dan terkesiap.

"I-itu Aya!" pekik Gala seakan melihat seorang gadis bergaun elegan mirip Aya tengah samar-samar diseret masuk ke mobil hitam dengan kepala tertutup dan mulut dibekap.

"Apa kau bilang? Jangan bicara sembarang, Gala!" bentak Ibra tidak terima.

"Benar, aku tidak bohong!" Keduanya bergegas mencari pertolongan.

Sementara itu, di pelataran Hotel Gala, Januar dengan wajah letih menyandarkan tubuh di badan mobil. Sudah tiga puluh menit terlewati. Bibirnya tiada henti mengumpat kesal. Sudah dicek ke toilet, lobi hotel, dan di tempat keramaian lainnya.

"Oh! Damn!" Gara-gara Ratu Ellen menahan dan memaksanya berbicara di ruang owner, kini ia jadi kehilangan jejak Aya.

"Pergi ke mana dia? Awas kalau sampai terlambat."

"Januar, kau di sini? Di mana Aya?" Gala Dirga muncul dari arah jalan raya bersama Tuan Ibrahim Dikara dengan napas tersengal.

"Sedang menunggu Aya. Dia masih di toilet." Januar menjawab ragu. "Paman di sini juga?" Melihat kehadiran Ibra membuatnya mengerut samar.

"Hmm!" Ibra melirik singkat. "Kembalikan dia padaku." Wajahnya sungguh tidak bersahabat.

"Ada apa sebenarnya? Kenapa kalian terburu-buru?"

"Tadi kami melihat seorang gadis diseret oleh beberapa orang ke dalam mobil hitam. Tampaknya persis seperti Aya, " tutur Gala Dirga panik.

"Oh! Tidak mungkin."

"Cepat cari Aya sekarang juga!" sergah Ibra keras. "Awas kalau sampai terjadi apa-apa dengannya!" dengan nada ancaman. Januar terperangah dan sigap mengakses informasi terakurat lewat ponsel pintar di genggaman.

"Oh! ****!"

Januar mondar-mandir sembari memijat pelipis saat ia menghubungi Sekretaris Gamma yang sedang bertugas di luar melalui sambungan suara.

Maaf, Tuan. Seseorang mengacaukan akses informasi kita.

"Kenapa demikian?"

Sepertinya ada orang dalam yang membocorkan password-nya.

"Bereskan sekarang juga!"

Baik, Tuan.

"Sial! Kenapa bisa kecolongan begini?" hardik Januar kecewa. Kaki dan tangannya sudah bergantian meninju angin.

Mendengarnya, Ibrahim Dikara tak sanggup mengontrol degup jantung yang mendadak terhenti. "A-aku t-tidak akan memaafkan kalian--" Raganya tersungkur hingga tak sadarkan diri. Beberapa pelayan yang memergoki, sigap menggotongnya ke klinik terdekat.

"Cepat selamatkan Aya!" amuk Gala Dirga sudah tak tertahankan. "Dia putri kandungnya Ibra dan Haura!" gerungnya berapi-api. Satu tamparan keras mendarat telak di wajah putra sulungnya yang berubah pias. Pemuda itu terhuyung sembari memegang pelipis dengan sorot netra menajam.

'Sumpah! Baru kali ini Papa memukuliku tanpa perasaan.'

Januar bergegas keluar gedung Gala Hotel. Memutar tubuhnya berkali-kali dengan pandangan mengeliling. Mencari sesuatu yang hilang.

"Jika benar gadis yang dimaksudkan Papa tadi itu Aya, lalu siapa yang berani menculiknya, dan apa motif penculikan ini?" Januar bermonolog. Hingga tanpa sengaja ia melihat sesuatu yang bersinar di balik pendaran cahaya temaram. Januar Galaksi membungkuk meraih benda tersebut lalu memasukkannya ke dalam saku.

*

Di sebuah kamar berterali besi, Aya meringis sakit saat tubuhnya didorong kasar oleh seseorang. Hingga terjerembab di lantai.

"Lepas penutup kepalanya!" titah tegas seorang pria yang muncul.

"Baik, Tuan!" Seseorang menarik penutup kepala dan Aya memindai nanar wajah wanita yang tertawa sinis memandangnya. Sementara kaki dan tangannya sudah diikat.

"Kau?" Pria dengan seragam pelayan yang menyapa di pelataran Hotel Gala kini membuka kedok aslinya. Aya mendengus marah.

"Kenapa, kaget?"

"Tapi kenapa menangkapku dengan cara begini, Dodi? Tinggal telepon dan aku datang kan, bisa?" protes Aya kecewa.

"Biar terlihat keren!" balas pemuda itu licik.

"Maksudnya?"

"Gara-gara kelakuan burukmu di luar sana, banyak hati telah kau sakiti." Tangannya menopang kasar dagu gadis itu, "Maka mulai saat ini, kau harus belajar untuk tinggalkan Januar atau aku akan membunuhnya!"

"Maksudmu apa? Aku tidak mengerti."

"Menghilanglah dari kota ini, dan biarkan Januar menikah dengan Ratu Ellen."

"Ya, tapi tidak harus dengan pergi ke kota lain juga, kan?"

"Kau hanya akan menjadi penghalang cinta mereka. Dan kau juga, hanya akan menikah denganku, Cantik!"

"Apa?! Kau itu kekasih adikku Ayra. Jangan merusak hubungan kami dengan egomu."

"Jangan bodoh, Sayang! Kau pikir aku mendekati Ayra karena aku mencintainya?" Dodi lagi-lagi mecubit dagu Aya. "No! Aku mendekatinya karena menginginkan dirimu. Salahmu selalu mengganggu tidur malamku." Dodi terbahak kencang. Aya bergidik jijik.

"Bajingan! Lepaskan Aya! Leppaass!" Gadis itu memberontak. Namun tenaganya tidak cukup melawan kekuatan Dodi.

"Aku tidak peduli." Dodi mencekal rahang Aya. "Pokoknya di sepertiga malam nanti, kita harus sudah meninggalkan kota ini." Satu tamparan keras mendarat di pelipis hingga seketika dunianya ikut menggelap.

*

Di ruangan khusus, empat wanita anggun sedang bersulang kemenangan. Nyonya Lusia, Nyonya Edel, dan Ratu Ellen. Semuanya dipimpin oleh si penguasa Galaksi, Nyonya Clara.

"Semoga dia bahagia di sana." Nyonya Lusia terbahak puas.

"Januar akan kembali kepadaku seutuhnya." Ratu Ellen menimpali.

"Aku lho, baru ngeh kalau dia putrinya si malang Haura," decak Nyonya Clara tidak percaya. "Kenapa tidak bilang dari dulu?" tambahnya dengan lirikan tajam mengarah ke Nyonya Edel. Wanita itu mengedik malas.

"Mana kutahu kalau kalian juga membutuhkannya sebagai pelampiasan?" tuturnya datar.

"Ck! Ck! Ck! Ibu dan anak sama-sama malang di tanganku." Clara menyeringai sinis. "Huu!" Memperagakan gerakan mencuci tangan. Edel mencebik samar.

'Kau salah, Clara! Hanya aku berhak menjadi penguasa di sini.' Ada hal penting yang belum terselesaikan antara Edel dan Aya. Hanya dia yang tahu soal itu dan kini, ia sudah punya rencana lain di luar pengetahuan kedua sahabatnya.

Bersambung 💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!