"Permisi...apa saya boleh duduk di sini?" Aku yang sedang asyik membaca buku, menoleh pada si empunya suara.
Seorang gadis berkaca mata minus berbaju ala gadis tahun 80an berdiri tegak di depanku.
Aku tak menjawab.Tapi aku menggeser pantatku sambil meneruskan kegiatan membacaku.
"Maaf, kenalkan...nama saya Alia Safira." Dia mengulurkan tangannya padaku.
Aku memandangnya sebentar. "Shahnaz Almira," kataku singkat.
"Kamu itu cantik sekali, tapi gayamu sangat tomboy." Dia memberikan penilaiannya.
"Tapi saya suka dengan gaya orang sepertimu, jauh dari kesan kemunafikan."
Aku berhenti membaca lalu menatap si cupu di sebelahku.
"Capeknya aku mendengar si cupu ini berceloteh macam beo saja...ngga capek kah mulutnya itu? Coba kamu laki aja, sudah ku plester tu bibir." Aku membatin.a
Tiba-tiba...."Heh gadis culun...kemari kau!!!"
Alia Safira tampak ketakutan lalu beringsut menggeser duduknya lebih dekat denganku.
"Heh gadis salah kaprah...minggir kamu...aku ada keperluan penting dengan si culun itu."
Aku mengangkat wajahku memandang pada tiga orang gadis di depanku yang tampil sangat modis tapi seperti memakai pakaian kurang bahan menurutku.
"Kalian bicara denganku?" Aku menunjuk diriku sendiri.
"Bodoh...." Kata gadis berambut pirang di sebelahnya. "Memang kamu liat ada orang lain di sini selain kalian berdua?"
Aku berdiri. "Heh pendek berambut api...bisa ngga kalau bicara dengan orang lain itu sopan sedikit?"
Kontan si rambut pirang sangat marah saat ku bilang pendek berambut api.
"Kamu anak beasiswa kan? Ngga usah besar kepala deh loe...miskin belagu pula."
Bukannya marah aku malah tersenyum. "Hei pendek, dari mana kamu tau aku miskin? Kalaupun aku miskin, apa aku mengemis belas kasihan pada keluargamu untuk makan dan biaya kuliahku? Ngga kan?"
Dua teman si pirang merah kelam wajahnya, mendengar teman mereka ku bilang pendek.
"Hei miskin....kamu tau sedang berhadapan dengan siapa? Gadis yang berbulu mata lentik di sebelahnya menggertakku.
"Tau..." Jawabku.
"Temanmu yang pirang itu si pendek, kamu si bulu mata palsu dan kamu..." Aku menunjuk pada gadis rambut pop di sebelahnya yang tadi membentak teman culunku. "Kamu si rambut mangkok aja deh..." Hahahaha...aku tertawa geli.
Walaupun Alia Safira takut tapi dia jadi tersenyum juga mendengar perkataanku.
"Beraninya kau...." Si rambut mangkok mencengkeram kerah bajuku.
"Lepaskan tangan kotormu itu dari bajuku, sebelum kupatahkan tangan bonekamu ini."
Aku menekan sedikit urat nadi di pergelangan tangannya, membuat si gadis meringis kesakitan.
"Pergi kalian sana....jangan berani-berani menggangguku dan temanku, mengerti?" Aku menghempaskan tangannya.
Mereka hendak mengeroyokku tapi tak jadi apalagi mereka melihat kilatan mataku semakin berwarna biru.
"Awas kau gadis bar-bar dan kau gadis culun..." Mereka lalu pergi meninggalkan kami.
"Kamu ngga apa-apa Shahnaz?" Alia memegang lenganku.
"Panggil saja namaku Almira, aku lebih suka panggilan itu!!" Kataku.
"Sebenarnya kamu ada masalah apa dengan mereka Alia?"
"Kami dulu satu sekolah waktu SMA, mereka membully saya sejak dulu."
"Kenapa kamu diam saja?" Aku menelisik Alia dari atas kepala hingga kaki.
"Aku tau, kamu bukan orang miskin seperti ku, kamu cantik...tapi kamu menutupi semua dengan dandanan culunmu."
"Apa yang kamu sembunyikan di balik dandananmu ini?"
"Kamu bisa menipu mata mereka semua, tapi tidak dengan mata Almira, Alia!!"
Alia menghela napas panjang. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan dulu sebelum bicara.
"Sebenarnya ide begini adalah ide abang dan ayahku. Agar musuh-musuh dan kolega bisnis ayah tertipu dengan penampilanku."
Alia tak lagi menggunakan kata saya...mungkin dia merasa lebih akrab sekarang denganku.
"Kamu memangnya jurusan apa, Alia?"
"Lho, kita kan satu jurusan sama-sama di fakultas kedokteran...aku sering melihatmu duduk sendiri di pojok."
"Kok aku ngga pernah liat kamu ya?" Kataku lagi.
"Ya iyalah kamu ngga pernah liat aku, sejak semester satu kamu kan selalu fokus pada mata kuliah saja...mana pernah kamu menoleh kanan kiri kalau di kelas."
"Padahal asal kamu tau, cowok-cowok di kelas sering memujimu setinggi langit!!! Dan para cewek sibuk membicarakanmu, ada yang memuji juga ada yang mencelamu."
Aku tertawa. Alia terpana mendengar suara tawa dan melihat senyumku. Daguku semakin runcimg. Dan empat lesung pipit, dua di pipi dan dua lagi masing-masing di samping bibir indahku.
"Pantas semua cowok mengagumi dia, selain sangat pintar...dia sangat cantik!!" Bisik hati Alia
Cetek...aku menjentikan ibu jariku di depan wajahnya. "Kamu sedang menilaiku saat ini kan?"
Alia terkejut. "Kok kamu tahu Mira?"
"Kamu memandangku tak berkedip sejak tadi, itu tandanya kamu sedang menilaiku..."
"Ayolah...sebentar lagi kelas akan dimulai, kamu duduk dekat aku saja kalau takut diganggu lagi."
"Memangnya ketiga gadis aneh tadi sekelas dengan kita kah?"
"Mereka anak jurusan fakultas ekonomi." Alia menjawab sambil menepuk-nepuk rok belakangnya yang agak kotor.
*
*
"Kamu belum dijemput, Mira?" Aku menggeleng sambil celingukan di depan pagar.
"Kamu sendiri? Kok belum dijemput?"
"Tau nih, tadi abangku bilang dia akan menjemput ayah dulu baru kemari menjemputku."
"Kenapa ngga naik motor sendiri, Mira?"
Aku menghela napas. "Kakekku tidak mengijinkan, beliau takut aku berantem lagi jika pulang sendiri."
Alia hanya tersenyum. "Kamu kan memang bar-bar...liat gaya tomboymu ini...kamu mau bergaya apapun tak akan bisa menutupi kecantikanmu, Mira!!"
"Hadeuh...kata cantik itu sudah berapa belas kali kamu sebutkan, Alia? Aku malah risih mendengarnya."
"Masa aku harus mengatakan kamu ganteng? Berarti aku ada kelainan dong..."
Kami tertawa lagi. Akhirnya setelah 2 semester kuliah di sini, aku menemukan juga seorang teman yang asyik untuk diajak ngobrol.
Seorang gadis yang sangat kaya raya, cantik, tapi menutupi semua yang dia miliki dengan dandanannya yang sangat sederhana.
"Itu ayah dan abangku sudah datang!!" Dia menunjuk ke arah mobil hitam yang mendekat.
"Ayo Mira, bareng dengan aku yuk..."
"Tidak usah...terima kasih...aku menunggu kakekku saja, bisa habis aku diamuk masa oleh kakek jika beliau menjemput aku tak ada di sini."
Kaca mobil terbuka, lalu menjulur sosok wajah dari dalam mobil.
"Alia....ayo...."
Beberapa mahasiswi pada salah fokus semua. Apalagi saat dia turun dari mobilnya dan menghampiri kami berdua.
Tiba-tiba Alia menarik tanganku..."Mira, ini abang aku...Aliandhara namanya..."
"Bang....Alia sekarang sudah punya teman, cantik kan teman Alia?"
Kami saling bertatapan. Dari awal kami bertemu tadi saja aku sudah ngga suka dengan abangnya Alia ini. Senyam-senyum tebar pesona, lirak lirik kemana-mana...
"Halo...kenalkan...Saya abangnya Alia, saya pikir dari jauh tadi kamu ini cowok lho...habis dandananmu itu laki banget sih..."
"Abang...."Alia mencubit pelan lengan kakaknya.
Hatiku bertambah gondok dengan ni orang...cukup satu orang laki-laki yang selalu mau mengajak berantem setiap hari, jangan ditambah menjadi satu lagi.
Dia menatap wajahku dalam-dalam. Karena sebagian wajahku tak terlalu kelihatan tertutup topiku.
"Nah...nah...gatal rasanya tanganku mau nyolok matanya ni orang!!!"
Dari pada aku ribut di sini, cepat ku katakan pada Alia. "Pulang sono gih...aku ngga apa-apa kok di tinggal sendiri."
"Ooo ya sudah...aku duluan ya Mira..." Alia menarik tangan abangnya yang seperti terhipnotis berdiri tak beranjak dari hadapanku.
"Abang!!!!!"
Teriakan Alia sontak mengagetkannya. "Apa sih Alia? Abang tidak tuli!!!"
"Ayo abang!!! Dasar playboy cap gayung...awas nanti abang ditonjok sama teman Alia baru tau rasa."
***Bersambung....
Happy reading di karya baruku...semoga suka ya...jangan lupa...like, komen, vote, favorit dan rate nya...terima kasih😊😊🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Senajudifa
td barusan mampir thor
2023-01-18
0
Fenti
hahahaha.. nanti jatuh cinta bang.. cantik lho aslinya
2023-01-02
0
Fenti
aku paham ternyata itu alasannya
2023-01-02
0