Teruntuk readerku tercinta. Di part awal novel ini aku sudah menegaskan kalau novel ini bukan novel yang bergenre romantis yang biasa disukai orang-orang. Minta maaf kalau dalam penuturan di setiap bab novel ini ada membuat ketidaknyamanan. So, kalau tidak kuat boleh lambaikan tangan ke kamera 🤭. Untuk reader yang sudah menunggu, minta maaf juga kalau aku tidak bisa up setiap hari. Couse menyesuaikan dengan kesibukan real life ku, kesibukan ngurus GC and bang ilham yang datang dan pergi sesuka hatinya 🥴. Terimakasih sudah menunggu. Peluk dan sun jauh dari Bengkalis 🥰🥰. Happy reading all.
***
"Neiiiiiiiin !!!" (Tidaaaaaak)
Geo bangkit dari tidurnya dengan posisi terduduk, bermandikan peluh. Wajah dan tubuh kekarnya basah oleh keringat.
" Tuan. Tuan tidak apa-apa?"
Fuji baru saja selesai mandi. Ia mengenakan handuk mandi yang hanya menutup sebagian tubuhnya. Dengan rambutnya digulung ke atas menggunakan handuk kecil. Fuji mendekati Geo dan duduk di samping tempat tidur. Meraba kening Geo yang dirasakannya tidak panas.
Geo mengusap wajahnya yang basah dengan kedua telapak tangannya.
"Ya Tuhan. Aku baru saja bermimpi buruk"
"Tuan apa kau baik-baik saja?" Fuji meraih Geo dalam dekapannya.
"Aku tidak apa-apa. Kalau kau sudah selesai mandi, pergilah. Tinggalkan aku sendiri."
Geo melepaskan dekapan Fuji dari tubuhnya.
"Ini sudah hampir pagi, Tuan. Lagi pula aku tadi sudah memesan makanan. Sebentar lagi pasti akan tiba. Aku tidak berani pulang ke rumah, setelah apa yang telah menimpa temanku Cho dan seorang pelacur Tobitha Sinchi"
"Kau boleh pergi setelah menghabiskan makanan mu. Teleponlah seseorang, minta dia menjemputmu"
Geo mengambil ponselnya, dan mengotak- atiknya sebentar.
"Uangmu sudah aku transfer ke rekeningmu"
"Baiklah Tuan. Terimakasih. Aku akan pergi setelan makan"
Tanpa memperdulikan wanita itu, Geo bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.
Goe membasahi tubuhnya dengan air hangat di pancuran kamar mandi. Kedua telapak tangannya bertumpu pada dinding menahan bobot tubuhnya. Kepalanya tertunduk dengan mata terpejam. Pikirannya kalut dengan mimpi buruk yang baru saja menghampiri nya dalam tidur singkatnya tadi.
"Apa yang telah menimpa adikku? Kakak seperti apa aku. Di saat adikku ada masalah, aku tidak pernah hadir di dekatnya. Malah aku sibuk bermain-main dengan wanita-wanita"
Geo mengepalkan jari tangan kirinya dan memukulnya ke dinding kamar mandi.
Buk..
Darah segar mengalir di dinding yang keluar dari buku-buku tangannya yang seketika larut bersama guyuran air shower.
Geo masih ingat waktu itu, ketika tiba-tiba ia mendapati Adriana datang ke kantornya. Adriana mengaku telah menetap di Osaka dan sedang menjalankan pendidikannya di Universitas Seni Osaka. Adriana sengaja menghilang, ia beralasan takut disuruh pulang ke Jerman.
Setelah kejadian yang memalukan di malam promnight yang melibatkan nama adiknya, Adriana menghilang. Ia tidak memberitahukan keberadaanya pada keluarga. Cuma memberi kabar, ia ada di suatu tempat dan dalam keadaan baik. Meminta transferan sejumlah uang rutin selama 3 bulan. Ayah dan ibunya sudah memintanya untuk melacak keberadaan sang adik. Tapi karena kesibukannya, permintaan itu kerap dia abaikan. Bahkan mengecek transaksi kartu kredit dan ATM nya pun Geo tidak mau meluangkan waktu.
"Adriana yang malang, maafkan kakak. Di mana sekarang kau berada? "
Geo sesungguhnya bukan orang yang mudah mempercayai tahayul apalagi perihal mimpi. Dia adalah seorang yang sangat rasional dalam berfikir. Tapi entah mengapa, mimpi yang baru saja di alaminya, seakan-akan nyata. Ia dapat merasakan dinginnya tubuh sang adik yang berada dalam pangkuannya. Tubuh pucat dengan bibir yang membiru, semua seakan-akan nyata.
"Semoga itu hanya mimpi. Semoga itu hanya mimpi" Geo mengulang-ulang kalimat itu, seakan-akan sebuah mantra.
Satu jam berlalu, Geo keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan handuk sebatas pinggang. Air menetes turun di antara rambutnya yang basah. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Matanya cekung, bayangan hitam melingkar di bawah matanya. Suasana kamar terasa sepi.
"Kelihatannya Fuji sudah pergi"
Hanya terdengar bunyi jarum jam dinding yang berdetak. Matanya tidak sengaja memandang benda itu.
"Jam 5 pagi"
Geo melangkah menuju wardrobe miliknya. Memilih sehelai baju kaos warna putih dan boxer warna hitam, dan mengenakannya.
"Apa aku harus menceritakan pada polisi perihal mimpiku. Bagaimana nanti kalau mereka menganggap aku sudah tidak waras?"
Setelah menggenakan pakaian seadanya, Geo keluar dari kamar nya. Ia mendapati makanan yang telah di pesan Fuji di letakkan di atas meja makan beserta piring dan sendoknya. Sebelum makan ia mengambil sekaleng bir dari dalam lemari pendinginnya. Menyesapnya sambil menyantap ramen goreng takoyaki yang di pesan Fuji. Geo menyelesaikan sarapannya dengan terburu-buru. Sendirian di apartemen menambah gundah hatinya. Ia memutuskan untuk berangkat ke kantor, walau saat itu masih terlalu pagi untuk memulai bekerja.
Mobil mewah Geo menyusuri jalan di Kota Osaka yang masih lengang. Di tengah perempatan lampu merah yang sepi, mata Geo menangkap seorang wanita mirip adiknya sedang jogging di sisi sebelah kanan jalan.
"Adriana.." Tanpa pikir panjang, Geo keluar dari mobil, berlari sekencang-kencangnya mengejar wanita itu, meninggalkan mobilnya dalam keadaan menyala dengan pintu depan yang terbuka.
***
Dikit dulu ya, ane mau wusss..🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️💨💨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
aas
eeeh mimpi ternyata 😅
2025-01-04
0
nath_e
ooh cuma mimpi kirain beneran 🤭
2023-08-30
0
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤ ɳιҽʂ🏹 ᵇᵃˢᵉ📴
ga taunya bukan Adriana
2023-04-24
2