"Dan kamu rambut gondrong...apakah kepalamu berkutu? Karena sejak tadi ku lihat kamu selalu menggaruk kepalamu."
"Ya elah...lemes banget mulutnya bocah ingusan ini!!! Tidak sesuai dengan umur dan wajah cantiknya."
"Paman juling...aku bicara apa adanya bukan ada apanya...betul kan paman gondrong itu selalu garuk-garuk kepala sejak tadi?"
"Sejak tadi? Bagaimana kamu bisa tau bocah?"
"Aku sejak tadi sudah mengetahui keberadaan kalian...jika sampai aku tau kalian adalah dalang yang membakar habis rumah kakekku, maka bersiaplah untuk menerima pelajaran berharga dariku."
Senyuman di bibir gadis cantik itu lenyap berubah menjadi seringai dingin seperti seorang dewi kematian yang bersiap mencabut nyawa korbannya.
"Asrul, Agam...tunggu apalagi ringkus gadis ingusan yang sombong ini...kerahkan seluruh anak buah kita untuk menangkapnya."
Perkelahian tak terelakan lagi. Satu orang gadis dikeroyok oleh dua puluh orang lelaki berbadan kekar.
Almira melepaskan ikatan rambut hitamnya. Dia memusatkan tenaga inti pada rambutnya.
Ilmu rambut pemecah sukma yang dia pelajari dari kakeknya akan dia praktekkan untuk menghadapi musuh-musuhnya.
Wuttt brak...orang terdekat terkena sabetan rambut Mira. Laki-laki itu terpental jauh, jatuh terkapar entah pingsan atau mati.
Mereka semua tercengang melihat kehebatan gadis belia itu.
Tiba-tiba...syutttt...entah dari mana datangnya anak panah itu meluncur cepat kearah bahu Almira.
Dengan posisi masih menangkis serangsn dari kiri kanannya, Almira membuat posisi tubuhnya mengelak dari anak panah itu hanya selisih seujung kuku dari bahunya. Dan dalam posisi masih seperti itu entah kapan tiba-tiba dia menggerakkan tangannya membuat anak panah yang meluncur berbalik kembali kepada tuan pengirimnya.
Sesosok wajah tampan berjumpalitan di udara menghindari serangan senjata makan tuan itu.
"Tuan muda Xavier???" Mereka semua kaget melihat putra dari pemimpin mereka ada di sana.
"Pemuda muka pucat...kau kelamaan bertelur dalam goa ya, wajahmu seperti perempuan saja...tak pernah kena sinar matahari."
"Jadi pria itu harus macho...jangan loyo....hahaha..."!!
Tak seorangpun dari mereka menanggapi hinaan Almira. Mereka semua melirik pada lelaki tampan yang baru saja tiba dengan anak panah dan busur menggantung di punggungnya.
"Hei gadis...jangan sok mengajariku...kau lihatlah dirimu, kamu ini laki-laki atau perempuan?"
"Berlakulah layaknya seorang wanita...cantik, anggun...bukan seperti dandananmu sekarang ini!!"
"Kau tidak punya uang untuk membeli baju? Jaket dan celana jeansmu robek semua, sandal jepitmu lain warna, hahaha...kasian!!!"
"Ikut sajalah denganku, jadilah kekasihku yang kesekian-sekian...aku akan menjamin kebahagiaan hidupmu, oke!!"
Bukannya marah, Almira malah tertawa dan membalas ucapan Xavier.
"Wah...hebat benar hidupmu tuan muda!! Apakah mereka menurut padamu karena memang mencintaimu? Ataukah karena uangmu?"
Mira maju lebih dekat. Dia memutari Xavier dan mengetuk-ngetuk dagu dengan jarinya.
"Kau tampan...eh tidak terlalu sih...menurutku kau biasa saja tuh!!! Tapi kamu dan keluargamu orang berpengaruh dan berduit, itu kali ya yang membuat banyak wanita mengejarmu."
Almira bermonolog sendiri sambil terus memberi penilaiannya.
Dia mendekatkan wajah cantiknya ke wajah Xavier.
"Deg...dada Xavier berdegup cepat saat matanya beradu pandang dan berada sedemikian dekat dengan si cantik tomboy yang ada di depannya.
Jari lentik itu menyentuh wajahnya. "Wajahmu halus seperti wajah perempuan, kulitmu putih juga seperti perempuan, matamu bening, hidungmu mancung, bibirmu mungil...aku tak yakin kamu punya kekasih kesekian-sekian."
"Bagaimana kamu tahu soal hidupku? Jangan jadi orang sok tau..." Xavier pura-pura marah.
"Hei Sapier eh...siapa tadi namamu? Ah tau lah terserah saja...jangankan soal hidupmu, soal hatimu pun aku tau, saat ini hatimu sedang berdegup hebatkan karena berdekatan denganku!! Tapi sayangnya...aku biasa saja."
"Kau bukan orang jahat Xavier dan aku tau itu, bening bola matamu tak bisa membohongiku walaupun kau tutupi dengan wajah sangarmu."
"Sudahlah...aku sore ini lelah untuk bertarung, aku mau pulang dan mandi lalu tidur."
"Dan kau paman gondrong, beri ini untuk temanmu yang pingsan di sana itu, ini obat penawar rasa sakitnya."
"Aku tak berniat membunuhnya, makanya aku hanya menggunakan seperempat saja dari tenagaku untuk memukulnya tadi."
"Jika tadi aku bersungguh-sungguh, apa kalian pikir bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini?"
"Kadir sayang....mari kita pulang..."
Mereka semua menahan napas saat mereka melihat seekor ular meluncur turun dari atas pohon dan melata kearah Almira.
Ular kobra kecil itu mendesis garang ke arah orang-orang itu sebelum kemudian naik merayap dari kaki Almira dan menggelung manja di leher mulus gadis belia itu.
"Sampai jumpa lagi Xavier..." Mira mengedipkan sebelah matanya lalu kemudian memakai helm dan melaju pergi."
"Jangan dikejar, biarkan saja dia pergi..."Xavier menahan orang-orang kepercayaan ayahnya yang mau mengejar Almira.
"Gadis aneh..." Xavier membatin sambil memegang pipinya yang tadi di sentuh oleh Almira. Dia tersenyum dalam diamnya.
"Tuan muda, jangan bilang anda jatuh cinta sama gadis tengil itu!!! Kata si gondrong yang bernama Johan.
"Ngga mungkin lah Johan, gadis itu bukan tipeku."
"Kapan tuan muda kembali dari Jepang? Semakin hebat saja ilmu bela diri tuan muda."
"Sebenarnya siapa gadis tadi Johan? Kenapa kalian semua berniat untuk menangkapnya?:
"Dia salah satu bodyquard kepercayaan Kelvin Antonio."
"Kelvin Antonio musuh bebuyutan keluarga Joseph Anderson..."
"Tapi kenapa mereka mempekerjakan seorang wanita?" Tanya Xavier penasaran.
"Apa tuan muda tak melihat betapa tangguhnya tadi gadis itu? Orang-orang kita hanya di jadikan permainannya saja."
Xavier terdiam. "Aku baru tiba dari Jepang, setelah hampir empat tahun aku kuliah dan dititipkan ayah untuk belajar bela diri dan berbagai macam senjata pada paman Kojiro."
"Banyak gadis cantik yang pernah kutemui tapi tak ada yang setengil gadis tadi!!! Siapa namanya gadis tadi ya???"
"Mari tuan muda kita kembali ke markas..."Akhirnya mereka kembali ke markas besar di mana Joseph Anderson ayah dari Xavier Anderson sebagai ketuanya.
*
*
Sementara itu....
"Bang...bisa ngga sih abang berhenti mondar mandir di depanku? Merusak pemandanganku tau!!"
"Daddy...mommy...mommy..." Rafa yang sudah terbiasa dengan kedekatannya pada Almira mulai rewel.
"Ini juga si bocah sama daddynya sama-sama rusuh sore-sore gini!!"
"Kenapa Mira belum juga kembali ya Alia? Dia tidak menjual motor abang untuk biaya hidupkan?"
"Hustt...sembarangan aja abang ini, khawatir sama motor atau orangnya? Modus aja mengkhawatirkan motornya, bilang aja khawatir pada Almira."
"Iya abang juga khawatir sama dia, secara dia baru dua hari tinggal di sini, tau jalan pulang untuk balik ke sini ngga ya?"
Sementara Rafa semakin rewel mencari Almira yang sudah dianggapnya sebagai mommynya.
"Mommy...mommy...daddy..." Tangisnya.
"Cup...cup Rafa...sebentar lagi mommynya Rafa pulang, gendong daddy dulu ya nak!!"
Alia memandang prihatin pada abang semata wayangnya ini. Dia boleh playboy dan menjalin hubungan dengan banyak wanita, dia boleh bersikap keras dan tegas pada bawahannya di perusahaan tapi dia tetap seorang ayah yang baik yang selalu perhatian pada putra tunggalnya itu.
"Kasihan kau bang, kekayaan dan ketenaran tidak menjamin kebahagiaanmu."
***Bersambung...
Selalu minta dukungannya untuk author receh ini ya guys. Like, komen, vote, favorit dan rate nya. Happy weekend...💗💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Mei Shin Manalu
udh like smpai bab 8... semangat 💪🏻
2023-02-12
0
Trida Susanti
setuju, kekayaan dan jabatan memang engga menjamin kebahagiaan. inti nya bersyukur aja dengan apa yang kita miliki..☺️💪
2022-12-06
0
Elizabeth Zulfa
wuuuuiiiiihhh.... bisa gitu yaaaakk🤣🤣🤣
2022-11-30
0