4. Kampus Orange

2 Tahun kemudian..

Vano, Sabir, dan Huri adalah teman baik Albert sejak pertama menginjakkan kaki di Universitas Orange. Mereka satu angkatan dan kebetulan juga tinggal di rumah kos yang sama. Mereka berempat berasal dari 4 daerah yang berbeda.

Keempatnya sedang berkumpul di kantin kampus selepas jam perkuliahan, "Gue sepertinya harus gabung sama "The Frogs". Sepupu gue sudah gabung disana tahun lalu. Gue ga mau terus menerus diremehkan oleh banyak mahasiswa. Dengan bergabung di The Frogs prestige kita akan naik," ungkap Huri membuka obrolan.

The Frogs adalah geng kampus terbesar di Universitas Orange. Kampus Orange memiliki 3 geng mahasiswa. 2 diantaranya tidak berkembang sepesat The Frogs. Meskipun begitu, ketiganya tak pernah terlihat bentrok. Justru mereka selalu kompak berdampingan.

"Ada baiknya lu bertiga ikut sama gue buat daftar," imbuh Huri.

"Okey. Gue setuju, bro." Wajah Vano menunjukkan antusiasme tinggi karena ia adalah sosok yang energik dan paling suka jika mengikuti berbagai kegiatan mahasiswa.

"Kalau gue, ikut Albert aja. Kalau dia ikut, gue juga akan ikut," Sabik yang berusia termuda diantara mereka berempat memang sangat mengidolakan dan selalu suka mengikuti apapun yang dilakukan Albert.

"Gue ga minat," Albert memberikan ekspresi datar.

"Gue ga minat juga kalau gitu!" Sabik membeo.

"Terserah sih. Tapi anterin kita-kita daftar ya, Bert. Secara lu kan orang yang bisa memberi pertimbangan saat ditanya-tanya nanti," pinta Huri dan diikuti anggukan setuju oleh Vano.

"Iya." tandas Albert tanpa ekspresi.

"Silvana, Status Sistem!" batin Albert memberi perintah pada asisten tubuhnya.

[Ashiapp Kakak]

--

FLIP-FLOPS SYSTEM

Ver. 1.00

Inventory 1237 FF, Pedang White Dove

Saldo Rp. 97.000.000

Power : 10% (1/100)

Basic : White Dove 6

Aura : Putih 5

Support : -

Bonus : Deposito Rp. 50.000.000

end.

--

"Makasih, Silvana. Tolong jelaskan tentang Deposito pada item bonus!" pinta Albert.

[Masama Kakak]

[Deposito adalah dana mengendap alias tidak bisa digunakan untuk jangka waktu tertentu. Masa depositnya minimal adalah 10 tahun dari sekarang baru bisa diambil atau dicairkan. Lebih mudahnya, Deposito adalah seperti tabungan jangka panjang atau tabungan hari tua, mirip seperti dana pensiun]

"10 Tahun lagi berarti saat gue umur 28 Tahun. Misal saat itu tidak gue ambil dan gue biarkan tersimpan dulu apakah boleh?"

[Bebas, Kakak. Selama sudah memenuhi masa 10 tahun, Kakak bebas mengambilkan kapan saja Kakak mau]

"Baguslah."

"Oya, satu pertanyaan yang sudah lama mengganjal di benak gue. Ambil contoh jika gue bertarung dengan orang yang berkemampuan tinggi, kemudian dia kalah, tapi dia sedang tidak memakai sandal jepit. Bagaimana itu Silvana?"

[Hahaha. Kakak lucu deh.]

"Lucu lucu. Lucu gundulmu!. Udah deh jawab aja, ga perlu ngejekin gue segala!"

[Bijimane ga lucu, Kakak?!. Ngomongnya Kakak itu lho polos beuuud. Ngapain sibuk mencari sandal jepit lawan saat bertarung hahaha. Khusus dalam pertarungan, jika lawan kalah, maka secara otomatis sandal jepitnya akan muncul di inventory dan menjadi milik Kak Albert. Tapi jika diluar pertarungan ya Kakak harus cari sendiri dimana dia menyimpan sandal jepitnya.]

"Oh gitu. Ok deh Silva. Tengkiu mwuahh mwuahh,"

[Kakak genit sekarang. Hmm]

Albert tak menggubris kata-kata Silvana saat melihat 3 orang mahasiswa semester 5 menghampiri mereka.

"Woy, kalian mahasiswa baru. Bayarin kami makan!" pemuda paling depan sedikit menggebrak meja yang Albert dan teman-temannya tempati hingga mengundang perhatian penghuni meja-meja lainnya.

"Silvana, deteksi kekuatan mereka,"

[Hanya manusia biasa. Power 2%, Basic tidak ada. Mereka hanya sok jagoan, Kakak]

"Kenapa kami harus bayarin kalian, Bang?" Huri yang paling temperamental tersulut.

Perawakan Huri yang tinggi besar juga kekar turut mendukung karakter temperamentalnya tersebut. Huri juga cukup menguasai beladiri meski bukan seorang yang sangat jago. Itu semua diketahui Albert dari sandal jepitnya. Dan Huri mencak-mencak tak karuan begitu tahu sandal jepitnya raib begitu saja. Satu kekurangan Huri, ia tergolong pria yang mengandalkan otot daripada pikiran.

"Kalian tak tahu kami?. Kami anggota The Black Tiger!. Satu lagi, hukum wajib bagi mahasiswa baru adalah menjamu seniornya," pemuda lainnya dari ketiga orang tersebut menanggapi.

"Peraturan yang aneh dan mengada-ada," Vano yang sebelumnya diam, menjadi ikut terpancing.

Vano memang lebih cerdas daripada Huri. Ia memiliki background sebagai pemimpin tawuran sejak SMP hingga SMA. Dia tidak bisa mentolerir jika mendapati sebuah penindasan.

"Bangsaat kalian!. Ingin melawan kami?!" bentakan penuh intimidasi terlontar dari pemuda ketiga, sayangnya Albert dan teman-temannya tidak merasa takut sama sekali.

"Yakin mau berurusan dengan kami?" Huri beranjak berdiri diikuti Vano.

Hanya Sabir yang terlihat mengkeret takut.

"Kalian memang cari mati. Hajar mereka!" pemuda paling depan berteriak sombong.

"Stop. Apa yang kalian lakukan?" muncul 5 orang senior menghentikan The Black Tiger.

"Beni, Mereka menolak untuk menjamu kami. Dasar mahasiswa baru yang bodoh!" sentak pemuda paling depan yang bernama Yodi.

"Yod, lu lihat dulu deh kalau mau malakin orang. Itu Huri sepupu gue. Lu mau cari gara-gara ama The Frogs?" protes Beni.

"Upss, sori gue ga tahu. Ok kami cabut deh." Yodi dan kawanannya mundur begitu mendengar nama The Frogs.

"Thanks, Mas Beni. Gue udah pengen sikat aja mereka tadi," sapa Huri pada Kakak Sepupunya.

"Waduh. Silvana, gue gagal dapat sandal jepit. Sayang banget," Albert justru menjadi murung, tak bertenaga, lemah, lesu, mudah menguap, mungkin ia cacingan.

[Belum waktunya, Kakak. Santuy dong Kakak. Kedepan akan semakin seru]

"Gue pegang omongan lu, Silva."

"Eh lu lebih hati-hati jika ketemu mahasiswa senior. Lebih baik menjauh dari mereka daripada ditargetkan," Beni berteriak kearah Huri sebelum kemudian berlalu bersama ke empat temannya.

..._-_-_...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***