Apa yang mereka inginkan? Andhini juga Raditya, semua serba ada dan tercukupi.
Andhini anak tunggal pewaris satu-satunya bisnis keluarga Suryadilaga Group, hidup dalam gelimang kesuksesan orangtuanya, begitu juga Raditya sama, anak pertama dari dua saudara anak keluarga pebisnis Subrata di bawah bendera Subrata Group.
Tak bekerja juga mereka pasti lebih dari cukup, keduanya sudah memiliki aset yang berjalan, apalagi sekarang orang tua mereka telah mewariskan satu usaha hasil jalin kerjasama besanan itu dan diwariskan kepada anak dan menantu mereka sebagai bekal masa depan dan untuk dikelola secara profesional.
"Sayang, akhirnya kita sampai di pantai ini, kelihatannya asik juga kita nikmati suasana pantai kali ini, tapi sebelumnya kita cari penginapan."
"Iya Mas, ramai juga ya padahal bukan musim liburan." Andhini melihat keluar jendela mobilnya dengan antusias, suasana pantai dengan kedai dan warung jajanan pinggir pantai yang khas menyuguhkan hidangan malam hari penghangat tubuh juga makanan sea food.
"Makanya liburannya kali-kali jangan di villa aja, jadi kita selain dapat suasana baru, pasti hati kita juga merasakan yang berbeda."
Mobil mereka berhenti di salah satu hotel berbintang di pantai itu, yang persis punya view pantai sangat indah di terang benderang bulan dan semarak gemintang yang tak putus berkelip menemani malam.
"Mas Radit check-in aja dulu kita simpan pakaian di mobil nggak apa, aku pengen langsung ke pantai saja, jangan lupa pilih kamar yang view nya bagus ya."
"Oke sayang, kamu tunggu saja di ruang tunggu resepsionis, biar aku booking kamar dulu," jawab Raditya sambil menggandeng tangan istrinya setelah turun dari mobil.
Setelah Radit mendapat kunci dan memperlihatkan pada istrinya, Andhini hanya mengangguk sambil tetap duduk menunggu Radit melihat kamar dan menyimpan tas kecil milik Andhini berisi perlengkapan mandi dan kosmetik.
Andhini duduk santai di Lobby Hotel sambil membuka ponselnya.
Selang sepuluh menit Radit datang dan langsung duduk di samping istrinya.
"Ada yang lucu sayang, saat aku booking kamar tadi, masa aku di tanya bulan madu tuan? kata resepsionis."
"Terus Mas jawab apa?"
"Aku jawab saja iya, daripada ribet kita harus memberikan keterangan ini itu, mungkin karena aku memilih kamar yang begitu istimewa di Hotel ini. Nggak salah kan kita bulan madu terus selagi belum ada anak."
Ups! Radit merasa bersalah, mengingatkan kembali segala yang menjadi permasalahan rumahtangga mereka, Andhini diam dan Radit langsung menarik tangan Andhini keluar Hotel dan mengalihkan perhatian dan pikiran Andhini pada hal lain, berjalan sambil memeluk pinggangnya dan sesekali mencium samping kepala istrinya. Sebelum Andhini kepikiran dengan semua ucapannya.
"Sayang, apa bedanya Hotel di pantai dan di tempat lain?" ucap Radit sambil berjalan semakin ke arah pantai.
"Apa ya?" jawab Andhini memeluk pinggang suaminya, nggak kepikiran jawaban apa.
"Coba dong jawab, yang paling masuk akal saja."
"Mungkin, suasana malamnya yang berbeda, kan seperti kita bisa jalan-jalan dulu di pinggir pantai sebelum tidur di Hotel." jawab Andhini sekenanya.
"Itu betul, tapi ada yang lebih dari perbedaan Hotel di pantai dan tempat lainnya."
"Apa?"
"Jawabannya dua kali ngeres!"
"Maksudnya?"
"Hotel itu tempat nginap dan melakukan hal pikiran ngeres setiap orang, di tambah habis main di pantai pasti ada aja pasir yang ikut ke tempat tidur jadi ngeresnya jadi dua kali hahahaha ...."
"Ih apaan sih? itu tebakan ngeres juga," sahut Andhini sambil mencubit pinggang Radit suaminya.
Radit mengaduh sambil menghalangi pinggangnya sama sebelah tangannya, dan di akhiri dengan tertawa ngakak.
Andhini akhirnya tersenyum juga, selalu ada kebahagiaan saat mereka berdua, seakan terbiasa mereka menjalani kehidupan pernikahan yang memasuki tahun ke lima.
Saling menunggu saat berangkat beraktivitas dan saling jemput saat pulang kantor dan mereka menghabiskan waktu bersama dalam kemesraan di luar rumah atau di dalam rumah.
Andhini yang bekerja di perusahaan Papanya sebagai generasi kedua Suryadilaga Group juga Raditya mulai memegang kendali penting di perusahaan Bapaknya Subrata Group.
Mungkin kedepannya Andhini sama Raditya akan satu kantor membesarkan anak perusahaan hasil kerjasama orangtua mereka.
"Sayang, apa kira-kira nama perusahaan kita nanti yang akan kita jalankan bersama, apa mau di ganti namanya?" ucap Radit sambil memeluk Andini dari belakang, menikmati udara dan hembusan angin sepoi-sepoi di ujung senja yang semakin temaram.
"Enak nggak ngebahas pekerjaan di tempat ini Mas? Jangan bahas dulu pekerjaan, apa tidak lebih baik kita nikmati liburan dan kebersamaan ini?"
"Oh, maaf sayang barangkali aja kepikiran nama yang begitu romantis, atau begitu bermakna buat kita, satu nama yang akan kita pakai atau kita tambahkan, kadang datang inspirasi saat hati begitu nyaman."
"Sepertinya ribet ya Mas mengganti nama harus berubah total di semua bagian, termasuk administrasinya, dan semua ***** bengek nya nanti kita bahas kalau kita sudah di kantor."
"Baiklah sayang."
"Aku malah mau ekspansi usaha tapi masih ada dalam benak saja, tapi semua ingin aku realisasikan suatu saat, aku ingin merambah usaha di negara orang Mas, tapi bahasan panjangnya nanti saja pulang liburan," ucap Andhini sambil mengusap pipi suaminya yang dari tadi memeluknya dari belakang, dagunya ada di pundak Andhini dan sesekali mencium lehernya.
"Mas ...."
"Hemght ...."
"Sepertinya enak joging pagi-pagi pinggir pesisir begini, sambil menikmati mentari pagi."
"Tapi pagi-pagi enaknya habiskan waktu pelukan sama kamu sayang."
Andhini tersenyum, sambil berbalik memandang suaminya dan memeluknya.
"Aku tak bisa hidup tanpa kamu Mas," ucap Andhini lirih.
"Sama sayang, aku juga nggak bisa jauh dari kamu, apapun akan kita hadapi bersama."
Andhini mengangguk, kata-kata itu mungkin telah begitu sering dirinya juga suaminya ucapkan, hanya sekedar mengingatkan ada rasa cinta dan sayang yang begitu besar yang Andhini juga Raditya rasakan.
Cinta yang datang dari ketulusan hati dan sayang yang tak berbatas, sanggup merubah dunia mereka menjadi lebih berarti dan memberi arti.
"Mulai gelap sayang, kita jalan yuk?" Andhini mengangguk dan Radit merengkuh bahu istrinya, dan perlahan mereka menyusuri pasir pantai yang kering tak terkena air ombak.
"Aku mulai kedinginan Mas, anginnya semakin kencang."
"Kita balik saja ke kamar, atau cari makanan di restoran nya."
"Enaknya makan apa ya Mas kalau cuaca dingin begini?"
"Sepertinya sea food bumbu pedas pasti akan begitu bergairah, eh ... maksudnya berselera."
Raditya meralat ucapannya, saat Andhini mendelik ke arah dirinya.
Mereka duduk di satu meja restoran mewah, dengan suasana begitu tenang, walau restoran begitu ramai pengunjung yang ingin makan malam seperti mereka.
Andhini sekali lagi bicara ingin joging di pesisir pantai besok pagi, dan Raditya menyanggupinya akan menemani.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
ngeres di kamar sama yg di pantai beda ya😄😄
2022-07-11
1