Mobil yang dikendarai Mang ujang berhenti di salah satu rumah sangat mewah, dengan ukuran sangat besar dan halaman yang begitu luas. Karina mengucek matanya merasa tak percaya kalau memang dirinya akan memasuki dan tinggal di rumah mewah itu.
Rumah dengan pagar tinggi dan kokoh, bangunannya sendiri dua lantai dengan desain minimalis modern, dengan cat warna abu muda, di padu abu tua, dengan pilar-pilar tinggi menjulang, tak sedikitpun Karina bermimpi akan menginjak dan memasuki rumah seperti ini.
Halaman yang begitu luas dan asri, cukup untuk beberapa rumah sederhana, rimbun dengan tanaman mahal berkelas, kolam renang di samping kanan rumah di sisi pagar kokohnya di tanami pohon yang tinggi seperti palm dan cemara.
Bulu kuduk Karina mendadak merinding membayangkan yang tak pernah terbayangkan bagaimana isi di dalamnya.
Baru pertama kali Karina melihat rumah yang sangat mewah dari tampilan luarnya apalagi di dalamnya akan seperti apa karena tak bisa membayangkan.
Mungkin penghuninya keluarga besar dan ada yang perlu perawatan mungkin juga Ibunya, mertuanya atau bahkan anaknya.
Mang Ujang sama Karina celingukan turun dari mobil dan memijit bel yang ada di samping pilar pagar tinggi karena pintu masuk gerbang dikunci dari dalam.
Ada post satpam segala dan laki-laki paruh baya berseragam itu keluar, setelah mendengar ada mobil yang berhenti di depan pintu gerbang, di susul dari dalam rumah keluar juga seorang wanita sekitar usia 35 tahunan tergopoh keluar, sebelum membuka pagar Satpam bertanya dulu, dan itu sudah menjadi kebiasaan yang diterapkan sebagai aturan yang harus ditaati.
"Maaf ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam ramah sambil bergantian menatap Karina dan Mang Ujang yang baru pertama kali mereka bertemu.
"Iya Pak, saya dari Yayasan Panti Asuhan Amanah, mengantarkan perawat yang di pesan Pak Raditya Mahardika Subrata apa benar di sini rumahnya?" jawab Mang Ujang sambil melirik Karina di sampingnya.
"Oh, benar Pak, silahkan masuk. Saya sudah di amanatkan sama Pak Radit kalau akan datang seorang perawat yang akan merawat istrinya."
'Oh, jadi istrinya yang sakit toh?'
Karina menangkap setiap Kata yang di ucapkan Satpam itu.
Karina tersenyum pada satpam dan perempuan yang menyambutnya, Mang Ujang masuk diiringi sama Karina. Satpam memasukkan mobil Mang Ujang parkir di halaman diantara yang tersedia diantara mobil mewah pemilik rumah.
Mereka berjalan lewat samping dan di suruh duduk di kursi teras di samping kolam renang, Terasa kerdil keberadaan Karina, begitu juga Mang Ujang memasuki wilayah rumah yang seperti istana, semua properti mahal walau ada diluar seperti kursi pantai, dengan payung warna silver patung dan Gucci keramik dengan desain klasik ada di tiap sudut pemanis pandangan.
Wanita yang menyambut tadi keluar dan mengangguk menyuruh masuk Mang Ujang dan Karina, mengantar sampai pada taman di dalam rumah dan kolam ikan dengan kursi santai dan tanaman dalam pot yang begitu sejuk.
Menunggu untuk kedua kalinya mereka duduk lagi di tempat yang di tunjukkan.
"Bapak sama Suster perawat dari Panti Asuhan Amanah silahkan duduk dulu saya sudah beritahukan pada Tuan kalau, mungkin sebentar lagi Tuan akan turun."
"Terimakasih," ucap Karina mengangguk dengan sopan.
Tak berapa lama datang satu pria muda dengan pakaian masih memakai piyama tidur diantar perempuan tadi tadi mengintil di belakangnya. Karina dan Mang Ujang langsung berdiri menyabut pria yang datang di hadapannya.
Mang Ujang langsung mengenalkan diri.
"Selamat siang Pak, saya Mang Ujang dari Panti Asuhan Amanah dan ini Karina perawat yang di pesan Bapak kemarin."
Raditya mengangguk dan tersenyum menyambut salam dari Mang Ujang dan Karina langsung mempersilahkan duduk kembali.
"Saya suka pelayanan pimpinan kalian, cepat banget mengirimkan orang yang kami butuhkan, semoga pelayanannya juga keterampilannya cocok dengan istri saya." ucap Raditya sambil mengangguk-angguk.
"Baiklah, untuk administrasinya tolong sampaikan pada pimpinan Panti, terimakasih semoga kerjasamanya saling memberi manfaat."
Asisten rumah tangga tadi memberikan amplop coklat pada Tuannya, dan Raditya langsung memberikannya pada Mang Ujang. Mang Ujang langsung pamitan bersalaman dengan Karina dan Raditya juga Asisten rumah tangganya.
"Suster siapa namanya?" tanya Radit memandang Karina yang duduk di sebrangnya.
"Ka-rina Tuan," jawab Karina agak gugup.
"Baiklah, yang menginginkan perawat di rumah ini adalah istriku, karena kecelakaan dan pergelangan kakinya keseleo agak parah karena tambah luka sobek di betisnya, saya tidak tahu prosedur perawatan tapi saya percaya suster Karina bisa merawatnya dengan baik juga menjadi teman ngobrol istri saya nanti selama perawatan dan pengobatan." tutur Raditya menelisik wajah manis Karina yang kebanyakan menunduk.
"Baik Tuan, semoga saya bisa bermanfaat di sini."
"Ya, ya. Suster Karina kamar suster nanti di tunjukkan Bi Ummah silahkan simpan dulu pakaiannya nanti di antar Bi Ummah menemui istriku."
"Baik Tuan, saya permisi dulu."
Bi Ummah datang membantu Karina membawa tas pakaiannya mereka berjalan entah ke arah mana karena belum begitu tahu dan hafal liku dan sudut rumah ini, akhirnya sampai pada kamar yang berjejer mungkin diperuntukkan untuk semua yang membantu dari asisten rumah tangga, sopir, satpam juga yang lainnya.
Karina masuk kamar, setelah di tunjukkan sama Bi Ummah. Masya Allah kamar pembantu saja seperti ini bagaimana kamar majikannya?
Kamar dengan tempat tidur singel sudah berseprai, lemari pakaian, meja rias, rak sendal sepatu, masih ada ruangan yang kosong buat melakukan ibadah, kapstock dan lain-lainnya
Kamar yang begitu bersih dan rapi dengan gorden yang mewah menurut ukuran Karina. Belum pernah Karina tidur di kamar mewah seperti ini, dulu Karina sama adiknya selagi masih ada Ibunya hanya mampu mengontrak rumah petak yang berderet berjajar dengan ukuran tiga kali tujuh meter, itu sudah merangkap ruang tamu, ruang tidur, dapur dan WC. Tiap bulannya harus di bayar hasil keringat Ibunya yang di kumpulkan di bagi dua sama buat makan sehari-hari dan buat sekolah dirinya.
Karina mengusap seprai licin dengan warna coklat susu dengan motif bunga, seraya menarik nafas panjang melegakan sesak di dadanya.
"Suster sudah? mari menemui Nyonya biar berkenalan dulu dan di beri petunjuk Nyonya kerja suster selanjutnya." ucap Bi Ummah mengagetkan lamunan Karina.
"Oh, eh iya, ayo mari." Karina keluar dan menutup pintu. Karina berjalan bersisian sambil mengobrol alakadarnya.
Nyonya Andhini kecelakaan di tempatnya liburan di pantai, sekarang dalam masa perawatan dan pengobatan. Tuan sama Nyonya menempati kamar di lantai dua, tapi karena sekarang Nyonya lagi cedera jadi pindah ke lantai bawah." Bi Ummah memberi sedikit gambaran pada Karina tanpa di pinta.
Karina mengangguk mengerti, bukan orang jompo yang akan dirinya rawat, tapi seorang Nyonya muda karena kecelakaan.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments