"Apa sih sayang...sejak daddy pulang tadi kok mukanya ditekuk terus? Lagi datang bulan ya..."
Almira semakin cemberut mendengar perkataan Aliandhara.
"Tuan muda tau ngga!!"
"Ngga, kan kamu belum cerita!!!"
"Gara-gara aku ngikutin ide kakek dan tuan muda tadi pagi itu, pakai kemeja dan celana kulot hitam, tuh celana robek jahitannya...tau!!"
"Jadi tadi waktu di suruh dosen memperkenalkan diri, aku hanya duduk di kursi saja, ngga bisa berdiri."
Bukannya menjawab, Aliandhara malah memandangku dari ujung rambut sampai ujung kaki sambil jarinya mengetuk-ngetuk dagunya seperti orang tengah berpikir.
"Ada apa Tuan muda memandangku seperti itu?" Tanyaku curiga.
"Ya ngga heran sih kalau robek, secara pantat besar, bukit kembar juga besar..." Gumam Aliandhara.
"Tuan muda tadi barusan ngomong apa?" Aku sudah melotot padanya.
"Sekarang mana baju-baju Mira yang simpel dan ringkas tapi tak merepotkan itu?"
"Dibandingkan baju rapi, tapi buntut-buntutnya malah bikin malu."
"Sudah daddy buang tadi pagi, habis kata kakek kalau ngga dibuang, ntar kamu cariin lagi!!" Aliandhara tersenyum kecut.
"Terus besok Mira kuliah pakai apa dong?" Masa pakai baju model tadi pagi lagi?"
"Kata kakek Dahlan, mulai sekarang mommy harus latihan pakai baju yang feminim, kan sekarang sudah punyak anak walaupun hanya anak sambung."
Aku mau menjawab lagi tapi aku terdiam saat melihat Rafa tampak nyaman bermain bersamaku.
"Mommy, sejak bayi Rafa itu tak pernah merasakan bagaimana rasanya kasih sayang seorang ibu...tidak mudah baginya untuk mengakui orang lain sebagai mommynya."
Ada kesedihan di balik nada bicara Aliandhara.
"Akupun telah menjadi seorang ayah di usia yang relatif muda, usiaku saat itu baru memasuki 23 tahun, sedangkan istriku sudah berusia 28 tahun."
"Mungkin karena rentang usia yang cukup jauh, dia malah seenaknya pergi meninggalkanku dan kembali bersama mantan kekasihnya."
"Dari awal pernikahan, dia memang tak menginginkan adanya anak, tapi mungkin Allah berkehendak lain."
"Dia mengandung Rafa setelah dua bulan kami menikah."
Aliandhara menarik napas berat...
Flashback****
"Daddy...mommy itu ngga mau punya anak titik!!"
"Mommy ngga mau badan mommy jadi melar, gendut , iiihhh....amit-amit...pokoknya ngga mau!!"
"Tapi mommy, bukankah kodratnya wanita yang sudah menikah itu begitu? Mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak-anaknya?"
"Kita menikah agar kita bisa meneruskan keturunan kita, mommy itu mesti bersyukur baru dua bulan tapi mommy sudah diberi kepercayaan oleh Allah dengan dititipkannya nyawa di rahim mommy."
"Banyak pasangan di luar sana yang mendambakan bisa memperoleh keturunan setelah sekian tahun menikah."
"Bahkan ada yang rela mengadopsi anak, sampai melakukan program bayi tabung segala."
"Tapi bukan Valeria namanya jika dia tidak ngotot."
"Pantas dia ngotot tak mau punya anak, dia menikahiku hanya karena misi balas dendam kekasihnya...dia sama sekali tak pernah mencintaiku dan Aliarafa."
Aliandhara menyudahi ceritanya, pikirannya kembali terbayang mantan istrinya itu.
"Tuan muda masih mencintainya?" Aku bertanya dengan hati-hati takut menyinggung perasaannya.
"Entahlah Mira, tiga tahun telah berlalu sejak kejadian itu."
"Jujur Valeria adalah cinta pertamaku, walaupun usia kami terpaut 5 tahun tapi tak mengurangi rasa cintaku kepadanya."
"Ya tuan muda coba aja lagi membuka hati, Insyaallah tuan akan mendapatkan penggantinya."
"Biar untuk sementarakan tuan kecil aku yang merawatnya."
"Iya kan sayang??? Rafa ngantuk ya...mau mommy bawa bobo ke dalamkah?"
Bocah kecil itu mengangguk sambil matanya setengah terpejam. Rupanya cerita daddynya tadi membuat Rafa seperti di nina bobokan.
Aku menggendongnya. "Maaf tuan, kutinggal dulu mau menidurkan Rafa di kamarnya."
Kutinggalkan Aliandhara yang masih termangu di tempat dia duduk.
"Aku memang berusaha membuka hati, Mira...terutama kepada wanita yang disayangi dan menyayangi anakku, yaitu kamu."
"Tapi tampaknya kamu tak pernah peka pada perasaanku."
Sementara di dalam kamar aku juga sedang teringat pada cerita Aliandhara. Lalu aku menghubungkan dengan kisah hidupku.
Aku juga tak pernah mengenal kasih sayang kedua orang tuaku. Karena menurut kakek, aku ditemukan di pinggir sungai pada saat masih bayi merah.
Aku bersyukur sudah dipungut, dan dirawat sebagai cucu angkat. Jika tidak mungkin aku sudah mati dimakan binatang buas.
Sampai kini aku tak tau siapa ibuku dan siapa ayahku. Aku cuma punya kalung kepala naga bermata biru yang di yakini oleh kakek sengaja ditinggalkan oleh mereka untukku. Mungkin suatu saat nanti benda ini berguna jika aku akan mencari siapa jati diriku.
Aku mengelus-elus kepala Rafa dengan penuh kasih sayang, dan karena sambil melamun, aku sampai tak menyadari Aliandhara memandang kami dari celah pintu.
"Tuan tau kenapa Almira begitu menyayangi Rafa? Karena kisah hidupnya tak jauh berbeda dari bocah mungil itu."
"Hanya saja, Rafa masih mempunyai ayah, kakek, dan keluarga yang mencintainya dan mencurahkannya dengan kasih sayang, sementara Almira sama sekali tak sempat merasakan semua itu."
"Sejak kecil dia sudah dididik dengan keras dan tegas tidak lain agar dia kelak tidak menjadi gadis yang cengeng."
Aliandhara menoleh kearah kakek Dahlan. Jadi Almira itu bukan cucu kakek yang sebenarnya?"
Kakek Dahlan menggeleng. "Tapi kakek sangat mencintainya melebihi diri kakek sendiri."
"Walaupun dia tumbuh menjadi gadis yang bandel, keras kepala dan pembangkang, yang suka berkelahi dan ngebut-ngebutan di jalan, tapi sebenarnya dia memiliki hati yang baik dan lemah lembut."
"Itulah mengapa Rafa langsung menyukainya dan menganggapnya sebagai ibunya sendiri."
"Tuan muda mencintai cucu saya?"
"Hah..."
Pertanyaan kakek Dahlan yang langsung pada intinya membuat Aliandhara gelagapan.
"Saya tanya, apakah tuan muda mencintai Almira?"
"Sejujurnya saya tak tau dengan perasaan saya sendiri, kek!!"
"Almira tipe gadis yang terlalu cuek dan dingin...beberapa kali dia menyebut saya om...om!!"
"Kan tuan muda tau mulutnya Almira itu memang seperti kaleng rombeng!! Pedas, tajam dan tak berperasaan kalau bicara."
"Jika memang tuan muda mencintainya, kejarlah dia...karena saya mempunyai firasat bahwa Almira itu menyukai seseorang dan orang itupun menyukai dia!!"
Aliandhara terdiam mendengar perkataan kakek Dahlan
Sesungguhnya dia masih ragu pada perasaannya. Di satu sisi dia masih mencintai Valeria. Dia tak mau Almira hanya menjadi pelarian perasaannya semata.
Tapi di sisi lain Rafa menyayangi Almira, begitu pula sebaliknya. Tak mudah bagi wanita menerima seorang duda yang mempunyai anak seperti dia. Aliandhara tak mau jika seorang wanita hanya mau menerima dia tapi tak mau menerima kehadiran putranya.
Dan apa kata kakek Dahlan tadi? Almira menyukai seseorang? Dan orang itupun menyukainya? Dan yang pasti orang itu bukanlah dia!!"
"Kenapa ada rasa tak rela dalam hatiku mendengar semua itu? Aku tak ingin Almira dimiliki oleh siapapun, sementara aku sendiri tak yakin dengan perasaanku....Egoiskah aku?"
***Bersambung....
Tetap selalu minta dukungannya ya readers...like, komen, vote, favorit dan rate nya. Terima kasih🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Fenti
aku mampir kak 😁
2023-04-04
0
Nindira
Mommy jangan suka ngelawan kodrat deh
2022-10-26
0
linda sagita
berondong selalu menggoda 😁
2022-10-18
0