"Kita akan kemana?" Albert memandang jalanan yang belum pernah ia kenal.
"Kamu ngekos kan?" tak menjawab pertanyaan Albert, justru Via bertanya balik.
"Iya." Albert masih belum paham dengan maksud Via.
"Apa kamu mau pulang ke kosan dengan baju dan tubuh penuh darah gini?. Bayangkan gimana respon orang-orang disana kalau lihat kamu seperti ini!" perkataan Via memang benar adanya.
"Ke rumahku dulu. Bersihkan badanmu, ganti pakaian, baru pulang." Sebuah saran namun terkesan seperti sebuah perintah yang harus dituruti.
Albert hanya mengangguk karena tak tahu harus berbuat apa. Sejauh ini ia melihat Via adalah gadis yang baik. Sepertinya tidak akan menjadi masalah jika Albert sedikit menerima bantuan darinya.
Mobil sedan mewah Via memasuki kompleks perumahan elit dan berhenti didepan sebuah bangunan berpagar tinggi. Sejenak Via membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah remote kecil berukuran satu genggaman tangan. Dengan satu kali pencet, terbukalah gerbang dengan sendirinya.
Albert terbengong-bengong melihat kehebatan teknologi yang digunakan rumah tersebut. Rumah Tuan Billy dulu memang juga berpagar tinggi, namun membuka dan menutupnya tetap masih dengan cara manual alias dilakukan Pak Satpam.
Via kembali kedalam mobil dan menginjak pedal gas mobil memasuki halaman rumah tersebut. Albert sekali lagi terbengong-bengong begitu melihat bangunan super megah dihadapannya. Rumah modern yang besar, terdiri dari 3 lantai, dan memiliki halaman rumah seluas taman bermain.
Memasuki garasi mobil, untuk kesekian kalinya Albert terhenyak. Didalam sana sudah terparkir 1 mobil sport, dan 1 mobil station dengan level mewah.
"I-ini rumah lau, Kak Via?" mulut Albert menganga lebar melihat rumah yang 3 kali lebih besar dan lebih keren daripada rumah Tuan Billy.
"Papa yang belikan," jawab Via enteng.
"Dibelikan?!"
"Ja-jadi ini rumah lau sendiri?. Sendirian dirumah sebesar ini?" keterkejutan Albert seperti tak ada habisnya.
"Iya, aku sendirian dirumah ini. Papa dan Mamaku rumahnya 2 jam dari sini. Daripada bolak-balik capek dijalan, ngekos juga tidak leluasa, ya sudah dibelikan rumah saja di kota ini. Itung-itung sebagai investasi juga. Yuk silakan masuk. Santai saja," Via membuka pintu ruang tamu.
"Apa ga bosen tinggal sendiri?" Albert menghempaskan diri diatas sofa yang super empuk seperti chiffon cake.
"Ya kalau bosen biasanya aku ajak temen-temen cewek bermalam disini. Kita masak-masak bareng, renang dibelakang, sambil rumpi-rumpi gitu deh," Via antusias menceritakan seputar kegiatan rumahnya.
"Sepertinya pemborosan banget deh. Sendirian aja sampai beli rumah 3 lantai. Mobil aja sampai 3," Albert yang tak pernah hidup mewah hanya bisa menggeleng-geleng kepala karena tak bisa memahami pola pikir orang-orang kaya.
"Sudah aku bilang kan, rumah itu investasi. Mobil juga banyak fungsinya. Barangkali kamu mau pinjam buat mudik? hehe," Semua mengalir begitu mudah dari bibir mungil si cantik Via.
"Eh malah keasyikan ngobrol. Yuk keatas. Bukannya kamu mau bersih-bersih badan?" Via berjingkat meniti tangga menuju lantai 2 diikuti oleh Albert.
"Ini kamarku. Didalam sana ada kamar mandi. Ini handuk, dan ini kaos punya Papa. Dipakai aja, Dek. Aku tinggal dulu kebawah. Eh kamu mau minum apa?" Albert masih tertegun memandang kamar yang sebesar lapangan badminton hingga tak mendengar apa yang dikatakan Via.
"Haloo, Dek Al.."
"Eh..iya aduh sori," Albert menggaruk kepalanya.
"Mau minum apa?" ulang Via.
"Apa aja deh, yang penting dingin dan pakai es banyak." Jawab Albert sambil berlalu memasuki kamar mandi.
--
Albert sudah selesai mandi sejak 10 menit yang lalu. Namun Via belum juga kembali ke kamarnya. Mengisi waktu, Albert berjalan mengamati foto berpigura yang tertempel rapi di dinding. Terlihat foto-foto Via dengan berbagai pose dan suasana. Beberapa dari foto tersebut terlihat sepasang suami istri paruh baya yang sepertinya adalah orangtua dari Via.
"Ehm. Memang makhluk satu ini benar-benar cantik dan sempurna. Aduh tapi dia kan Kakak tingkat gue, tua dia dong ah. Gue jadi berasa kayak berondong. Yaelah cuma selisih 3 tahunan mungkin, sedikit lebih muda dari Kak Shinta, belum terlalu tua juga haha," Albert sibuk berselancar dalam alam lamunannya sendiri.
"Itu Mama dan Papaku. Sayangnya aku anak tunggal. Ga enak lho ga punya saudara. Sering kesepian!" Via muncul membawa nampan yang berisi penuh dengan makanan dan minuman.
"Ini tadi lu masak, Kak?" Albert kaget melihat makanan sebanyak itu tersaji tidak lebih dari 30 menit.
"Cuma diangetin aja kok. Ini semua bahan instan dari kulkas. Tinggal nyalain kompor sama microwave, jadi deh. Ayo silahkan dicoba." Via tersenyum melihat Albert yang selalu saja melongo seperti sapi ompong.
"Baju kamu taruh saja di keranjang pakaian kotor. Biar aku cuci dulu besok," Via sengaja belum menyinggung soal perkelahian dengan Yodi karena khawatir mood Albert akan berubah.
"Ehmm enak sekali ini," Albert bersemangat menikmati pizza topping tuna sambil berulangkali meminum soft drink hingga hampir tandas.
Sejenak Albert terlupa pada masalah yang baru saja ia hadapi. Ia juga tak sadar jika telah membuat ketiga sahabatnya kebingungan mencarinya karena belum pulang ke kosan hingga malam.
Diluar sana juga mulai tersebar kabar tentang kekalahan geng The Black Tiger saat melawan satu orang. Berlanjut kabar berdirinya geng baru bernama Gold Wings dengan mengambil alih The Black Tiger.
..._-_-_...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
ADA. SIH. CEWEK YG SEPERTI INI, CANTIK, KAYA , GK SOMBONG. ,HHH, MNGKIN CUMA ADA. DI IMAJINASINYA OTHOR KITO..HHH, SEMANGAT. BRO..
2024-02-21
0
Hades Riyadi
Joss gandos Thor 💪👍👍
2022-09-29
0
Jimmy Avolution
Sippp...
2022-08-20
1