Satu lagi yang sedang berbahagia hari ini. Salah satu reader yang mendukung 2 author abal-abal BASE sejak awal berjuang hingga kita bisa punya tempat main sendiri. Selamat memperingati hari kelahiran, Cikgu Eka (Aku tulis gak pake c, cz dia pernah protes 🤭. Dunia halu jangan disamakan ama dunia nyata, katanya 🤣. Wa kan dunia halu juga..🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️). Semoga sukses selalu untuk karir dan keluarganya. Diberi keberkahan dalam kehidupan. Sehat dan bahagia selalu. Bab ini spesial untukmu dari kami BASE team. Terimakasih sudah mendukung kami sampai sejauh ini 🥰🥰🥰.
🎉🎉🎉
Malam sudah menjelang. Jarum jam di dinding menunjukkan pukul 11 malam. Takagi melemaskan otot tubuhnya yang terasa kaku. Bersandar pada kursi kerjanya yang malam ini entah mengapa terasa begitu nyaman. Dia masih di sini. Di ruangannya. Di kantor polisi Osaka. Menyibukkan diri dengan tugas-tugas yang datang silih berganti.
Tadi ia sempat bertukar pesan dengan Dokter Keiko, hanya sekedar menanyakan kabar. Wanita itu baru membalasnya satu jam kemudian, setelah ia berada di rumahnya.
Tok.. Tok.. Tok..
Pintu ruangan Takagi yang terbuka itu, di ketuk seseorang.
"Masih di sini rupanya. Pulanglah, Pak. Istirahat yang benar. Sudah berapa lama, kau tidak pulang?" Tanya Kaoru.
"Dua minggu" Sembari memejamkan matanya.
"Pulanglah. Kalau diikutkan, pekerjaan tidak akan ada habisnya"
"Kau sendiri tidak pulang?"
"Aku tugas jaga malam ini. Pulanglah, Pak"
"Kenapa kau cerewet sekali"
"Demi kebaikanmu, Tuan Takagi yang terhormat"
Takagi mengambil bolpoin yang ada di atas mejanya, dan melemparkan benda malang itu ke arah kaoru. Dengan sigap Kaoru menangkapnya dan memasukkan ke dalam kantong depan kemejanya.
"Thanks, Bro. Benda mahal ini. Jangan kau menyesal karena telah membuangnya"
"Kau memang menyebalkan"
"Ha ha ha ha"
Takagi bangkit dari duduknya. Mengambil jas yang tersangkut di sandaran kursinya dan mengenakannya. Ia menepuk bahu Kaoru
"Thanks, Bro. Aku pulang dulu"
Kaoru hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman. Dengan malas ia melangkah turun dari kantornya, menuju parkiran.
Ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Membelah keramaian kota Osaka dengan hingar bingar kehidupan malamnya.
Begitu melewati kawasan Tobitha Shinci, Takagi memberhentikan mobilnya. Di sinilah, mendiang Nona Ayumi bekerja. Kawasan bordir kelas bawah yang dilegalkan pemerintah Jepang. Kalau siang daerah ini hanya berupa deretan toko biasa. Tapi jika malam tiba, deretan toko itu akan berubah menjadi etalase tanpa kaca yang memamerkan wanita cantik yang duduk manis dengan pose yang meng goda. Mereka akan menawarkan diri kepada setiap orang yang lewat dengan menggunakan bahasa Jepang. Di sebelah wanita penjaja diri itu akan duduk seorang yang bertindak sebagai agen dari wanita pekerja se ks itu.
Takagi memperhatikan hilir mudik wisatawan yang keluar masuk kawasan ini. Dengan membuka jendela mobilnya, ia mengamati letak tiang pengawas milik kepolisian. Dari tiang pengawas itulah kamera CCTV berhasil menangkap kejadian berapa saat sebelum Nona Ayumi ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa. Rekaman yang sempat ia lihat sore tadi, memperlihatkan Nona Ayumi pada pukul 4 pagi, menghentikan sebuah mobil yang terlihat mirip dengan mobil penyergap Nona Cho. Ia terlihat senang begitu pengendara mobil berhenti dan membuka jendela. Entah apa yang mereka bicarakan. Tak berapa lama kemudian, Nona Ayumi masuk ke dalam mobil itu. Sayang posisi kamera, tidak bisa memperlihatkan wajah pemilik kendaraan itu. Ditambah lagi, kaca mobil yang sengaja dibuat buram.
"Kenapa dia berani sekali, subuh dinihari menghentikan kendaraan yang lewat hanya sekedar menumpang pulang? Sayangnya, kamera pengawas hanya ada di tempat-tempat tertentu saja. Tidak diketahui kemana mobil itu membawa Ayumi, sebelum akhirnya ditemukan dalam keadaan tewas. Ya Tuhan, Aku lelah sekali" Takagi mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Ia kemudian memutuskan melanjutkan perjalanannya pulang. Empat puluh menit berlalu, sampailah ia di kediamannya. Sebuah apartemen keluarga yang nyaman dan aman. Ia membuka pintu unitnya dengan perasaan yang sulit dilukiskan. Apartemen yang sudah 2 minggu tidak ditempatinya itu masih terlihat bersih dan terawat. Takagi memang menyewa housekeeper untuk membersihkan apartemennya secara berkala. Takagi melangkah masuk, menutup pintu perlahan. Ia melepaskan jasnya. Dilonggarkan dasi yang melingkar di lehernya dan melepaskan benda itu, meletakkannya di sofa ruang tamu. Ia melangkah ke depan sebuah pintu kamar yang bertuliskan "SEIRA". Ia meraih handle pintu dan memutarnya. Pintu kamar terbuka. Sebuah ruang tidur anak perempuan bernuansa pink yang dipenuhi dengan berbagai ragam boneka, tampak begitu sendu, di matanya. Takagi melangkah masuk, dan berhenti di depan sebuah nakas kecil di dekat pintu. Ia mengambil sebuah pigura yang membingkai sebuah foto gadis kecil berkulit putih yang memiliki manik mata serupa dengan ibunya sedang tersenyum manis, mencium dan mendekapnya erat.
" Papa sangat merindukanmu, sayang" . Tanpa terasa, air mata menetes di sudut matanya.
Dulu, apartemen ini begitu hangat, dan penuh cinta. Apartemen yang ia beli setelah mempersunting gadis Belanda bermata biru. Rosanne, gadis yang ia temui tanpa sengaja di Sakura Cafe, yang membuat ia jatuh cinta waktu pertama kali melihatnya.
Kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia, ditambah lagi dengan kehadiran seorang putri di tengah-tengah mereka. Seira kecil tumbuh menjadi anak yang cantik, cerdas dan menggemaskan. Takagi begitu menyayanginya melebihi dirinya sendiri.
Hingga pada suatu saat, 2 tahun yang lalu, gadis kecil yang baru berusia 4 tahun itu, harus pulang menemui sang pemilik kehidupan. Seira tewas di tabrak seorang pengendara motor yang berpakaian serba hitam. Seira yang sedang berjalan-jalan dengan ibunya itu, berniat membeli boneka di sebuah toko. Ketika toko itu sudah di depan mata, dengan tidak sabarnya, ia berlari sehingga pegangan tangan sang ibu terlepas. Saat itulah peristiwa naas itu terjadi. Seira tewas di tempat. Dengan luka di kepala yang parah. Betapa hancurnya hati Takagi dan Rosanne. Buah hati kesayangan mereka harus direnggut dengan paksa. Apa lagi pengendara motor itu sampai saat ini masih misterius. Kejadian itu merupakan buntut dari kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang anggota Yakuza yang ditangani Takagi. Tanpa ragu ia telah melakukan penangkapan terhadap Fumio Tanoue setelah semua bukti mengarah padanya.
Melihat kenyataan itu, Rosanne tidak terima. Ia menyalahkan Takagi atas kematian putri mereka. Ia memutuskan ikatan pernikahan dan pulang ke negaranya. Ia juga memblock semua akses komunikasi dengan Takagi.
Dua pukulan telak telah menjungkir balikkan kehidupan Takagi.
Dengan susah payah, Takagi bangkit. Mencoba menata kembali kehidupannya. Berusaha untuk merelakan dan menerima keputusan Rosanne atas pernikahan mereka. Tetapi kenangan indahnya pada sang putri, tidak bisa begitu saja hilang dari ingatannya. Apartemen dan semua isinya itu, masih dia pertahankan. Ia hanya berharap, pada suatu hari nanti, ketika ia masuk ke kamar Seira, tidak ada air mata yang tiba-tiba turun tanpa permisi di pelupuk matanya, tapi berganti dengan senyuman merelakan sang putri yang sudah tenang di sisiNya.
Dengan masih mendekap erat foto itu, Takagi merebahkan tubuhnya di atas kasur mungil yang beralaskan bedcover Hello Kitty. Rasa lapar yang menggerogoti tubuhnya, tidak ia hiraukan. Perlahan ia memejamkan mata, berharap rasa lelah mampu membawanya ke alam mimpi dan mempertemukannya dengan bidadari kecilnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
nath_e
poor Takagi...nyesek bacanya, semangat Takagi 🥰
2023-08-13
0
🏘⃝AⁿᵘKᵝ⃟ᴸℝ𝕒𝕪𝕚𝕚☠ᵏᵋᶜᶟ🍂
Ku kira Mas Takagi masih Bujang..
Wah Hot duda yang diam2 suka sama dokter Keiko dong..hihii
2023-05-01
11
🍭ͪ ͩ🐣ᷡ ᷤ ɳιҽʂ🏹 ᵇᵃˢᵉ📴
bener² hancur yaa hati Takagi saat itu
2023-03-23
9