ARUM III

hari ini kulihat di tv berita ada penangkapan siswa SMK yang terlibat tauran antar sekolah tadi sore. tauran itu cukup besar karena membuat kemacetan lalu lintas yang cukup panjang di kolong flyover.

info dari grup whatsapp kelas, bahwa salah satu yang terlibat adalah sekolah ku. lalu pagi hari nya sebelum bel dimulainya pelajaran pertama, ada temanku yang menyaksikan langsung kejadian kemarin.

"wah gila sih kemarin itu. udah di acak-acak kita kemarin ama mereka." temanku bercerita penuh energi seperti pendongeng.

"udah pada lari kocar-kacir kemarin itu. ada satu orang itu udah jatuh ketimpa batu kepalanya ampe bocor, gw sih mikirnya udh abis aja itu orang."

"pas anak-anak lagi pada lari mundur, tau-tau ada satu orang maju sendirian lari bawa bambu panjang. gila itu orang gw bilang. sendirian coba lu bayangin" ucapnya dengan menggebu-gebu

"dia mau nolongin temennya yang tepar di depan. dia nahan sendirian sampe temanya sadar. untung aja anak-anak kita balik lagi, pada bawa bambu panjang juga."

"anak-anak langsung mukul mundur barisan musuh. trus orang yang tadinya sendirian langsung nolongin temennya. gila sih tuh orang. salut gw ama dia. kalo itu gw udh ga tau dah. terus ga lama polisi baru datang buat nangkap nangkepin. pada bubar dah. untung gw selamat. " ucapnya dengan sombong.

"iya lah lu kan udah lari duluan dari pertama jebol" kata teman ku lainnya

"hahahahaha"

lalu terdengar kabar beberapa siswa yang tertangkap kemarin akan di keluarkan. awalnya aku tidak begitu peduli, tapi sudah 2 hari ini aku tidak melihat kak Rafa. bahkan saat aku melewati kelasnya pun aku tidak melihatnya.

aku mulai khawatir dan berpikiran buruk, apa jangan-jangan kak Rafa adalah salah satu siswa yang tertangkap dan dikeluarkan. tapi sepertinya kak Rafa bukan orang yang suka ikut hal-hal seperti itu. aku sudah coba menghubungi nya tapi tidak ada balasan.

aku memberanikan diri untuk bertanya langsung ke kelas nya. aku pun memanggil kak indra dari depan kelasnya.

"maaf kak ganggu" kataku.

"iya kenapa rum, tumben kesini" ucapnya

"iya kak. aku mau nanya Kak Rafa kemana kok ga ada ya? " tanyaku

"hmmm. dia. dia lagi izin sakit rum, besok juga udah masuk kali orangnya" kata kak indra seperti menutupi sesuatu.

"alhamdulillah.. " ucapku merasa lega.

"ehh kok orang sakit di syukuri" ucapnya.

"eh bukan gitu Kak. aku kira Kak Rafa salah satu siswa yang ditangkap tauran kemarin itu" jelas ku

"ehh umm... ya udah gw masuk dulu ya rum" pamit kak indra bergegas.

"iya makasih ya kak" kataku dengan senang hati.

namun saat aku akan kembali ke kelas, aku melihat kak Nirwan datang dengan kepala yang di perban.

"kak" kata ku menyapa sambil berjalan melewatinya.

dia hanya terus berjalan sambil sedikit tersenyum dan mengangguk.

fikiran ku yang tadi sudah tenang kembali berbisik.

"apa jangan-jangan anak yang kepala nya bocor itu adalah kak Nirwan"

"dan yang maju sendirian itu kak Rafa"

"apa kak Rafa terluka parah saat ini"

astaga.. sungguh rasa khawatir ku malah semakin menjadi-jadi.

keesokan harinya kulihat dari lantai 2 sekolah kak Rafa sudah masuk. tapi dengan perban di beberapa bagian tangannya. aku senang sekaligus marah melihatnya, aku senang ternyata dia baik baik saja. dan aku marah karena dia tidak membalas pesan pesanku.

dalam beberapa kesempatan kami bertemu dan berpapasan, dia menyapa ku seperti tidak terjadi apa-apa. aku hanya terus berjalan dan tidak menghiraukan ucapnya.

sampai bel pulang sekolah berbunyi, aku pun berjalan menuju terminal untuk menunggu angkot ku lewat. kulihat Kak Rafa seperti nya sedang menungguku di belokan.

"halo bocil" sapanya kepadaku.

aku coba mengabaikannya dan terus berjalan. lalu iya menahan tangan ku dari belakang lalu berkata.

"maaf ya gw ga bales pesan dan telfon lu" ucapnya dengan lembut.

"gw ga mau lu jadi khawatir" sambungnya.

"khawatir? emang saya siapa khawatir sama kakak?" kataku dengan emosional.

"aku cuma pengen tau keadaan kakak, emang ga bisa apa bales sekali aja." ucapku hampir menangis

"angkat sekali aja telfon aku emang berat banget? aku kira kakak di tang..... " Tiba-tiba kak Rafa langsung memeluk ku sebelum aku selesai bicara.

"cup cup cup.. iyaa maaf ya cil. gw harus nya ngabarin lu kemarin. biar lu ga overthinking kaya gini. maaf ya" ucapnya dengan lembut.

aku pun menangis karena cukup lega mendengarnya. semua ke khawatiran, pertanyaan dan kemarahan seperti hilang begitu saja. hati ku terasa amat lega.

"ya sudah maaf ya bocil. umm udah jangan nangis lagi. sekarang kita pulang aja yuk, nanti keburu macet klo kesorean" ucap kak Rafa melihat mataku hangat sambil mengusap air mataku.

lalu dia mengelap kacamata ku dengan bajunya dan memakainya lagi sambil berkata.

"nah sekarang sudah cantik lagi deh si bocah kecil. jalan sekarang yuk"

aku tersenyum sambil menganggukkan kepala.

di angkot Kak Rafa menjelaskan semuanya yang terjadi waktu itu. aku jadi merasa bersalah marah kepada nya tadi tanpa tau apa yang sudah dia lewati kemarin. aku selalu senang bisa pulang bersamanya, karena dia selalu punya cara membuat ku tersenyum dan tertawa dalam keadaan apapun.

kak Rafa tetaplah kak Rafa apapun yang terjadi. karena seperti itu lah dia, selalu tau apa yang harus dilakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!