"Mas, kita masak aja di sini makannya ya?" bisik Andhini saat habis mandi masih dengan piyama mandinya belum berganti pakaian.
"No, no, no Andhini, jangan ngaco deh! kita harus menyediakan segala macam bahannya, belum ngecek dapurnya sedangkan aku sudah lapar, masak itu begitu menyita waktu kita untuk yang lain kita ke depan saja, kalau kamu malas bilang saja mau makan apa jangan turun dari mobil, tapi jangan bilang kamu nggak ikut, aku nggak rela ninggalin kamu sendiri di tempat sepi dan luas begini sendirian."
"Tapi aku pengen masak Mas!" Andini seperti merengek, manja bergelayut di sebelah lengan suaminya.
"Boleh kamu masak tapi jangan sekarang harus ada persiapan dulu dan sediakan bahan-bahannya baru kita masak bareng. Gimana kalau sekarang kita jalan dulu beli makanan buat sekarang, sambil beli bahan makanan buat nanti sore jadi aku tunggu hasil karya kamu nanti gimana?"
"Tapi Mas jangan meledek hasil masakan ku nanti ya, kalau nggak enak!" jawab Andhini ujung-ujungnya merasa nggak pede dengan kemampuan dirinya dalam hal yang satu ini.
"Bagaimanapun hasilnya aku akan makan, nanti kamu akan di bantu sama chef Raditya Mahardika Subrata! kamu senang sayang?"
Andhini mengangguk menyetujui ucapan Raditya suaminya.
"Mas … !"
"Hemght … apa sayang?"
"Sebenarnya aku sangat sedih, sejak kita menginap di rumah Ibu Bapakku," ucap Andhini dengan suara parau.
"Apa yang membuat kamu sedih sayang?" Radit melonggarkan pelukannya memandang wajah cantik istrinya.
"Sampai saat ini kita belum bisa memberikan mereka cucu Mas. Ya, seorang cucu yang begitu mereka harapkan sejak dari awal pernikahan kita yang sudah berjalan 4 tahun lebih, Ibu tidak menekan ku, Ibu tidak meminta cucu kepada ku, melihat keharmonisan kita mereka juga bahagia tetapi hatiku Mas begitu ingin memberikan kebahagiaan kepada mereka, Aku melihat harapan Ibu di matanya dan ucapannya." Andhini mulai berkaca-kaca. Lalu menyembunyikan mukanya di pelukan suaminya.
"Sayang, sayang ... Semua hanya masalah waktu please jangan menangis, sungguh aku tak bisa melihat kamu bersedih dan berurai air mata begini." Radit kaget Andhini tiba-tiba saja berubah.
"Tapi kali ini aku begitu bersalah pada mereka, dan aku begitu sedih mengingatnya, Aku berusaha tegar di depan Ibu seolah aku begitu kuat dalam penantian ini, padahal hatiku begitu rapuh Mas, dan baru kali ini juga aku mengungkapkan di hadapanmu aku begitu menginginkan anak Mas!" Ucapan Andhini begitu menusuk hati Raditya, yang sebenarnya itu juga harapan dirinya.
Raditya diam, berhenti bicara memeluk dan mencium istrinya sama dengan mata berkaca-kaca, menenangkan istrinya itulah salah satu yang dilakukannya.
"Sabar sayang, kalau Yang Maha Kuasa belum mengizinkan apa daya kita? kita hanya makhluk Nya yang ada dalam genggamanNya tanpa kuasa apa-apa, mari kita berusaha sekuat tenaga mengupayakan dan doa yang kita perbanyak." Raditya mengusap-usap punggung istrinya, hatinya seperasaan dengan istri tercintanya.
"Ibu menyarankan kita cek rutin kembali, dan jangan terlalu capek tenggelam dalam kesibukan, aku mengerti Mas maksud Ibu, aku mengerti!" isak Andhini di pelukan suaminya.
Andhini begitu bersedih, dan kali ini benar-benar tumpah, hatinya berontak dadanya sesak perasaannya begitu sakit, pernikahan yang berjalan 4 tahun lebih yang dibayangkan awal pernikahan mereka pasti tahun kedua dirinya sudah menjadi seorang Ibu, tapi semua penantiannya kandas sampai hari ini. Andhini masih melenggang kemana-mana berdua sama suaminya.
Setiap habis berhubungan suami istri selalu berharap semoga kali ini yang jadi, selalu dan selalu begitu setiap saat dan dorongan untuk segera bisa memiliki anak dan hamil membuat Andhini merasa tertekan sendiri tanpa dirinya ungkapkan sekalipun pada suaminya.
Sedangkan Raditya kelihatan anteng dan tenang begitu saja, menyikapi pernikahannya yang sampai saat ini belum menumbuhkan buah cinta mereka. Demi perasaan istrinya, hanya itu yang dijaga Radit. Radit tak ingin sedikitpun menyinggung perasaan istrinya.
"Kita ikuti saran Ibumu, orang tua tak ada salahnya sayang, tapi kamu jangan lantas mengartikan itu beban dan penekanan dari Ibumu anggap saja itu motivasi untuk kita," ucap Radit bijaksana.
Andhini seperti begitu sakit dalam hatinya, selalu berharap tapi tak kunjung datang yang diharapkan nya.
Temannya paling dekat dan lengket Erika yang menikah jauh setelah dirinya sudah punya anak yang bisa dituntun kalau main ke tempatnya atau ke kantornya.
Mengingat semua itu hati Andhini tak bisa dibohongi, betapa mendamba dirinya akan hadirnya anak dalam pernikahannya.
"Sudah jangan menangis, kita liburan kali ini juga adalah bentuk usaha kita biar kita bisa tenang, dan lebih banyak berduaan."
"Mas, apa Mas Radit akan kecewa padaku?"
"Ya ampun … kecewa kenapa sayang? karena kita belum punya anak? tidak Andhini sayang, tujuan menikah adalah ibadah dan untuk ketentraman, anak adalah bagian dari hasil pernikahan itu sendiri, tapi kalau sampai kita belum dikasih anak dan tidak memiliki anak aku anggap itu bukan rezeki kita." jawaban Radit sangat hati-hati.
"Tapi aku takut Mas, aku mencintaimu aku menyayangimu, Mas Radit adalah kebahagiaanku, Mas Radit adalah hidupku tapi seandainya Mas Radit berpaling dariku entah seperti apa hidupku."
Andhini mencoba mengungkapkan rasa sayangnya. Jujur dengan kecemasan hatinya.
"Astagfirullah sayang, kenapa kamu berpikiran begitu, dan meragukan aku? Bukankah kita pernah janji dari semasa kita pacaran dulu apapun yang terjadi kita tak akan berpisah kecuali kematian diantara kita? kamu masih ingat sayang? Aku ikhlas jika kita tidak dipercaya untuk punya anak dan tidak akan menyalahkan siapapun diantara kita."
Andhini mengeratkan pelukannya, seakan di situlah tempat ternyamannya. Raditya mengusap-usap kepala istrinya dan menciumnya dengan penuh perasaan sayang, menyadari kalau dirinya juga begitu sibuk selama ini, baru kali ini mereka menikmati liburan santai bersama istrinya.
Sehari hari sibuk dengan kegiatan kantornya, mengontrol ke lapangan, presentasi, rapat dan program baru perusahaannya. Begitu juga Andhini sama-sama tenggelam di perusahaan orangtuanya.
"Ayo kita jalan-jalan sambil cari makanan juga bahan buat nanti sore, mau masak kan?" bujuk Radit sambil mencium Andhini kembali yang kelihatan malas banget beranjak.
"Aku belum lapar Mas, Mas aja yang cari makanan."
"Loh, loh, loh, yang belanja bahan buat masak siapa, masa aku juga?"
"Masak nggak ya?"
"Ayolah kita masak bersama, kita eksperimen sesuatu yang belum kita cicipi."
"Apa itu Mas?"
"Aku juga nggak tahu, kita coba aja cari bahan-bahannya, ayo kita bikin tantangan aku ciptakan satu masakan kamu juga satu gimana?"
"Oke, siapa takut?"
Melihat Andhini tersenyum kembali itu adalah harapan Raditya, pada kenyataanya dirinya juga seumur-umur belum pernah merasakan bagaimana memasak, tapi demi sang istri dan demi senyumnya Radit rela melakukan apapun.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
sepi tanpa anak, thor punya resep manjur gak biar bisa cepet punya momongan gitu...
temenku juga ada yg gitu ia menikah ketika aku hamil 4 bln sampai sekarang belum hamil jg sedang aku sudah punya, anak banyak, suka kasian ngeliat nya, kalo ada anak kecil dia tuh suka gimana gitu
2022-07-09
1