"Sayang, kamu kelihatan kurus apa karena capek banget kerja? istirahat saja dulu, ambil cuti apa, pergi liburan kemana kalian suka, jangan memforsir diri bekerja dan bekerja saja," ucap Ibu Juwita Ibunya Andhini sambil melihat putrinya makan hanya sedikit.
Andhini sama Raditya datang berkunjung dan menginap di rumah orangtua Andhini.
"Iya Bu, Mas Radit juga selalu ngomong istirahat dan istirahat, tapi perasaanku kerja itu biasa saja kalau sudah rutin dijalani Bu, Dini enjoy aja menjalaninya," jawab Andhini sambil mengunyah suapannya.
"Tuh memang begitu Bu kalau diingatkan selalu bandel, pokoknya kita liburan Minggu depan sayang, satu minggu saja cukup biar refresh otak dan pikiran kita, pilih mau liburan ke mana? Australia? Perancis? Inggris? Korea? biar sekalian nonton syuting artis idolamu. Aku pesankan tiketnya hari ini juga," cecar Raditya merasa diberi jalan obrolan oleh mertuanya.
"Aku malas jauh-jauh sayang, capek di jalannya, gimana kalau kita liburan di villa keluargaku saja?" jawab Andhini.
"Anak Bapak dari dulu memang malas banget, semangat dong! Jangan malas melulu. Bapak sama Ibu sudah tua kalau kamu apa-apa malas gimana kamu meneruskan usaha yang Bapakmu rintis ini? Surya group itu adalah milik kamu dan masa depanmu bersama suamimu ada di sana."
"Kalau kerja Dini nggak malas Pak, karena hobby Dini dari dulu adalah menghitung keuntungan heee .…"
"Bagus dong jadikan hobby adalah motivasi, liburan itu penting buat kalian pasangan muda, berlibur lah dulu rehat dari aktivitas kalian untuk menyegarkan kembali dan memotivasi kerja kalian selanjutnya. Dan jangan lupa keharmonisan keluarga juga harus dijaga karena itu adalah kunci sukses di dalam pekerjaan dan usaha juga," ucap Pak Suryadilaga mertua Raditya
"Jadi kemana maunya sayang liburannya?" tanya Radit mengulang lagi, ingin mendengar jawaban dari bibir istri tercintanya.
"Ke villa keluargaku saja Mas!" jawab Andhini.
"Sudah aku duga, nggak apa-apa yang penting kita bisa istirahat dengan nyaman," ucap Raditya sambil memandang Andhini yang lagi senyum saja, lalu Raditya mengusap punggung istrinya yang duduk di sampingnya.
"Nak Radit bagaimana khabar perusahaan orangtuamu?"
"Baik Pak, masih berjalan sesuai dengan target yang kita harapkan. Dan pencapaian luar biasa di tahun-tahun belakangan ini, kami telah membuka cabang di sepuluh kota besar lagi," jawab Radit merasa bangga.
"Bagus, sebenarnya Bapak berencana dengan Bapakmu akan lebih membesarkan usaha yang digabung alias kerjasama itu dan nanti akan Bapak sama Bapakmu berikan pada kalian berdua, silahkan kelola secara profesional untuk masa depan kalian." Pak Suryadilaga bicara sambil memandang menantu dan putrinya bergantian.
"Wah kita begitu tersanjung banget ya sayang, bisa menerima satu perusahaan besar kerjasama antara Surya Group dengan Subrata Group."
"Anggap saja itu hadiah pernikahan kalian berdua, Bapak sama Pak Subrata merasa wajib memberi dukungan penuh terhadap putra-putri kami yang telah bersatu dalam satu ikatan rumah tangga, dengan begitu kalian bisa mengelola dengan ilmu yang kalian dapatkan sebagai lulusan terbaik. Walau itu anak perusahaan yang belum terlalu besar seperti Surya Group dan Subrata Group sebagai induknya."
"Tapi Bapakku belum menyinggung soal itu Pak," jawab Radit memandang Bapak mertuanya.
"Belum Nak Radit, esok atau lusa pasti akan ada obrolan Bapakmu. Kami sudah lama merencanakan semua ini bersama-sama. Kami percaya dibawah kepemimpinan muda kalian berdua perusahaan itu akan tumbuh dengan pesat dan maju."
"Aamiin … gimana sayang, sepertinya kita akan satu kantor nantinya." Radit melirik Andhini yang sudah selesai makan malamnya dan lagi menikmati jeruk hangat kesukaannya.
"Pasti sangat menyenangkan."
"Penting kalian selalu bersama agar semua bisa terjaga, dan diskusi suatu perencanaan yang matang akan selalu dihasilkan dari kebersamaan dan keharmonisan."
ucap Pak Suryadilaga begitu mendukung kebersamaan putri dan menantunya.
Jauh di lubuk hati Pak Suryadilaga bersama istrinya begitu berharap Andhini segera memberikan cucu bagi mereka, walau semua itu tidak diucapkan secara gamblang, tetapi memakai trik dalam mengungkapkan keinginannya seperti menyatukan mereka dalam satu wadah sehingga rutinitas mereka menjadi lebih intens lebih dekat lagi, tidak seperti sekarang Andini berkantor di kantor Surya Group dan Raditya berkantor di kantor Subrata Group.
Harapan orang tua selalu sama menginginkan yang terbaik untuk putra-putri mereka, apalagi Pak Suryadilaga hanya memiliki satu putri semata wayang yaitu Andhini Maharani, jadi semua harapan dan kasih sayangnya tumpah semua buat putri satu-satunya.
Selesai makan seperti biasa mereka bercengkrama di ruang keluarga, walau di rumah besar itu belum ada anak yang menangis, sebagai cucu harapan dan ngeberantakin semua barang-barang tapi kelihatan semua bahagia.
Raditya seperti biasa di tantang main catur sama mertuanya di ruang baca, Andhini mengobrol dengan Ibunya seputar pekerjaan dan rumah tangganya sambil Ibu Juwita minta di pijitin Bibi pembantu yang sudah ada sejak Andhini masih kecil.
"Nak sayang kamu masih rutin periksa ke dokter?" tanya Ibu Juwita memecah kesunyian, Andhini lagi memilih chanel televisi sambil sesekali melihat ponselnya.
"Jarang Bu, tapi terakhir periksa kata dokter nggak ada apa-apa, hanya masalah waktu saja," jawab Andhini.
Lugas jawaban Andhini membuat Ibunya selalu berhati-hati setiap akan mengingatkan, takut putrinya terbebani dengan keadaannya.
"Rutin lagi sayang, bukankah ada teman suamimu yang dokter spesialis itu?"
"Iya Bu, terkadang semua lupa begitu saja, kami sama-sama tak saling mengingatkan, akhirnya sibuk dengan aktivitas dan tenggelam dalam rutinitas," jawaban Andhini tentang alasannya.
Andhini merasa saran dan nasehat Ibunya kali ini begitu menyadarkan dirinya, walau tidak secara gamblang menyuruh dirinya untuk segera memberikan cucu pada mereka dari pernikahannya, tetapi Andhini bukan orang bodoh untuk bisa menafsirkan setiap kata-kata yang diucapkan Ibunya dan diri sangat mengerti.
"Makanya saran Ibu liburan sana kalian, pergi ke tempat baru atau rehat pokoknya dari kesibukan dengan suamimu di manapun kalian suka."
"Iya Bu."
"Ibu sama Bapak juga yang sudah tua kadang ingin menikmati kebersamaan dan keluar dari suasana keseharian. Ibu sama Bapak malah sebulan dua kali menginap di villa, rasanya tentram dan nyaman."
"Dini juga nggak suka yang jauh-jauh Bu, capek di jalannya mending di villa kita kita saja di Puncak itu juga sudah lebih dari nyaman," jawab Andhini sambil senyum memandang Ibunya, biar Ibu Juwita merasa tenang dengan segala keadaannya.
Andhini merasa dirinya adalah satu-satunya tumpuan harapan kedua orang tuanya, karena Andini hanya anak satu-satunya. Suka duka menjadi anak tunggal seperti ini seandainya ada saudara lain yang bisa memberikan obat kerinduan kedua orang tuanya akan dambaan mereka terhadap cucu dari pernikahan anak-anaknya, mungkin orang tuanya bisa terobati dari anak yang lain, tetapi kalau cuma dirinya satu-satunya pada siapa lagi harapan kedua orang tuanya disandarkan?
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
olive
halo kakak, broken vow mampir 😁
2022-07-31
3
Siti Fatimah
Hadir kak semangat terus ya 💪💪💪 seikat bunga untukmu
2022-07-31
3