Albert dan yang lainnya sengaja menunda untuk bertanya pada Sabir setelah satu jam seperti saran dokter Alexandro. Mereka memilih untuk sejenak bersabar hingga hari berikutnya. Ini semata-mata demi kondisi Sabir.
"Terjadi pembengkakan pada beberapa bagian organ dalam. Ini sangat serius dan menyangkut masa depan Sabir. Meski ia sembuh sekalipun, tetap saja ia tak bisa memiliki tubuh sesehat orang normal. Pada kondisi kelelahan yang teramat sangat, ia akan merasakan sakit pada area organ di sekitar dadanya. Menurut dokter Alexandro, ada cedera organ yang hanya bisa pulih setelah sekian tahun. Operasi juga tidak akan memiliki peluang besar kecuali dilakukan transplantasi. Sayangnya, akan sulit dilakukan transplantasi untuk beberapa organ sekaligus. Lagipula, tidak mudah untuk mencari pendonor semacam itu," Albert menerangkan kondisi Sabir pada Vano dan Huri.
"Untuk urusan biaya, aku akan bertanggungjawab penuh dan siap mengeluarkan biaya berapapun untuk kesembuhan Sabir. Aku adalah tuan rumahnya, jadi sudah menjadi kewajibanku untuk merawatnya. Hanya saja, tidak semuanya bisa dibeli dengan uang. Kondisi Sabir adalah satu contohnya. Kita hanya bisa merawat Sabir agar semua organnya kembali pulih beberapa tahun kedepan." Imbuh Via yang sebelumnya telah menemani Albert saat menemui dokter Alexandro.
[Jangan khawatir, Kakak. Yang tak mungkin, bisa menjadi mungkin]
"Maksud lu gimana, Silvana?"
[Memang di dunia kalian terdengar sangat sulit untuk menangani Sabir. Tapi tidak bagi dunia sistem]
"Mak-maksudnya, lu bisa menyembuhkannya?"
[Bukan aku yang menyembuhkan. Tapi Kak Albert sendiri]
"Langsung pada intinya saja, Sil. Gue udah mumet dari tadi, jadi jangan ditambah mumet lagi!"
[Latihan berkultivasi dengan bimbingan Kak Albert]
"Ahhh iyaa. Betul sekali. Kenapa gue tak berpikir ke arah sana dari tadi, Huh!"
[Karena Kakak malas berkultivasi selama ini. Tak terbiasa, menjadikan lupa!]
Albert menjadi tersenyum sendiri karena malu pada teguran Silvana. Kacaunya, Via dan kedua sahabat Albert mengamati itu semua. Sedari awal mereka melihat bagaimana Albert cukup lama melamun dan akhirnya tersenyum sendiri.
"Bert, lu ga papa?" Vano menempelkan telapak tangannya dikening Albert.
"Ah sori. Gue tadi sedang berpikir dan menemukan solusi," sekejap senyum Albert menghilang dan berganti tatapan serius.
"Ah lu aneh banget dah. Sebentar senyum, sebentar serius. Jangan-jangan lu kesambet jin penunggu rumah sakit?" Huri ikut berkomentar.
"Jangan banyak mikir aneh-aneh. Sekarang dengarkan gue!. Gue ada beberapa rencana, tapi semuanya tergantung pada bantuan Via," ungkap Albert tanpa mengindahkan komentar Huri sebelumnya.
"Apa itu Sayang?" Via menatap kekasihnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Pertama, untuk kesembuhan Sabir dan juga peningkatan kemampuan Huri maupun Vano, gue berencana melatih kalian baik secara fisik maupun meditasi,"
"Kedua, gue ingin memastikan bahwa kita giat berlatih dan meningkat kemampuannya sebelum bertemu kembali dengan para pengacau itu agar kita bisa mempertahankan diri jika menghadapi serangan,"
"Ketiga, ini yang paling penting. Untuk menunjang dua hal tadi, kita perlu rumah pengganti sementara yang tersembunyi sebagai tempat kita untuk berlatih dan menempa diri. Dan inilah yang aku butuhkan bantuannya, Honey." Albert menatap teduh kearah Via.
"Sedikit jauh dari kampus kita apa tidak masalah?" tanya Via sebelum menanggapi permintaan Albert.
"Selama itu aman dan tersembunyi, aku rasa tidak masalah. Toh ada beberapa mobil kamu juga sebagai sarana transportasi," tukas Albert kembali serius.
"Yee..waktu itu aja bilangnya punya mobil banyak itu pemborosan. Nah sekarang kita beneran butuh kan?" cebik Via manja.
Albert menjadi tak enak hati karena waktu itu telah prematur mengambil kesimpulan, "Iya..iya, maafin aku, Sayang.."
"Apa Vano dan Huri bersedia mengikuti pengaturanmu tadi?" Via melempar pandangan pada kedua sahabat Albert.
"Justru ini saat-saat yang gue tunggu. Gue ingin menjadi kuat!" mata Vano berbinar penuh semangat.
"Lu lupa, Bert. Lu sekarang ketua geng kami, Gold Wings. Jadi gue sebagai salah satu komandan tim yang ditunjuk tentu saja perlu memiliki kemampuan lebih dibandingkan anak buah gue!" Huri ikut menunjukkan ras minat yang besar.
"Baiklah. Papaku pernah memberikan hadiah sebuah vila pada ulang tahunku ke 17. Letaknya terpencil di lereng pegunungan, sekitar 1-2 jam perjalanan. Menurutku itu adalah tempat yang cukup aman bagi kita untuk tinggal sementara waktu," terang Via yang disambut senyum penuh kelegaan dari ketiga orang lainnya.
"Busett dah. Ultah aja hadiahnya rumah. Gimana nanti kalau nikah?!" desis Vano heran melihat betapa kayanya keluarga Via.
"Lu ga perlu pusing-pusing mikir nikahnya Via. Ga ada urusannya sama lu ini," tepis Huri seolah membela Albert.
"Lu udah mulai jadi penjilat ketiaknya Albert ya sekarang?!" nada suara Vano meninggi.
"Kenapa?, Ga suka?" tantang Huri dengan memelototkan mata.
"Kagak. Gue mau dong ikutan jadi penjilat ketiaknya Albert, hehe. Mana Bert ketiak lu?, kesinian biar gue kenyott!" Vano menjulurkan lidahnya dengan wajah konyol.
"Anjayy!!" Albert dan Via spontan tersedak salivanya sendiri.
..._-_-_...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Samsul Bahri
thor, kasih keteknya sama vano, biar nyaho dia
2025-02-01
0
Edy Sulaiman
BERKULTIVASI. GANDA TU SAMA VIA BIAR CEPAT KUAT.
2024-02-21
0
Hades Riyadi
Via udah ga perawan kaleee....bikin cerita wik-wiknya ga jelas getooo...bikin readers menebak-nebak....konon 18+, ini mah 18- tepatnya....🤔🙄😩👎
2022-09-29
0