Seorang wanita berambut pirang, menggunakan blazer hitam dengan celana panjang warna senada turun dari KLM airline. Wanita itu menggunakan kaca mata hitam, yang menambah kesan modis pada penampilannya. Di terminal kedatangan internasional lantai 1 bandara internasional Kansai, Osaka. Ia menarik travel bag dengan tangan kirinya, tangan kanannya sibuk memainkan ponsel yang baru saja diambil dari sling bag branded yang menyilang di tubuh indahnya.
Ia terlihat menunggu jemputan di pintu keluar bandara. Tak berapa lama kemudian, sebuah taksi berhenti di hadapannya. Wanita itu kemudian masuk ke dalam taksi. Selama 42 menit kendaraan itu melaju dengan kecepatan sedang menempuh 46 km menuju kuil Hozenji.
Begitu sampai, wanita itu turun dari taksi. Dengan tetap menarik travel bag ia berjalan kaki menuju samping kuil. Singgah sebentar membeli beberapa rangkai bunga mawar putih, kemudian memasuki kompleks pemakaman yang beralaskan paving block, warna merah bata.
Ia berhenti di depan sebuah makam yang sekilas terlihat sama dengan makam yang lain. Yang membedakan hanyalah ada foto gadis kecil cantik bermata biru tersemat di batu nisan yang bertuliskan nama Seira Rosalie Fujimaru dengan huruf kanji.
Ia meletakkan rangkaian mawar di atas makam, sambil mengusap batu nisan.
" Sayang. Mama datang. Apa kabar mu, Nak. Mama sangat merindukanmu, sayang" Tanpa terasa bulir air menetes dari sudut mata indahnya. Ia mengusapnya tanpa melepas kacamata hitamnya.
"Maafkan Mama yang jarang mengunjungimu. Tapi mulai saat ini, Mama janji tiap akhir pekan Mama akan ke sini. Mama mendapat pekerjaan di Tokyo. Kau senang kan, sayang?"
***
Hari ini merupakan peringatan 2 tahun kematian putrinya. Takagi sudah siap dengan setelan jas hitam lengkap dengan dasi warna senada. Turun dari mobilnya, ia membawa sebotol air, seikat mawar warna warni dan sebuah boneka beruang warna putih. Melangkah dengan tegas memasuki kompleks pemakaman yang terletak di samping kuil Hozenji. Langkahnya terhenti, begitu melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang berziarah. Berlahan ia mendekat.
"Rosanne?"
Wanita yang di sebut namanya itu, refleks menoleh ke arah datangnya suara.
"Ai (cinta)?" Rosanne spontan berkata, sejurus kemudian dia menutup mulutnya dengan perasaan malu. Tubuh dan hatinya bereaksi spontan, begitu bertemu dengan orang yang dulu sangat dicintainya.
"Maaf. Aku tidak sengaja berkata begitu"
"Tak apa. Tak usah difikirkan "
Rosanne hanya tertunduk malu.
Takagi mengalihkan pandangan pada makam.
"Halo sayang. Papa datang, Nak"
Takagi meletakkan bunga dan boneka yang di bawanya, sebagai tanda keikhlasan hati pada saat akan melakukan pemujaan. Kemudian ia menyiram batu nisan dengan air yang dibawanya sebagai lambang kebersihan hati sebelum berziarah. Ia kemudian menautkan kedua tangannya di dada seraya memejamkan mata melantunkan doa-doa.
Rosanne hanya memandang aktivitas yang Takagi lakukan.
Setelah berdoa, ia mengalihkan pandangannya pada Rosanne. Dan melihat travel bag yang terletak di sampingnya.
" Kau baru tiba dari Amsterdam?"
"Iya"
"Sudah lama sekali" Kata Takagi dingin.
"Maaf, aku pergi tanpa pamit"
"Kenapa kau tiba-tiba ke Jepang?"
"Aku ingin melihat anakku"
"Setelah 2 tahun?"
"Maaf" Wajah Rosanne tertunduk
"Kau pergi tiba-tiba disaat kita seharusnya masih berduka. Melayangkan surat cerai dan memutus komunikasi denganku. Kau tau betapa hancur hatiku. Pergi tanpa penjelasan. Hanya meninggalkan sepucuk surat"
"Aku tidak sanggup kalau harus mengatakannya langsung padamu"
"Kenapa? Apa salahku?"
"Aku sangat mencintaimu, tapi aku tak sanggup hidup di sampingmu?"
"Karena aku seorang polisi?"
Rosanne tidak menjawab.
"Sebelum menikah denganku, kau tau apa pekerjaanku. Kau tau resikonya apa jika menjadi istriku. Kenapa setelah 5 tahun menjalaninya, baru kau bilang tidak sanggup?"
"Aku tidak mengira, nyawa yang akan menjadi taruhannya. Anakku pergi gara-gara kau"
"Maafkan aku karena tidak bisa menjaga keluargaku. Itu semua di luar kendaliku. Kau pikir aku tidak sedih? Kau pikir hatiku tidak hancur?"
Hening. Hanya suara semilir angin yang bertiup dan sayup terdengar kicauan burung yang bermain di sela dedaunan.
Takagi menghembuskan nafas berat.
"Sudahlah. Semua sudah terjadi. Kita sudah punya kehidupan masing-masing. Aku senang melihatmu baik-baik saja"
"Sayang. Papa pulang ya. Berbahagialah kau di sana. Tunggu Papa. Suatu hari nanti kita pasti akan bersama" Takagi mengusap foto sang putri yang ada di batu nisan.
"Aku pergi. Tugas sudah menungguku" Tanpa menoleh pada Rosanne. Baru 2 langkah Takagi meninggalkan makam, tiba-tiba..
"Aku diterima mengajar di Waseda University*"
Takagi menghentikan langkahnya.
"Selamat untukmu. Salah satu dari dua Universitas swasta terbaik di negeri ini"
"Bolehkah kapan-kapan aku menghubungimu?"
Takagi spontan memandang wajah cantik Rosanne dengan ekspresi datar.
"Hanya sebagai teman. Hanya kau orang yang aku kenal dekat di negeri ini. Tidak lebih" Lanjut Rosanne.
"Baiklah. Maaf nanti kalau aku tidak mengangkat teleponmu. Kau tau kesibukanku seperti apa"
"Iya. Aku mengerti"
"Aku pergi"
"Bisakah kita menjadi teman baik?"
"Dengan semua yang telah terjadi? Aku tidak tau" Takagi melangkahkan kaki, tanpa menoleh lagi kebelakang.
"Maafkan aku Ai. Aku terlalu pengecut menghadapai badai bersama mu. Bisakah hatimu itu menjadi milikku lagi?" Gumamnya.
***
Dengan langkah gontai, Takagi memasuki ruang kerjanya. Di lepasnya jas dan dasi hitam yang melekat di tubuhnya, meletakkannya di atas sofa tamu.
Ia menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Jari-jari tangan kanannya, memijit pelipisnya seraya memejamkan mata.
Tok tok tok..
Pintu ruangannya yang selalu terbuka itu di ketuk seseorang.
"Masuk" Katanya tanpa menoleh
"Pak, aku ada kejutan" Kata Kaoru
"Apa?" Katanya tanpa bersemangat
"Tebak siapa yang ada di bawah?"
"Siapa?" Tetap tanpa menoleh.
"Geoffrey Lafayette"
Takagi refleks memandang wajah Kaoru.
"Ada keperluan apa dia ke sini?"
Kaoru menaikkan kedua bahunya dengan mimik penuh teka teki
"Ikut aku ke bawah" Kaoru berjalan ke luar ruang kerja Takagi, di ikuti Takagi yang diliputi rasa penasaran. Mereka bergegas menuju lantai satu kantor kepolisian Osaka.
Begitu tiba di lantai 1, mereka mendapati Geo sedang duduk di hadapan seorang petugas polisi dengan wajah penuh dengan kecemasan.
"Mister Geo? Ada yang bisa kami bantu?" Kata Takagi begitu ia tiba di hadapan Geo.
Petugas polisi yang ada di hadapan Geo menyerahkan secarik kertas dan sebuah foto seorang gadis berambut kuning.
Takagi membaca dengan cermat kertas yang diserahkan petugas polisi itu kemudian mengamati foto sang gadis. Sejurus kemudian ia memandang wajah cemas Geo.
"Sejak kapan kau tidak dapat menghubunginya?" Tanya Takagi
"Dua hari yang lalu, Detektif"
"Sudah mencoba menghubungi teman-temannya?"
"Sudah. Semua nomor telepon teman-temannya yang aku kenal sudah aku hubungi. Mereka semua tidak mengetahui keberadaannya"
"Baiklah. Kami akan membantu menemukannya"
"Detektif. Aku mohon tolong temukan adikku" Geo bangkit dari duduknya dan memandang Takagi penuh harap.
"Kami akan melakukan semua yang terbaik semaksimal mungkin, Tuan. Percayakanlah semua pada kami"
"Kaoru. Hubungi semua petugas di setiap unit yang untuk membantu mencari orang hilang. Sebarkan foto ini kepada sebanyak mungkin petugas yang ada di lapangan untuk mencari gadis yang bernama Adriana Lafayette"
***
*Ganbatte inaka de tatakaou, BB20. Dokoni ite mo tsuneni seikō to kenkō o. Kuikkupasu sugu ni modotte kuru. 🥰🥰
Daigaku-mei o kari shimashita, sumimasen 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
aas
waduuuh udh jatuh cinta sama yg lain eh si mantan malah balik lagi 😡
2025-01-04
0
Asep Suratman
masih belum ada cahaya
2023-11-19
0
nath_e
😵😵ngomong apaan kakak
2023-08-30
0