"Sebenarnya apa yang telah kau lakukan pada geng The Black Tiger tadi?. Sepertinya kau menghadapi pertempuran yang besar." Via sangat berhati-hati dengan kata-katanya, khawatir memancing emosi Albert.
"Ini berawal dari luka parah teman kosan gue akibat dikeroyok Yodi dan gengnya. Terus terang gue sangat marah dan berniat menuntut balas. Akhirnya tadi ketemu Yodi. Gue bikin aja luka parah seperti Huri, temen gue. Ternyata setelahnya, gue dikepung semua anggota geng. Perkiraan sekitar 50-60an orang.." Albert menghela napas.
"Truss??" Via sudah tak sabar menunggu Albert melanjutkan ceritanya.
"Gue libas dong mereka. 10 Orang kena sabet pedang milik gue. Eh bosnya muncul. Kalau ga salah namanya Mono sama..."
"Sinto!" Via melengkapi.
"Iya bener. Sinto gendeng bareng Mono stereo mengeroyok gue. Tapi gue bikin K.O. mereka berdua, hehe.." Via terbelalak mendengar cerita Albert.
"Dia sehebat itu??. Gilaaa.." batin Via.
"Endingnya, sisa anggota geng menyerah dan mengaku kalah. Ya sudah deh gue ambil alih geng mereka. Mereka semua sekarang jadi anak buah gue, dan geng gue rubah nama menjadi Gold Wings." Pungkas Albert.
"Semudah itu?. Kamu yakin, Dek?. Melawan seluruh penghuni geng sudah seperti bikin mie instan saja kamu itu!" Via menutup mulutnya seakan tak percaya.
"Ya besok deh dengerin kabar di kampus kalau Kakak ga percaya," Albert kembali mengambil potongan besar pizza dan mencaploknya tanpa beban.
KRINGG
"Ya haloo.."
"Clara, lu sudah dengar kabar terbaru tentang The Black Tiger?. Satu markas dibikin tekuk lutut sama seorang maba. Gila ga tuh?. Katanya lagi, maba itu ganteng lho. Iih jadi mupeng kalau denger cowok setangguh itu!" suara seorang gadis diseberang telepon.
"Halah, udah seperti orang ngidam aja kamu, Hmm. Besok deh kita ngobrol. Gue lagi sibuk nih. Bye.." jantung Via berdegup kencang.
Ternyata apa yang diceritakan oleh Albert adalah benar. Via semakin khawatir dengan nasib Albert kedepannya. Entah kenapa, secara naluri, semakin lama, Via merasa tak bisa membiarkan Albert menghadapi masalah.
"Temen lu ngabarin tentang gengnya Yodi ya Kak?" kedua kalinya hari ini senyum Albert mengembang.
"Yaa Ampun, senyumnya. Aduhh Mama, gue lumerr!!" Via menatap Albert tak berkedip.
"Kak..Kak Via. Kok malah bengong sih?!" Albert mendekati Via kemudian menggoyang-goyangkan tangan didepan wajahnya.
"Eh anu iya, aduh Mama. Kenapa tadi, Dek?" Via gelagapan begitu tersadar.
"Tadi itu teman Kak Via ya ngabarin tentang geng The Black Tiger?" Albert kembali mengulang pertanyaannya.
"Ohh..I-iya," Via masih juga tergagap menanggapi.
"Wah kalau seperti itu, kondisi kamu sedang bahaya, Dek Al. Sebaiknya kamu tidak muncul dulu di markas barumu. Maaf bukannya aku meremehkan kemampuanmu atau ikut campur dalam urusanmu, tapi kondisi kehidupan geng diluar sana begitu kejam. Aku khawatir dengan kelanjutan pendidikanmu, keluargamu, teman-temanmu. Ok bolehlah kamu kuat, tapi tanganmu tak cukup lebar untuk selalu melindungi orang-orang disekelilingmu, dimanapun mereka berada. Pikirkan itu baik-baik!" perkataan Via sontak Albert terhenyak.
Baru kali ini ia mendapatkan nasehat yang begitu mudah diterima. Dulu memang Shinta terbiasa menasehatinya saat Albert masih sekolah. Tapi sekarang mereka berjauhan. Melalui sosok Via, ia menemukan sisi keibuan yang sekian lama tak pernah ia rasakan kembali.
"Aku tahu ketua geng Maniac merupakan Kakak dari Mono, ketua geng The Black Tiger. Cepat atau lambat dia akan mencarimu. Sementara waktu, kamu belum aman diluar sana. Saranku, lebih baik malam ini kau bersembunyi dan tidur disini. Atau mungkin untuk beberapa hari kedepan sambil menunggu keadaan kondusif," lanjut Via.
Albert diam merenungkan semua yang dikatakan oleh Via. Memang apa yang dikatakan Via adalah benar adanya. Sehebat-hebatnya komandan di medan perang, mereka juga butuh strategi dan kemampuan membaca situasi.
"Aku mandi dulu," Via tak menunggu respon Albert dan segera menyambar bekas handuk yang tadi digunakan Albert tanpa rasa jijik sedikitpun.
Albert merebahkan tubuhnya diranjang Via untuk sejenak meredam kusutnya pikiran. Tak menunggu lama, Albert pun terlelap.
Albert kembali terjaga saat mendengar Via membuka kunci kamar mandi. Mata Albert yang terserang kantuk mendadak membelalak sempurna saat melihat Via keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalutkan handuk. Pikiran Albert sudah piknik kemana-mana demi melihat sesosok keindahan melangkah santai tanpa peduli jika tubuhnya telah menjadi konsumsi mata Albert yang kelaparan.
Kulit dada atas, punggung, dan paha Via yang sebelum mandi adalah bagian tertutup, kini nampak terekspos lebih luas, terlihat putih bersih seputih porselen, begitu kontras dengan warna handuk yang berwarna hitam gelap.
"Dek, balik badan sana. Aku mau pakai baju nih!" Via membuka lemari pakaiannya.
"E-eh I-iya," Albert susah menelan saliva.
"Awas aja kalau ngintip!" ancaman yang sangat tidak berarti bagi seorang Albert, meski begitu ia tetap menurutinya.
Tak menunggu lama, Via sudah berganti dengan pakaian santai. Terusan blouse press body berbahan kaos warna abu membuat segala kelebihan pada tubuh Via terbentuk semakin menawan jiwa.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Albert sudah mengambil keputusan untuk bermalam disana menuruti apa yang dikatakan Via sebelumnya.
"Kamarku disebelah mana, Kak Via?" tanya Albert tak mau dianggap lancang jika tetap bertahan di kamar Via.
BUKKK
Via menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang, tepat disamping Albert yang belum juga bergeser dari tempatnya.
Sontak aroma harum mewangi mengusik indera penciuman Albert. Aroma yang begitu khas, mengundang hasrat, dan akan selalu membekas dalam ingatan Albert sampai kapanpun.
"Kok tanya kamar sih. Ya disini juga kamarmu, Dek!" dengan cuek Via menengkurapkan tubuh sambil meraih remote televisi dan menyalakannya.
..._-_-_...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Hades Riyadi
Wuiiihh...bisa mantaabb²an neehh....🤔🙄😛💪👍👍
2022-09-29
0
Äï
maba sm mupeng itu apa?
2022-08-21
2
Jimmy Avolution
Joss...Embat Bert....😀
2022-08-20
1