Alia langsung terdiam dan aku juga terdiam sambil menatap kesal pada Xavier yang sempat melemparkan senyumannya padaku.
"Sialan...sialan kau Xavier...mestinya hari itu kubuat dia babak belur biar tau rasa, berani-beraninya dia bermain-main dengan Shahnaz Almira.
"Aduh mana aku ngga bisa berdiri lagi, celana kulotku robek jahitannya cukup lebar."
"Makanya kalau punya pantat itu jangan besar-besar...bikin sempit celana aja!!" Alia mengomeliku.
"Terus gimana aku mau ke kantin, Alia??? Aku lapar...aku pengen makan bakso, gorengan, es teh..."
"Aku takut kalau kamu pergi sendiri ntar digangguin sama trio kuntil anak itu lagi!"
"Ehemmm.."
Kami berdua menoleh pada asalnya suara.
"Kenapa kalian berdua tidak istirahat?" Xavier menghampiri kami.
"Ngga bisa pak, celana Almira robek!!" Kata Alia pelan.
"Alia...." Aku melototkan mataku padanya.
"Kamu pakai jaket saya aja, kamu ikatkan di pinggangmu untuk menutupi belakangmu."
Tanpa menunggu persetujuanku, Xavier mengambilkan jaketnya lalu dia kembali dan memberikannya padaku.
"Duh, perhatian banget pak...." Alia tersenyum menggodaku.
"Apasih!! Pak Xavier sekedar minjamkan jaket lho...bukan minjemin uang!!" Kataku.
Xavier tersenyum mendengar celetukanku yang spontan.
"Wih...senyum pak Xavier bikin cewek klepek-klepek" Kata Alia.
"Ngga tuh biasa aja..." Kataku.
"Duh cantiknya pujaanku jika dilihat dari dekat gini!! Jangankan dari dekat, dari jauh aja cantik banget, apalagi dari dekat begini!!" Xavier membatin.
"Sial...kenapa aku ngga bisa membaca pikirannya, ya??? Padahal kami berdiri dengan jarak dekat begini, "umpatku dalam hati."
"Ayo katanya mau ke kantin, kok malah diem pandang-pandangan...ingat Mira ntar kamu ada yang marah, lho!!" Alia segera menarik tanganku dan berlalu.
"Pak pinjam dulu jaketnya, ya...besok kita kembalikan." Teriak Alia.
Xavier termangu di tempatnya berdiri. "Ada yang marah? Sama Almira kalau dekat denganku? Apa Mira sudah punya kekasih ya??"
"Ah...aku ngga peduli, siapapun dia akan aku hadapi."
*
*
Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku diam saja. Hatiku masih kesal dengan kejadian di kelas tadi.
"Ini semua gara-gara ngikutin saran kakek dan tuan Aliandhara,!!" Umpatku jengkel.
"Tapi kenapa aku sama sekali tak bisa membaca pikiran Xavier ya?? "
"Kenapa diam aja? Keingetan dosen ganteng yang jaketnya kamu pinjam ya!!" Alia menggodaku.
"Hati-hati...bang Ali kayaknya naksir berat sama kamu." Alia menepuk pundakku.
"Hufftt, dekat dengan abangmu itu membuatku terlibat banyak masalah aja!!" Kataku kesal.
Ciiiiitttt...bluk....
Aku dan Alia menyelungsup ke depan sangking kagetnya.
"Ada apa pak? Kenapa berhenti mendadak?: Kataku.
"Ada empat pengendara motor menghalangi jalan kita, nona!!"
"Aduh...mana aku ngga bisa leluasa bergerak gara-gara celanaku yang robek ini lagi!!"
Mereka berdelapan turun dari motor dan menghampiri mobil kami.
"Kunci semua pintunya, dan pak anto geser pak..." Aku segera pindah kedepan.
"Kencangkan seatbelt kalian, Alia jangan panik ya..." Aku bersiap di belakang kemudi.
Aku memperhitungkan jarak mobil kami dan motor mereka.
"Sekarang..." Teriakku
Karena tak menyangka aku akan menabrak mereka, pengendara motor itu sontak melempar diri mereka kesamping kanan dan kiri.
Mobil yang membawa kami melambung terbang melewati empat motor yang berjejer menutup jalan.
Lalu dengan kecepatan penuh kubawa melaju mobil kami untuk menghindari para pengendara motor tadi.
"Mereka mengejar mobil kita, Mira!!" Alia dan pak Anto panik.
"Mereka mau main-main denganku...oke kita lihat, siapa yang lebih unggul."
Aku tersenyum senang karena bisa ngebut-ngebutan lagi di jalan. Moodku yang tadi terlanjur jelek bisa terobati.
Aku masih tertawa-tawa senang sambil melaju dengan kecepatan penuh. Pohon-pohon di sepanjang jalan sudah seperti bayangan saja sangking lajunya mobil yang kubawa.
Pak Anto dan Alia menutup mata mereka dengan wajah pucat pasi.
"Mau adu mekanik denganku? Kalian tak akan menang brengsek..."
Tak sampai sepuluh menit mobil yang membawa kami memasuki kawasan perumahan elite tempat kediaman tuan Kelvin.
"Mereka sudah tidak mengejar Mira!!" Alia menarik napas lega.
"Mereka menjemput kematian jika mengejar sampai kemari."
"Siapa lagi orang-orang itu sih??? Kenapa hidupku selalu penuh mara bahaya?? Tidak bisakah aku hidup tenang seperti para gadis lainnya? Aku juga ingin bebas seperti mereka di kampus." Alia mengeluhkan dirinya.
"Seandainya tadi celana kulotku tak robek...sudah kuhajar habis mereka berdelapan tadi." Geram Mira.
"Ini semua gara-gara ngikuti saran kakek dan tuan Aliandhara."
*
*
"Tuan muda Xavier, hebat sekali gadis belia yang berbaju biru tadi...dia membawa mobil seperti kesetanan, kami sulit sekali mengejarnya."
"Dia memang gadis yang hebat, Aron...untung tadi celana kulot yang dia pakai robek besar, jika tidak dia pasti turun menghajar kalian."
Lelaki muda yang namanya dipanggil Aron oleh Xavier hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi dia sangat cantik, tuan...tak salah jika tuan muda naksir berat padanya."
"Iya Aron, aku sampai rela menjadi seorang dosen di kampus mereka agar aku bisa selalu dekat dengannya."
"Aku sudah jatuh hati padanya sejak pertama kami bertemu tempo hari, Aron!!"
"Lalu untuk apa kami tadi disuruh mencegat mereka, tuan muda?"
"Aku hanya ingin mengujinya saja, Aron!!"
"Gila...kau mengumpankan kami, tuan?" Aron menyela.
"Aku yakin dia tidak akan melakukan itu Aron, karena dia tak nyaman dengan celana robek yang dipakainya."
"Dasar tuan muda..." Kata Aron.
Aron dan ketujuh kawannya adalah sahabat sekaligus orang kepercayaan Xavier, jadi mereka itu sudah seperti saudara.
*
*
"Mommy...Aunty..."
Rafa berteriak kegirangan saat melihat mobil kami memasuki pekarangan rumah yang luas ini.
"Rafa ngga bobo, nak??" Aku turun dan langsung berlari kehadapan Rafa dan menggendong bocah lucu itu.
"Lum mommy...mo ama mommy...bobo..."
"Ya sudah, mommy ganti baju dulu ya!! Rafa sudah makan?" Bocah itu menggeleng.
"Rafa tak mau makan sejak tadi nona, katanya mau makan sama mommynya..." Bi Asih pengasuh Rafa menjelaskan.
"Benar begitu nak?" Rafa hanya mengangguk dalam gendonganku.
"Kasian bocah ini, dia benar-benar rindu kasih sayang ibunya." Kataku membatin.
"Rafa tunggu mommy sebentar ya, mommy mau ganti baju baru habis itu mommy suapin Rafa, ya!!"
Aku sengaja tak mau menyapa kakek Dahlan, masih dongkol rasa hatiku akibat kejadian memalukan seharian ini.
Begitupun saat Aliandhara dan para bodyquardnya pulang sore tadi, aku yang tengah bermain bersama Rafa tak mau melihatnya.
"Selamat sore anak daddy yang ganteng dan mommy Mira yang setiap hari cantiknya semakin bertambah."
"Ngga lucu..." Kataku.
Aliandhara sengaja duduk mepet ke Almira, membuat Almira semakin kesal dibuatnya.
"Kenapa mepet-mepet kemari sih? Kayak ngga ada tempat aja." Sungut Almira.
"Apa sih sayang...sejak daddy pulang tadi kok mukanya ditekuk terus? Lagi datang bulan ya..."
Almira semakin cemberut mendengar perkataan Aliandhara.
***Bersambung....
Jangan lupa, like, komen, vote, favorit dan rate nua ya!!!💗💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Fenti
sibuk baca pikiran 🤔
2023-03-06
0
Nindira
Jadi yang harus disalahkan atas insiden ini si p*n*at besar kah?🤣
2022-10-26
0
Hulapao
yaa gimana yaa udah takdir itu 😂
2022-09-23
0