Karina gemetar membuka amplop gaji pertamanya, matanya terbelalak, tak berani menghitung uang gajinya hanya butiran airmatanya yang keluar dari sudut bola matanya.
Tangannya tengadah mengucap syukur berkali-kali dan sujud pada Yang Maha Kuasa.
Entah seperti apa gambaran hatinya saat ini, antara khayalan dan kenyataan. Melihat tumpukan duit di hadapannya yang seumur hidupnya baru kali ini memegang duit segitu banyak yang menjadi kepunyaannya, dulu orangtuanya yang kerja banting tulang saja tak pernah mengumpulkan uang sebegitu banyaknya.
Yang pertama diingatnya adalah adiknya Lila, terus Ibunya. Dan Nyonya Andhini yang begitu baik pada dirinya. Gaji tiga kali lipat, dan akan kerja di perusahaannya malah akan di bawa ke salon kecantikan segala, Karina berpikir keras dirinya harus perawatan, akan seperti apa dirinya nanti kalau sudah melakukan perawatan? Kenapa Nyonya menyarankan untuk membeli apa yang semua wanita suka, pakaian, kosmetik apa selama ini aku begitu kelihatan gembel? mungkin. Tapi aku begitu tahu kebersihan walau semua yang aku pakai bukan barang mewah, mimpi apa aku semalam?
Apa memang kerja di perusahaan Nyonya Andhini harus kelihatan cantik? Karina memandang dirinya di cermin kamarnya. Mendapatkan dirinya yang berhijab agak lusuh dengan pakaian seadanya, walau tetap terjaga kebersihannya, pakaian yang di sumbangkan donatur ke Panti asuhan Amanah selalu di bagikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing, bahkan ada donatur yang menyumbang dari sisa produksi di pabrik mereka tidak hanya pakaian bekas saja yang kadang bagi sebagian orang Panti Asuhan itu adalah tempat pembuangan pakaian bekas mereka yang sudah bosan mereka pakai.
Seumur-umur baru kali ini Karina melihat uang begitu banyak di tangannya hasil tenaganya yang dihargai Nyonya Andhini begitu tinggi, inilah kenyataan, dirinya masih belum percaya kalau uang di hadapannya yang berjajar di atas kasur itu adalah miliknya.
Karina menatap begitu lama uang itu dan mengusapnya seakan semua itu hanya fatamorgana dan tipuan pandangan matanya, Karina meyakinkan hatinya bahwa semua itu bukan suatu khayalan tapi nyata adanya.
Di Panti kalau awal bulan hanya di kasih uang lelah buat jajan cukup sepuluh mangkuk bakso saja, tapi Karina tetap bersyukur masih bisa makan dan berlindung di Panti itu bersama adiknya sudah lebih dari cukup. Karina tidak menuntut apa-apa walaupun tenaganya dihabiskan di tempat itu untuk mengabdi, sambil tetap belajar segala macam ilmu, untuk bekal kehidupan dan masa depannya.
Tak terkira senangnya hati Karina dan tak terhingga berterima kasihnya terhadap ibu Elyana yang telah mengarahkan dirinya menyayangi dirinya beserta adiknya hingga sampai saat ini, dirinya sudah bisa bekerja mengabdikan ilmu yang didapatnya di Panti dan orang telah menghargainya mungkin ini keberuntungannya atau secara kebetulan dirinya bertemu dengan orang baik yang bisa mengangkat kehidupannya.
Ibu Elyana adalah Ibu keduanya suka duka kehidupan di Panti menjadi kesehariannya, kali ini berbeda kegembiraan hati Karina begitu berbunga-bunga ingin rasanya berbagi kebahagiaan ini dengan semua orang Panti yang pasti mereka sangat bahagia mendengar kabar keberuntungan dirinya yang akan terus bekerja tidak putus kontrak setelah selesai dengan misi pertamanya.
Karina menatap nanar uang kira-kira 150 lembar warna merah semua di hadapannya yang masih ada kertas tulisan nilai satu ikat dan nama bank di kertas pengikatnya, betapa ingin Karina mengajak Lila adiknya makan mie ayam kesukaannya, dan mengganti kaca mata Ibu Elyana yang sudah uzur usianya, yang terkadang melorot sendiri.
tok tok tok ...
Karina kaget cepat-cepat menutup uangnya dengan bantal dan membetulkan kerudungnya menyusut air matanya dan membuka pintu.
"Bi Ummah?"
"Kenapa suster mengurung diri? ayo kita makan." selidik Bi Ummah sambil menatap Karina dari ujung kepala terus ke bagian bawah.
"Aku masih merasa kenyang Bi, entahlah aku ingat banget sama adikku Lila," sahut Karina bohong padahal dirinya begitu senang melihat gajinya, dan merasa tak percaya hingga menghilangkan rasa laparnya.
"Sama aku juga kalau ingat anak dan suamiku kadang nggak enak makan, apa lagi makan sendiri tapi kan kita harus makan. Ayo kita makan walau sedikit biar tetap sehat dan semangat, makan apa aja yang penting kita jangan menyiksa diri, apalagi Nyonya sama Tuan Radit mereka pada keluar sudah makanan jadi nggak di sentuh dan mubazir, biasanya kalau memang mereka mau keluar suka kasih tahu dulu jangan masak terlalu banyak tapi ini nggak, mungkin mereka punya acara dadakan pengen keluar bersama atau juga mungkin berkunjung ke rumah orang tuanya atau mertua mereka," tutur Bi Ummah merasa sudah masak tapi sia-sia.
"Nyonya keluar Bi?"
"Iya barusan, nggak kedengaran tadi Nyonya bilang ke Bibi?"
"Aku lagi anteng kali Bi?"
"Anteng apa suster, mikirin pacar ya?"
"Pacar? Ya ampun Bi pacar siapa? boro-boro mikirin pacar aku masih berpikir bagaimana cara keluar dari permasalahan aku ingin memberi kebahagiaan kepada adikku dan juga hadiah kebahagiaan buat diriku sendiri."
"Siapa tahu suster punya pacar, masa gadis secantik suster Karina nggak ada yang mau?"
"Ah Bi Ummah bisa aja, Aku belum memikirkan soal itu Bi, aku hanya ingin kerja dulu, aku ingin merubah nasib dan jalan hidupku Bi dengan jalan kerja mengumpulkan sedikit modal buat menjalani masa depan bersama adikku," tutur Karina.
"Bi, sebenarnya aku tinggal sebentar lagi tinggal di sini. Mungkin hanya seminggu sampai dua minggu lagi, karena aku ditempatkan di sini sampai Nyonya sembuh dan tak membutuhkanku lagi, tetapi kemarin aku ngobrol sama nyonya kalau Nyonya berminat untuk menempatkan aku di perusahaannya. Aku berterima kasih banyak walau kerja apapun dengan senang hati aku terima tapi nyonya berpendapat lain terhadapku."
"Maksudnya pendapat apa suster?"
"Aku merasa tersanjung banget Bi, saat kemarin Nyonya memberiku gaji, dan mengatakan akan menempatkan aku di perusahaan nya, juga Nyonya mau membawaku ke salon langganannya biar aku ikut perawatan katanya."
"Masya Allah mungkin Nyonya mau jadikan suster Karina sekretarisnya kali."
"Tapi aku tidak punya pengalaman untuk kerja seperti itu Bi aku hanya tamatan setara SMA mana mungkin Nyonya menepatkan orang salah Bi."
"Kalau orang yang punya perusahaan menginginkan seperti itu siapa yang melarang? Bibi juga ikut semang suster, berarti suster kepakai banget dan Nyonya punya rencana bagus buat suster."
"Tapi aku belum merasa percaya Bi, dan perasaanku begitu nggak tenang."
"Berserah dirilah pada Gusti Allah suster, semoga jalan yang terbaik membentang di hadapan suster."
"Aamiin Bi."
"Ayo makan, kita rayakan kebahagiaan kita malam ini, Bibi masak enak sup pedas ikan tuna kesukaan Nyonya tapi sepertinya Nyonya sama Tuan tidak makan di rumah malam ini."
Karina keluar kamar mengikuti Bi Ummah menuju ruang makan di belakang samping dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments