Pintu yang tidak di tutup rapat di ketuk Bi Ummah, terdengar jawaban seorang perempuan menyuruh masuk.
Dengan perlahan di rumah membuka pintu terlihat tempat tidur yang begitu besar dan tinggi tidur di situ seorang perempuan yang begitu cantik dengan selimut tebal dan ruangan yang begitu sejuk di sampingnya tidur laki-laki yang tadi menemuinya yang dipanggil Bi Ummah tuan.
Andhini berusaha duduk Karina langsung membantunya tanpa di pinta, bahkan kenalan saja belum, mengganjal kepala Andhini dengan bantal dan menarik selimutnya perlahan.
Andhini tertegun memandang Karina dan mengucapkan terimakasih.
"Ini suster perawat dari Panti itu ya? siapa namanya?" tanya Andhini seraya tersenyum menyodorkan tangannya mengajak berkenalan.
"Saya Karina, Nyonya, panggil Rina juga boleh," jawab Karina sopan membalas salam Andhini
"Oke suster Rina, kerja suster Rina hanya menemani saya dan membantu melakukan aktivitas sehari-hari yang saya belum bisa, mengantar ke kamar mandi, jalan-jalan di taman, dan melayani keperluan makan saya, menemani terapi dan pengobatan, seperti itu mungkin suster Rina sudah biasa kan?"
Karina tersenyum dan mengangguk.
"Sebenarnya kata suamiku tadi kamu terlalu muda untuk menjadi perawat saya, tetapi
semoga kamu bisa memenuhi harapan saya dan saya tidak masalah dengan perawat yang tua ataupun muda malah saya berpikiran mungkin kita cocok dalam hal mengobrol setelah kita nanti bisa bersama-sama."
"Iya Nyonya."
"Kamar suster Rina sudah di tunjukkan Bi?" Andhini memandang Bi Ummah asisten rumah tangganya.
"Sudah Nyonya."
"Baiklah suster Rina, kira-kira seperti itu kerjanya silahkan istirahat dulu, kerja mulai besok karena sekarang masih ada suamiku, besok mulai ngantor dan saya perlu teman. Kalau ada perlu apa-apa boleh bertanya sama Bi Ummah ya."
Karina mengerti, itu pekerjaan biasa dirinya lakukan, intinya mengurus orang sakit, melayani makan orang banyak, bahkan masak dan mengajar adik-adik kecilnya dalam pelajaran dan mengaji adalah hal kesehariannya.
"Eh suster Rina, satu lagi selama saya dalam masa pengobatan dan terapi kemungkinan saya akan kerja dari rumah atau work from home, jadi mulai besok saya minta di siapkan segala yang saya perlukan nanti, saya minta di tata dulu enaknya kerja di mana, apa di teras, di dekat kolam renang atau di kamar saja, juga saya sering lupa jadwal minum obat apa karena lupa apa tidur jadi itu tugas suster Rina juga ingatkan saya."
Panjang lebar Andhini menyampaikan keinginannya pada Karina.
"Baik Nyonya, kalau sudah saya permisi dulu." Karina dan Bi Ummah undur diri. Andhini mengangguk dan tersenyum.
'Sepertinya anaknya begitu baik dan perhatian, juga kerjanya cekatan, semoga ngobrolnya nyambung.'
"Mas, bangun dong mentang mentang masih cuti, sebelah kakiku semakin berat saja juga semakin sakit kalau di gerakkan."
Radit bangun dan mencium rambut istrinya.
"Sabar sayang itu masih awal pengobatan, luka luar masih bengkak-bengkaknya kata dokter juga, nanti kalau sudah tiga hari mulai agak kering mungkin sakitnya mulai berkurang."
"Bukain dong gordennya, biar aku lihat yang segar-segar di luar sana."
"Yang segar ada di sini sayang, cepet sembuh aku kesepian dan kangen banget sama kamu."
"Mas, aku kan ada di sini, baru dua malam kita nggak ngapa ngapain, bilangnya kangen kayak yang setahun aja nggak ketemu."
"Tapi aku tak biasa tak menyentuh kamu sayang, nanti aku sentuh kamu takut kamu malah tambah sakit."
"Sabar dong, kalau nggak ada masalah kapan aku menolak kamu Mas?"
"Pasti aku kangen banget menunggu kamu sampai sembuh, sekarang aja sudah begitu berat rasanya."
"Sudah, sudah. Besok Mas mulai kerja lagi semua akan terlupakan, kirim presentase perusahaan baru itu ya, aku pengen lihat perkembangannya seperti apa. Aku juga nggak sabar membidik usaha lain yang menjadi targetku ekspansi usaha di negeri orang."
"Kamu serius sayang mau mengembangkan usaha di luar negeri?"
"Kenapa enggak?" Andhini memandang wajah tampan di depannya.
"Iya makanya cepat sehat."
"Orang lain bisa sukses di negeri orang, orang lain bisa sukses di negeri kita sendiri kenapa kita tidak? aku punya teman Erika yang bisa diberdayakan yang bisa survei tempat dan lokasi strategis untuk kita bisa membuka retail baru di sana Aku tergiur ingin mendalami bisnis internasional sebagai bahan perbandingan bisnis kita di sini."
"Oke, aku selalu mendukung kamu sayang, yang penting sehat dulu sekarang biar kita bisa renang lagi bersama-sama."
"Renang di mana dulu nih, di tempat tidur apa di kolam renang?"
"Dua-duanya sayang hahaha ...." Radit memeluk Andini dan membelainya dengan perasaan berjuta sayang, terlebih saat sakit seperti ini rasanya ingin menggantikan istrinya biar dirinya juga merasakan sakit yang di rasa istrinya.
Seperti biasa kalau sudah di mulai selalu melebar atau memanjang ke arah lain, asalnya saling usap, saling belai dan saling pandang akhirnya ke arah lain, asalnya ciuman sayang berubah jadi ciuman panas.
Asalnya kecup kecup pipi, dagu dan kening, akhirnya ke bibir dan leher juga.
"Mas! jangan mulai deh ah, kakiku lagi sakit, kamu nggak tahan aku belum bisa gimana nanti?"
Radit tak menjawab sibuk saja dengan kegiatan kesenangannya, membuat Andhini khawatir, mau seperti apa nih orang? sedang kaki kanan Andhini masih terasa sakit untuk di gerakkan.
"Mas, dengar aku nggak?" Andhini mulai menahan pakaian tidurnya yang mulai terbuka beberapa kancingnya.
"Mas!" seru Andhini lebih keras lagi.
"Hemght ...apa? yang sakit kan kaki bukan yang lain, aku tak akan menyakitimu sayang tapi memberikan kesembuhan dengan caraku sendiri, kita masih bisa melakukan bagaimanapun caranya."
"Oke, lakukan di manapun dan kapanpun kamu mau!"
"Hahaha ... ingat slogan itu aku semakin semangat sayang, bilang kalau sakit dan tak sengaja menyentuh kakimu."
"Kamu kelaparan banget Mas?"
"Biasa jatahku tiga kali, malam pagi dan siang, sekarang berhenti total jelas aku mencari cara sendiri yang penting enak."
Raditya menenggelamkan mukanya di dada istrinya dan begitulah kesenangannya di mulai entah seperti apa menuntaskannya.
Andhini hanya mengusap kepala suaminya dan sesekali mendesah entah sakit entah nikmat, tanpa banyak memberikan perlawanan.
Radit maksa meminta dengan berjanji tak menyentuh kaki Andhini yang sedang sakit karena menunggu pasti lama kapan akan sembuh dan pulih kembali.
Andhini tak bisa menolak seperti biasa saat suaminya menginginkannya.
"Tuntas juga sayang, sakit nggak ke kakinya?"
"Nggak, boleh juga gaya barunya!"
"Mau tahu itu gaya apa? gaya darurat sayang hahahaha ...."
"Mana kursi roda? pokoknya mandiin aku sekarang!"
"Dengan senang hati, nggak usah kursi roda, aku bopong aja kamu sayang, tapi aku siapkan dulu kursi plastiknya dan pembungkus kaki kamu, kita mandi bareng." Radit memeluk Andini dengan rasa cinta dan membisikkan kata-kata yang membuat semua perempuan begitu melambung, terimakasih atas kenikmatan yang baru saja mereka nikmati bersama.
"Hanya ada aku dan kamu sayang," bisik Radit di telinga Andhini.
Andhini hanya tersenyum dan mengangguk menyandarkan kepalanya di sebelah bahu suaminya yang masih berkeringat.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
lagu sakit juga masih sempat nganu ya😊😄😄
2022-07-13
2