⚠️ Warning bab ini mengandung unsur 18+. Maka, berhati-hatilah!
--
Tubuh tengkurap Via membentuk lekukan indah yang membuat imajinasi Albert melayang. Belum lagi bagian bawah pakaian Via yang sedikit terangkat mempertontonkan kemulusan yang melenakan.
"Dek, sini deh.." gerakan tangan Via meminta Albert untuk ikut bertengkurap disebelahnya.
Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, Albert menurut saja. Dalam keadaan seperti ini, naluri yang lebih berkuasa. Beda umur urusan nomer sekian 😆.
"Kamu sudah punya pacar?" kelugasan Via jelas sangat mengagetkan Albert.
"Belum pernah pacaran sekalipun," mata Albert menatap ke arah layar televisi, namun gejolak jiwanya sedang menatap ke arah lain.
"Menurutmu, aku cantik ga?. Meski lebih tua aku sih. Mungkin kita selisih 2-3 tahunan," Via memutar tubuhnya hingga bertelentang dengan menekuk siku dan menggunakan kedua tangannya sebagai bantal, sehingga bongkahan fujiyama miliknya yang besar itu kian menjulang garang.
"Kakak cantik banget, sumpah. Langsing dan seksie pula," kepolosan Albert seperti terpancing untuk memberikan pengamatan jujur sejujur-jujurnya.
Via tersenyum manis menerima pujian tersebut. Baru saja ia ingin bergerak untuk bertelungkup kembali, tiba-tiba Albert telah mendahului dengan menindih tubuh Via.
"Kak, aku suka kamu!" lirih suara Albert tergetar menahan gejolak rasa.
Terlalu prematur seharusnya untuk mengucap kata cinta ditengah masa perkenalan yang belum juga lewat 24 jam.
Dengan buas Albert menyambar bibir mungil Via. Tak ada penolakan dari sang dara. Keduanya segera terlena menikmati pergulatan lidah.
Ragu namun pasti, tangan kekar Albert merayap mencari bongkahan fujiyama yang sedari tadi telah membius pandangannya.
"Ehmmhh.." lenguhh suara Via terhalang sumpalan bibir Albert yang masih betah bertamu disana.
Albert yang benar-benar masih hijau dan polos seperti sedang menemukan permainan baru. Belum puas bermain fujiyama, satu tangannya lagi sudah berlari kebawah mere-mas bongkah an membulat indah di puncak tulang panggul Via.
"Al...Dek Alberttt..hmmh," suara Via kian memberat saat wajah Albert meluncur turun menikmati kekenyalan fujiyama dsri liar pakaian Via.
BRUKKK
Tiba-tiba Albert memukul ranjang dengan keras. Wajahnya memmrah padam terdorong gejolak menggebu.
"Ma-maafkan gue, Kak. Gue sudah lepas kendali. Gue kelewat ga sopan!" Albert bangkit dari ranjang dan berlari menjauhi Via.
Tersirat wajah kekecewaan Via yang seolah hasratnya dikebiri paksa.
--
"Kamu itu ya. Secepat itu menyatakan cinta. Belum juga aku jawab diterima atau ditolak, eh sudah main serang aja. Kalau sudah sama-sama keringetan gini aku harus jawab apa?" Via pura-pura cemberut.
Keduanya duduk berdampingan di sofa kamar dengan Via yang menyandarkan kepala dibahu Albert.
"Ya jawab diterima aja, Kak!" goda Albert yang sekarang sudah bersikap lebih hangat.
"Yee kepedean kamu. Eh tapi ga boleh pakai lu gue lagi. Trus jangan panggil Kakak lagi. Berasa tua banget jadinya," Via memeluk erat tubuh Albert.
"Iya, Honey." Albert meniru panggilan romantis saat mereka tadi menonton sinetron di televisi.
"Nah gitu dong, Sayang." Via tersenyum dengan manja.
"Eh tapi aku belum tanya, kamu udah punya pacar belum?" Albert mengerutkan keningnya.
"Penggemar sih segudang, pacar ada sih, namanya Alberto Bara, hehe.." hampir saja jawaban Via membuat Albert kecewa.
"Jadi mulai sekarang kamu harus tinggal disini. Tak ada penolakan!" Albert hanya bisa mengangguk pasrah menerima pemaksaan yang mengenakkan tersebut.
"Tapi aku harus bertemu dengan teman-teman di kos dulu. Mereka tentu khawatir karena aku belum memberi kabar," ucap Albert serba salah.
"Hubungi mereka sekarang, dan suruh mereka kesini besok pagi untuk bertemu denganmu. Sementara dalam seminggu ini kamu bolos kampus dulu!" Via melirik jam dinding yang menunjukkan angka jam 1 dini hari.
Dengan malas Albert meraih handphone bututnya yang sejak sore tadi ia matikan dan segera melakukan panggilan telepon.
"Hallo Sabir.."
"Albert!. Kemana aja lu hah?!. Kita semua khawatir. Apalagi setelah mendengar kabar tentang geng The Black Tiger. Kita disini khawatir lu dianiaya seperti yang sudah terjadi pada Huri!" sembur Sabir.
"Gue ada ditempat yang aman. Besok gue ceritain lengkapnya. Sekarang lu bilang sama Vano dan Huri, gue tunggu kalian besok jam 6 pagi di alamat yang nanti gue kirim. Hati-hati dan waspada, pastikan ga ada orang yang mengikuti kalian!" mungkin baru kali ini Albert si wajah dingin, berbicara begitu banyak pada temannya.
Via telah merubah si wajah dingin menjadi hangat kembali. Sosoknya yang keibuan adalah sesuatu yang dicari oleh Albert.
"Ya sudah. Hati-hati lu disana!" suara Sabir kembali terdengar.
"Kalian juga hati-hati. Kondisi cukup genting buat kita!" Albert mengakhiri telepon.
"Jelek sekali handphone kamu, Sayang. Buang saja. Besok aku belikan yang baru!" Via mengambil handphone dari genggaman Albert dan membolak-baliknya beberapa kali.
"Ini handphone kenangan dari Ibuku," wajah Albert mendadak berubah suram kemudian merebut kembali handphonenya.
"Ya sudah disimpan saja. Atau bisa dipakai untuk Simcard lainnya. Tapi kamu harus tetap pakai handphone baru besok!" Lagi dan lagi Via memaksakan keinginannya.
"Semua terjadi begitu cepat. Kita baru kenal belum 24 jam loh, tapi sudah melangkah sejauh ini. Padahal kita belum saling mengenal background kita masing-masing. Aku harap ini bukan pilihan yang salah," suara Via berubah sendu.
"Entah kenapa, sejak awal berkenalan, aku sudah menemukan kenyamanan. Aku ini pribadi yang dingin. Belum pernah mengenal yang namanya dekat dengan cewek. Semoga langkahku ini juga tidak salah," Albert mengeluarkan apa yang sedari tadi mengusik hatinya.
"Dan kamu jangan malu punya pacar lebih tua!" wajah imut Via tiba-tiba melotot jenaka.
"Apalah artinya lebih tua, jika ternyata lebih cantik, lebih seksie, lebih menggiurkan, hehe.." Albert tertawa renyah.
"Ish..si wajah dingin udah mulai pinter ngomong dan pinter ngegombal ya sekarang!" Via kembali melotot, namun Albert menjawabnya dengan menyambar bibir Via yang begitu terasa manis bagi Albert.
[Cieeh, si Kakak dingin sekarang mulai me-sum]
"Diam kau, Silvana!"
[Diem salah, ngomong salah. Kakak ini jenis tuan paling aneh yang pernah aku kenal]
"Kok sewot?. Jangan-jangan lu cemburu ya, Silvana?. Hayoo ngakuu!"
[Sembarangan saja kalau ngomong. Atas dasar apa Kakak menuduh seperti itu?. Dengarkan ya Kakak Alberto Bara, aku akan mendukung setiap langkah yang dipilih tuanku. Jadi mohon Kak Albert tidak salah persepsi dan mengartikan lain. Lagipula, apa untungnya bagi aku dengan cemburu?. Toh alam kita berbeda!]
"Ya udah sih kalau ga cemburu. Ngapain pakai penjelasan panjang banget kayak gitu?!. Santuy, Cyn!"
"Eh ini sandal jepit kamu, honey?. Imut banget deh ada bonekanya diujung.." mata Albert berubah hijau setiap kali melihat sandal jepit.
..._-_-_...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Sippp...
2022-08-20
1
Lia Yulia
udah dapat pacar cantik,kaya,baik lagi...plus bonus sandal jepit imut yg bikin nambah saldo🤭awas ya Al kalau masih nackal😅
2022-07-29
2