Ini sudah hari ketiga setelah Huri dikeroyok oleh Yodi dan gerombolannya. Kondisi Huri cukup memprihatinkan dengan 10 luka jahitan hampir di semua bagian tubuh, wajah penuh lebam membiru, 2 gigi tanggal sehingga membuatnya susah makan karena pendarahan dibagian gusi yang terkoyak paksa, lengan kirinya di gips karena patah, dadanya memar yang semoga tidak berimbas pada organ dalam, satu kakinya pincang karena terkilir. Albert dan kedua temannya menatap Huri dengan iba.
Huri telah menceritakan tentang siapa pelaku pengeroyokan tersebut. Pada awalnya Vano akan melaporkan kepada pihak yang berwajib, namun pertimbangan akan membawa pengaruh pada geng kampus membuat ia urung melakukannya.
"Mas Beni tak berkutik ketika ditahan Bang Yoga sebagai pemimpin The Frogs saat berniat membalas perlakuan Yodi. Back up dari geng Maniac membuat Yoga berpikir dua kali jika ingin membuat masalah." terang Vano menceritakan tentang diamnya sepupu Huri dari tindak kesewenang-wenangan Yodi.
"Pengecut!" mata Albert terlihat berapi-api memancarkan amarah.
Vano dan Sabir terduduk dilantai dengan keringat membasahi kening saat tak sengaja basic Albert keluar begitu ia melonjak emosinya. Namun cepat-cepat Albert menarik kembali pancaran basic karena khawatir teman-temannya tak kuat menahan tekanan energi yang berputar di area itu.
"Itu tenaga dalam, Bro?. Tekanannya mengerikan!" Vano bergidik ngeri sembari menatap Albert.
"Gue sebut itu sebagai basic," Albert menanggapi dengan datar.
"Ajarin gue, sob. Gue pengen seperti lu gitu." Sabir menunjukkan wajah takjub.
"Kapan-kapan," lanjut Albert masih dengan datar.
Memang Albert selalu bersikap dingin kepada siapapun, termasuk pada teman-temannya. Meskipun begitu, ketiga temannya tetap memberi maklum karena mereka pikir memang begitulah karakter Albert. Diluar itu, kesetiakawanan dan ringan tangan dari Albert membuat mereka nyaman untuk tetap berteman dengannya. Dibalik sikap dingin itu, tersembunyi kebaikan hati yang jarang disadari orang lain.
"Mereka harus membayar penderitaan Huri. Gue pastikan Yodi akan merasakan sakit yang lebih mengenaskan dari yang dirasakan Huri." Vano dan Sabir sampai melongo merasakan aura membunuh dari Albert yang begitu pekat.
"Pertimbangkan campur tangannya geng Maniac juga, bro." Vano berusaha menasehati.
"Jika mereka ikut campur, gue bakal bikin mereka menyesal!. Kalau kalian berdua takut, mending tak usah ikut membantu. Cuci kaki dan segera bobo sana," cebik Albert jengkel.
--
Albert duduk sendiri menikmati makanan di kantin kampus. Kondisi kampus sudah cukup sepi karena perkuliahan sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Hanya terlihat satu dua mahasiswa yang akan pulang. Tepat diseberang meja Albert, duduk seorang gadis cantik yang juga makan seorang diri. Wajahnya cantik seperti blasteran, rambut panjang terurai indah, gunung fujiyama membentuk siluet kencang dan besar membayang dibalik kaos oblong putihnya, pinggulnya membulat kencang menopang dua tungkai kaki yang jenjang terbalut celana jeans biru laut bermotif gradasi putih pudar.
"Pak, Bapak kenal dengan gerombolan yang minta traktir makan disini?" tanya Albert pada Bapak penjual makanan tanpa peduli pada tatapan ingin tahu gadis didepannya.
"Oh kawanan Den Yodi to?. Kenal, Den. Mereka sering makan disini," Bapak tersebut menanggapi.
"Bapak tahu tempat mangkal mereka saat diluar kampus?" kejar Albert antusias.
"Wah maaf, Den. Bapak hanya mengenal mereka sebatas pembeli. Jadi kurang tahu acara mereka diluar. Tapi pesan Bapak, Aden hati-hati sama mereka. Den Yodi itu terkenal suka bikin onar. Banyak mahasiswa sini yang pernah jadi korban kesombongannya," Bapak penjual makanan terlihat khawatir.
"Oh Bapak tenang saja. Saya hanya merasa seperti kenal. Dia mirip kakak kelas saya jaman SMA dulu," kelit Albert agar tidak menimbulkan kecurigaan yang berlebihan.
Usai menghabiskan makanan, Albert segera membayar makanannya kemudian berjalan meninggalkan kantin.
"Permisi, Dek.." gadis cantik di kantin tadi ternyata mengejar Albert.
"Ada apa ya, Kak?" Albert mengerutkan kening karena merasa tak kenal dengan gadis tersebut.
"Kamu mencari tempat mangkal Yodi Cs?" gadis tersebut langsung bertanya sambil mengikuti langkah Albert yang masih berjalan.
"Iya, Kak. Kakak tahu?" semburat kelegaan muncul dari wajah Albert.
"Tahu dong. Yuk kita duduk dulu dikursi itu," si gadis mengajak Albert untuk duduk sejenak di bangku taman kampus.
"Oh iya sampai lupa. Perkenalkan aku Clara Zavia, panggil saja Clara atau Via. Aku mahasiswi semester 5 dari jurusan design grafis." Ucap gadis tersebut memperkenalkan diri.
"Gue Alberto Bara. Terserah mau dipanggil apa. Gue Maba jurusan teknik informasi," entah kenapa, Albert yang biasanya irit bicara, tiba-tiba menjadi begitu mudah berkenalan dengan gadis tersebut.
"Kak Via tahu dimana Yodi mangkal?" lanjut Albert tak mau membuang waktu.
"Kamu kenapa mau kesana, Dek?" Via merasa curiga dengan Albert yang terus saja menanyakan tentang Yodi.
"Menuntut balas. Teman gue hampir koma gara-gara kelakuan Yodi!" kilat kemarahan muncul dimata Albert.
"Ga jadi deh. Aku ga mau bantuin orang yang mau berkelahi," Via tiba-tiba mengurungkan niatnya.
"Lho, Kak. Plis dong bantuin. Gue janji ga bakal bawa-bawa nama Kak Via deh. Cukup tunjukkan tempatnya, biar gue bergerak sendiri. Ini demi teman gue. Kasihan dia, Kak." Albert memohon.
"Mereka kuat lho. Kamu bisa babak belur nanti," Via mencoba menahan keinginan Albert.
"Ya sudah deh kalau ga mau. Permisi Kak, gue mau cari Yodi dulu," Albert segera berdiri dan melangkah meninggalkan Via.
..._-_-_...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Encep Yudiman
mangkal kayak jualan aja
2024-02-23
0
Edy Sulaiman
ALBERT TUNGGU. AJA. DIKAMPUS, PASTI KETEMU, OON SIH MC KITA.
2024-02-21
0
Zafrullah Effendy
Apa gak salah, thor. Masa Yodi yg harus menjadi tujuan balas dendam. Bukan seharusnya Beni?
2022-08-24
4