"Dan apa kata kakek Dahlan tadi? Almira menyukai seseorang? Dan orang itupun menyukainya? Dan yang pasti orang itu bukanlah dia!!"
"Kenapa ada rasa tak rela dalam hatiku mendengar semua itu? Aku tak ingin Almira dimiliki oleh siapapun, sementara aku sendiri tak yakin dengan perasaanku....Egoiskah aku?"
"Jangan melamun sendirian tuan muda!!" Aku tersentak, entah kapan Almira bangun tiba-tiba saja dia sudah berdiri di depanku.
Dia jalan melenggang melewatiku. "Mommy mau kemana?" Tanyaku.
"Nyariin Kadir, aku belum memberinya makan!!"Jawabnya santai.
"Kadir...Kadir...di mana kamu nak?? Kesini mau makan ngga?"
"Nona mencari siapa?" Anto memergoki aku yang sedang celingukan di halaman.
Supir Alia ini memang belum pernah bertemu dengan Kadir.
"Lagi nyariin Kadir, pak Anto!!"
"Kok nyariin Kadirnya ke arah pohon-pohon dan semak-semak ya???" Batin pak Anto heran.
sssssss...ssssss
"Perasaan ada suara mendesis? Suara apa ya? Kok kayak suara...akhhh..."
Pak Anto langsung terlompat dan lari tunggang langgang.
Bagaimana dia tidak lari terbirit-birit, tak jauh dari tempat dia berdiri, Kadir si anak ular kobra ganteng bermata biru menaikan lehernya dan mengembangkan sisi kiri kanan lehernya seperti entong sayur.
"Kadir...jangan begitu....nakal ya....baru juga sehari dibiarkan bebas sudah berani ngegetin orang...dasar bocah nakal...mau mama sunat otongnya kalau nakal?"
Seolah mengerti dengan apa yang di katakan ibu angkatnya itu, Kadir menurunkan lehernya dan melata ke arah Almira berdiri.
"Kadir tadi pagi kemana? Kok mama pergi kuliah Kadir mama cariin ngga ada? Mentang-mentang sudah pintar cari makan sendiri ya!!"
Sssss....ssssss
Kadir mendesis sambil lidahnya menjulur menjilati pipi Almira.
Dari kejauhan pak Anto dan Aliandhara berdiri tapi tak berani maju mendekat.
"Oalah...saya pikir Kadir itu tadi pengawal baru tuan muda, sekalinya anak kobra tho..." Pak Anto bergidik ngeri.
"Itu sudah pak Anto, Almira itu aneh-aneh wae...semua hewan terlantar yang ditemui di jalan diangkatnya jadi anak."
Mereka berdua asyik duduk bercengkerama diiringi tatapan ngeri dari pak Anto dan Aliandhara.
"Eh, sepertinya Kadir tambah panjang ya!! Coba mama cek dulu...kok bulumu ngga ada ya?? Atau memang ular itu ngga ada bulunya ya!!!" Mira mengetuk-ngetuk dagunya sambil berpikir.
"Dasar dodol....sejak kapan sih ular punya bulu? Tapi memang ular tak berbulukan pak Anto?"
"Kayaknya ngga ada deh tuan, saya ngga pernah liat juga ada ular berbulu."
"Ada pak Anto...tuh ular kadutnya pak Anto!!! Aliandhara menunjuk ke bawah perut pak Anto.
"Kalo ini ularnya ngga hidup tuan!!"
Almira duduk di bangku taman sambil memangku Kadir.
Dia membelai Kadir dengan penuh kasih sayang sambil bercerita.
"Kadir, sampai detik ini mama Mira ngga tau...siapa orang tua mama Mira yang sebenarnya."
"Kita berdua senasib Kadir, sama-sama tidak punya orang tua lagi...kadang mama Mira iri jika melihat mereka yang kumpul bersama ke dua orang tua mereka."
"Seneng kali ya Kadir, jika kita punya ayah dan ibu!! Bagaimana sih rasanya punya ayah dan ibu, Kadir? Mama Mira hanya punya kakek dan nenek, itupun nenek sudah tiada...hanya tinggal Kakek Dahlan yang bawel, tapi Mira sayang banget sama beliau."
Aliandhara yang mendengar curhatan Mira menjadi sedih. Ternyata dia menyimpan semua kesedihannya di balik sosok juteknya, dingin dan cueknya.
"Kadir balik di pohon lagi ya...mama mau ngajak Kadir masuk, takutnya orang satu rumah pada heboh semuanya.
Kadir turun dari pangkuan Mira, binatang melata yang mempunyai bisa yang sangat mematikan itu perlahan naik kembali dan bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan.
"Kenapa tuan muda masih di sini? Tidak masuk ke dalam rumah?" Tanya Almira, lalu melewatinya.
Aliandhara melihat di balik sorot mata Almira malam ini menyimpan sejuta kesedihan.
*
*
"Mah...pah..tolong Gio...Gio takut sendirian mah...pah..."
Xavier terbangun dari mimpi buruknya. Seluruh tubuhnya mandi keringat. Mimpi yang dia alami seolah nyata.
"Siapa anak lelaki itu? Kenapa banyak orang mengejar dan mau membunuhnya?"
Akhhh....
Xavier memijit-mijit kepalanya yang terasa sangat sakit. Dia sering kali bermimpi tentang hal yang sama. Tapi dia tak tau siapa anak lelaki yang ada di mimpinya itu.
"Aku seperti kehilangan separuh dari masa laluku!! Aku sama sekali tak ingat tentang masa kecilku."
"Aku hanya ingat aku terperosok di sebuah lubang lalu ayah datang menolong dan membawaku pulang."
Tok...tok...tok
Pintu dibuka dari luar, sesosok wajah tampan tapi sinar matanya sangat dingin menyorot tampak mengerikan, menutupi ketampanannya.
"Kak Xavana?"
"Kapan kamu balik kemari Xavier, kenapa kamu tak mengabari kakakmu ini?"
"Belum ada seminggu ini kak, aku juga tak menyangka kalau kakak sudah tinggal di apartemen, tidak tinggal bersama ayah lagi."
Xavana duduk di tepi pembaringan adiknya. Menatap adiknya dengan intens.
"Kenapa kamu Xavier? Kamu bermimpi buruk lagi?"
Xavana memang sangat menyayangi adiknya. Walaupun sifat mereka berbeda seperti langit dan bumi.
Xavana yang keras dan Xavier yang lemah lembut. Xavana yang sering melakukan sesuatu dengan mengikuti kata hatinya, sedangkan Xavier sering mengikuti akal sehatnya.
"Aku bermimpi lagi bertemu anak kecil itu kak, dia sangat ketakutan, sendirian di tengah kegelapan malam.
"Sudahlah Xavier, mungkin kamu terlalu lelah!!"
"Sejak kapan kakak pindah ke apartemen?" Tanya Xavier.
"Sejak kamu memutuskan untuk kuliah ke Jepang dan tinggal bersama paman Kojiro, karena aku merasa kesepian tidak ada kamu di sini, aku memutuskan pindah ke apartemen."
Xavier menatap dalam mata kakaknya itu, Xavier tau kakaknya sedikit berdusta dengan perkataannya.
"Xavier tau bahwa kakaknya memilih tinggal bersama kekasihnya, Valeria.
Kekasih yang tak pernah mau dinikahinya, karena Xavana adalah tipe laki-laki yang tidak mau terikat oleh apapun, meskipun itu adalah pernikahan.
Xavier hanya mengangguk saja, dia tidak pernah berniat untuk membantah kakaknya itu.
"Kudengar dari daddy kau pulang dari Jepang setelah menyelesaikan S2 malah memilih untuk menjadi dosen, bukannya membantuku mengurus perusahaan?"
"Panggilan jiwa, kak!" Xavier tersenyum.
"Panggilan jiwa ataukah panggilan seorang wanita, Xavier?"
"Ingat Xavier bagi gangster seperti kita, cinta itu hanya bullshit...apa itu cinta...sesungguhnya wanita hanya merepotkan saja."
"Tapi kakak memilih tinggal bersama Valeria? Apakah tidak merepotkan?"
"Aku memanjakan Valeria dengan kemewahan, dia tau aku suka bergonta ganti wanita dan karena dia hanya cinta uang, makanya dia tak peduli."
"Baginya, kami hanya saling membutuhkan dalam persoalan **** bukan yang lain."
"Aku membutuhkan kehangatan Valeria, dan Valeria butuh kemewahan dan harta yang berlimpah, impaskan!!"
Xavier hanya diam saja, percuma dia beradu debat dengan kakaknya yang keras kepala itu.
"Kamu sendiri? Wanita mana yang telah berhasil merebut hatimu adikku?" Xavana menyeringai menatap adiknya.
***Bersambung...
Mohon dukungannya ya guys...agar author receh ini bisa terus berkarya...like, komen, vote, favorit dan rate nya...terima kasih🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Nindira
Kadir nurut banget sih sama mamak Almira, takut dibuntungin ya otongnya. Eh emang kadir ada otongnya?🤣
2022-10-27
0
linda sagita
Almira bisa jd pawang ular kayknya
2022-10-18
0
Hulapao
benerrr egois banget anda
2022-09-27
0