Paginya.
"Sayang bangun, katanya mau joging pagi-pagi, lihat tuh jam setengah enam."
Andhini membuka matanya dan mengucek nya, terasa masih ngantuk dan lengket matanya karena masih ngantuk.
"Kalau masih ngantuk nggak apa-apa kita tidur lagi, tapi jangan salahkan aku nggak bangunin kamu sayang, aku sudah pasang alarm segala, jadi nggak main di pasirnya?" Radit membelai rambut panjang Andhini sambil duduk di sampingnya.
Andhini menaikkan selimut yang membungkus tubuhnya, masih menimbang-nimbang tidur lagi apa bangun dan jalan-jalan?
Kapan lagi menikmati udara pantai pagi hari? Andhini memang punya kehidupan tak seperti yang lain, teman yang terbatas dan kegiatan di luar rumah yang tak begitu bebas hingga dewasa kebiasaan itu tetap saja di bawa dan jadi kebiasaannya.
Proteksi dari kedua orang tuanya tak bisa di pungkiri, semua serba di atur gerak langkahnya daripada ke mana-mana sama sopir juga pengasuhnya mending nggak usah kalau nggak perlu perlu amat keluar rumah.
Praktis masa kecil dan dewasa Andhini tak punya banyak teman, hanya Erika yang kini telah berkeluarga juga dan terakhir mereka bertemu Erika menyatakan ingin mengikuti suaminya yang ditugaskan ke luar negeri.
"Jalan aja Mas, aku pengen main air, semalam hanya menikmati ombak dan senja yang temaram."
"Boleh, tapi pakai sendal jepit saja ya kalau mau main air, kita lepaskan beban hati kita teriak pada samudra luas tak berbatas," tutur Radit sambil menyodorkan tangannya membantu Andhini bangun dan memberikan pakaian tidur pada istrinya, yang semalam lepas entah kemana.
Andhini mengenakan kembali pakaian tidurnya sambil duduk, lalu Radit membantu Andhini turun dan memeluknya sepintas seperti ingin menelusuri jejak kemesraan mereka semalam.
"Udah dong, nanti lagi Mas."
"Iya sayang, aku juga nggak sabar pengen main air."
****
"Mas, ambil dong momennya!"
"Sip!"
Andhini bak photo model profesional bergaya di atas karang dengan background lautan luas dan ombak yang menggulung ke pinggir pantai, burung camar yang berseliweran menjadi hal terunik yang tak luput dari jepretan Raditya.
"Sayang, tunggu di situ ya aku cari dulu spot yang indah, buat jepretan khusus orang terindah," ucap Radit sambil berlari kecil menuju batu karang yang agak tunggi.
Meninggalkan Andhini menikmati deburan ombak dan hangatnya matahari pagi, dengan kain pantai tertebak angin Raditya menyukainya beberapa kali mengabadikan pose sendiri Andhini juga bersama dirinya.
"Mas! Astagfirullah ya ampun ... Mas Radit ...!"
"Andhini?"
Raditya berlari sekencang jencangnya, diantara pasir kering dan basah juga pecahan karang yang berserakan. Andhini terperosok ke lobang karang yang tertutup pasir saat mau turun.
Raditya begitu panik luar biasa setelah dekat mendapatkan Andhini meringis dengan tangan dan kaki berdarah.
"Ya ampun sayang kenapa?" Radit langsung merengkuh istrinya dan melihat darah di kakinya.
Radit mengeluarkan kaki istrinya dengan perlahan yang masih masuk lobang dan tersiram air laut, Andhini memegang pahanya dengan kedua tangannya.
"Aaaaaah ... aw, aw, sakit Mas." Andhini berpegangan pada bahu suaminya.
"Ya ampun sayang betis kamu terluka, pergelangan kakinya gimana?"
"Itu yang paling sakit Mas," ucap Andhini sambil menahan sakit.
Raditya memeriksa kondisi kaki istrinya dari dekat, luka sobek cukup dalam dan yang lebih serius pergelangan kaki Andhini yang harus segera di periksa.
"Mas kakiku terluka dan sakit banget. Tadinya aku mau turun tapi kepleset karena kakiku sakit menginjak batu karang jadi aku pilih-pilih yang mau diinjak ternyata jebloskan kakiku."
"Coba di gerak-gerakkan sayang, dikit saja bisa nggak?"
"Sakit banget Mas."
"Ya sudah, aku bopong kamu sampai Hotel, nanti di sana aku cari bantuan."
"Engkel kakiku sakit banget Mas," ucap Andhini sambil meringis menahan sakit.
Tanpa basa-basi Radit membopong tubuh istrinya berjalan ke pinggir jalan raya dan menyebrang ke Hotel tempatnya menginap.
Membaringkan Andhini di sofa lobby Hotel dan Raditya bertanya pada security, orang mulai ramai mengerumuni Andhini dan banyak saran juga pendapat yang di terima, akhirnya Raditya membawa ke klinik terdekat untuk penanganan awal.
Dalam kecemasan Radit berpikir baru saja melihat keceriaan Andhini dan senyumnya yang membuat dirinya begitu senang kenapa harus ada insiden seperti ini?
"Mas sakit banget kakiku, gimana nanti apa kita pulang saja?"
"Iya sayang, tenang saja ini hanya pertolongan awal, kita pulang nanti kamu di tangani dokter di kota."
Setelah Andhini di tangani dokter klinik dan di beri obat anti sakit dokter setempat, Radit langsung membawanya kembali ke Hotel dan berbenah membereskan semuanya dan meninggalkan Andhini menunggu di mobil.
Booking kamar tiga malam baru di jalani satu malam Raditya sama Andhini langsung check out dan pulang ke Bandung.
Kecemasan tergambar di wajah Radit, melihat kaki istrinya yang di perban dan tangannya yang banyak goresan, kenapa mereka begitu larut dalam antusias menikmati suasana dan mereka begitu lengah.
"Sayang aku sudah bereskan semuanya, kits pulang sekarang ya, maafkan aku, aku lengah menjagamu, apa Papa sama Mama akan di beritahu nanti?"
Nggak usah dulu Mas, mungkin aku harus istirahat lebih lama nggak apa-apa jangan meminta maaf, aku juga salah tak mendengar saran kamu suruh nunggu malah turun sendiri dan aku yang tidak hati-hati."
"Sabar ya kita pulang sekarang, aku sungguh merasa bersalah sayang." ucap Radit sambil mengusap kepala istrinya.
Andhini menyandarkan kepalanya ke sandaran jok mobil dan memejamkan matanya.
Radit sesekali meliriknya dengan tatapan cemas pada istrinya, memacu mobilnya langsung ke rumah sakit elit yang menjadi referensi keluarganya.
Mendampingi istrinya di periksa ulang secara intensif, Radit merasa paling bersalah atas keadaan istrinya kini.
"Dok, tidak ada yang serius dengan istriku kan?" tanya Radit saat Andhini sudah di pindah ke ruangan perawatan berkelas.
"Begini Pak Radit, Non Andhini biar istirahat saja barang satu malam di sini biar saya pantau pergelangan kakinya, karena kelihatan mulai bengkak, soal luka luar itu tak masalah walau agak dalam juga, gimana apa pendapat saya bisa di terima?"
"Boleh saja dok, saya faham. Tapi nggak akan terjadi apa-apa kan dengan pergelangan kaki istriku?"
"Semoga saja Pak Radit, tapi karena perkiraan saya Non Andhini jatuhnya pagi itu melipat makanya pergelangan kakinya bermasalah, juga beban tubuhnya saat jatuh semua tertumpu di kaki sebelah itu menjadi lebih berat beban yang di akibatkan beban yang menimpa pada sebelah pergelangan kaki Non Andhini."
"Astagfirullah dok, lakukan yang terbaik buat istriku, observasi sedetil mungkin, aku merasa tidak tenang."
"Baiklah Pak Radit, itu saja dulu yang bisa saya sampaikan. Semoga saja tak terjadi hal yang serius saya pantau sampai besok."
Dengan lesu Radit kembali ke kamar perawatan istrinya yang tidur ditempat tidur pasien.
Radit memandang belahan hatinya dengan perasaan bersalah.
'Maafkan aku sayang, aku begitu mencemaskan mu.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
semoga saja tidak cedera serius ya
2022-07-11
1