"Hai Erika ... apa kabarnya? gue kangen banget terutama sama Jeanny mana dia? suruh dia ngomong." suara Andhini di ujung telephon saat tahu Erika sahabatnya yang menelephon.
"Ssst ... Jeanny lagi tidur, berisik sama rusuh kalau dia bangun, makanya gue telephon karena dia lagi tidur," ucap Erika di ujung telepon.
"Apa khabar lakik lo Tommy sehat juga? masih saja doyan eksplor itu tuh yang lo bilang ekstrim-ekstrim?" ledek Andhini sudah biasa pada sahabatnya.
"Hahahaha ... dasar lo sama aja sukanya yang curam-curam makanya jatuh, gimana sudah sehat seperti semula sekarang? sudah main normal lagi kan?" timpal Erika nggak mau kalah sama Andhini selalu saling goda dan saling ledek.
"Main gimana juga gue tetap nggak ada hasil." sela Andhini lempeng.
"Belum saatnya, jangan patah semangat, lanjutkan setiap waktu jangan lupa berdoa dan bersedekah."
"Resep lo di bagi dong, gue udah coba gaya apapun tetap saja tiap bulan bocor."
"Coba lo tuh gaya gue pasti suka, juga harus lebih ekstrim biar cepet jadi, gimana program baby tab nya? masih lanjut?"
"Dua kali gagal jadi gue malas melanjutkannya, ambyar aja rasanya nggak semangat lagi, cek rutin ke dokter sampai saat ini masih belum menunjukkan hasil. Gue masih harus sabar mungkin." jawab Andhini mencoba jujur.
"Kalau itu sabar pilihan terbaik jalani saja, kalau nggak bagi suami lo, biarkan dia punya istri dengan perjanjian, nanti punya anak ambil anaknya lo urus buat mancing lo!"
"Maksudnya? Mas Radit suruh nikah lagi? nggak Erika jangan ngaco deh, apa gue sama dia bisa melakukan itu? rasanya gue nggak sanggup."
"Itu pilihan Dhini ...maaf gue hanya bercanda sayang, jangan masuk di hati, tapi itu akan jadi suatu yang gue pikirkan kalau gue dalam posisi lo, kalau lo menginginkan anak."
Andhini diam sampai Erika merasa bersalah telah mengeluarkan candaan yang mungkin menyakiti atau menyinggung perasaan sahabatnya.
"Halo, Dhini! lo masih di situ?"
"Ya gue masih di sini," jawab Andhini perlahan.
"Maafin gue ya, gue nggak bermaksud menyinggung lo, sungguh gue hanya bercanda, jangan ikuti saran gue yang sesat ini, lo tahu gue kan? biasa bercanda."
"Tenang aja lagi. Gue bukan orang sensi yang mudah ngambek, gue juga merasa kalau gue mungkin yang salah tapi Mas Radit tak mau menyalahkan siapapun dalam masalah gue belum dikaruniai anak, ini masalah berdua jadi gue biasa saja, kalau takdir mengharuskan gue nggak punya anak bukan berarti gue kehilangan kesempatan mengasuh seorang anak, ya kan?"
"Masih banyak kesempatan Dhini, apapun caranya."
"Betul itu!"
"Gue survey hampir tiap hari banyak banget peluang di sini untuk buka usaha retail, mau pusat kota atau ke pinggiran juga yang sewa tanah sama bangunannya masih rendah, atau mau di tempat wisata sekalian juga boleh, Australia adalah negara yang yang tingkat wisatanya paling tinggi di banding negara lain,
pokoknya kalau lo berinvestasi di sini tidak akan menyesal selain lo bisa tinggal di negara yang begitu indah dengan ribuan bahkan jutaan objek wisata serasa kita bulan madu tiap hari," tutur Erika begitu bersemangat. Berusaha mengalihkan pembicaraan dan topik obrolan mereka.
"Pajaknya gimana kalau di situ untuk pengusaha?"
"Terbilang lebih tinggi, kalau di banding di Indonesia tapi kalau usaha jalan ngapain mikirin pajak? Australia negara makmur semua bisa hidup dengan nyaman makanya gue dukung kalau lo mau mencoba usaha dengan suasana baru di sini hitung-hitung lo hijrah aja, siapa tahu ada hal baru yang bisa lebih membahagiakan lo sama Radit di sini," ajak Erika begitu antusias mendengar tanggapan Andhini yang sepertinya mau.
Andhini tak keberatan dengan modal usaha yang sudah lama berkembang di kelola dirinya dan orang tuanya bahkan kalau untuk usaha merintis di luar negeri pun Andini tidak kesulitan dengan modal, yang menjadi permasalahan selalu bertentangan dengan kedua orang tua dan mertuanya mereka, jelas mereka terlalu mengkhawatirkan anak satu-satunya pewaris kerajaan bisnisnya, kenapa malah akan hengkang ke luar negeri?
"Gue sepertinya tertarik Rika, walau suami sepertinya masih gamang tapi bisa gue yakinkan minimal mengikuti keinginan gue, tapi orangtua dan mertua gimana meyakinkan mereka?"
"Gampang Dhini! lo bilang aja mau mengikuti program kehamilan dan ikhtiar dengan tekhnologi modern di negara maju, dan itu juga yang harus lo ikuti di sini, selain lo membuka peluang pengembangan usaha di sini sembari lo juga sambil menunggu keajaiban. Gue berharap lo akan mendapatkan kedua-duanya di sini."
"Bener juga Erika! lo tidak percuma dapat suami bule dan pintar dari zaman sekolah, ternyata lo juga pintar memberi solusi. Oke akan gue pertimbangkan sekali lagi dan yang terpenting akan ngomong dulu sama Mas Radit baru kalau kami sudah sepakat nanti ngomong sama-sama pada orang tua kami."
"Welcome to Melbourne Andhini bulan madu setiap hari di sini kayak gue hahahaha ....
Kiblat dari segala hal di Australia yang trendi dan lezat juga romantis, Melbourne tempatnya! menawarkan santapan sedap, olahraga yang seru, dan peluang berlimpah untuk usaha, tempatnya menikmati eksplor seni budaya eksotik dan pengalaman paling tak pernah terlupakan."
Erika memang tinggal di Melbourne Australia sejak menikah sama Tommy yang asli Australia dan semakin bahagia sejak hadirnya buah cinta mereka Jeanny.
Kalau pulang ke Indonesia selalu menyempatkan mengunjungi Andhini sahabatnya sejak masih duduk di bangku SMA, Erika selalu memamerkan kehidupannya di Australia yang begitu nyaman begitu romantis dan begitu indah di jalani seperti dalam mimpi, sangat berpeluang untuk usaha. Erika tulus mengajak Andhini ingin sahabatnya juga menikmati satu kebahagiaan dari semua pencapaian yang telah dimiliki Andhini selama ini, melihat kesepian Andhini di tengah berlimpahnya harta kekayaan yang tak ternilai, tapi selalu bercerita tentang harapan dan keinginannya tentang hadirnya seorang buah hati dari pernikahan mereka.
Ingin Erika memberi sedikit kebahagiaan dengan jalannya yang dirinya mampu, mengajak Andhini checkup di rumahsakit terkenal di Australia, semua itu sangat memungkinkan, apalagi kalau Andhini akan tinggal di sini semua itu tiada yang tidak mungkin siapa tahu dengan teknologi akan ketemu permasalahannya.
"Oke Dhini bicara baik-baik sama suamimu jangan mengarahkan gue yang mempengaruhi lo, karena gue yang akan paling senang kalau bisa bersama-sama sama lo di sini, jangan lupa kasih goyang kayang suamimu biar manut hahaha ...."
"Dasar lo! nggak dikasih goyang kayang juga sudah manut, gue yang nemplok melulu sama Mas Radit sepertinya gue ketularan lo Erika yang doyan menggoyang suami lo!"
"Hahaha .... gue kangen ngerumpi sama lo Dhini, nanti sore sambil jalan-jalan gue survei lagi lokasi, semoga yang gue tandai cocok juga buat lo."
"Bye Erika!"
"Muach Andhini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments