TERKEJUT

"Madame, Tuan Petrichor ada di bawah dan katanya datang kemari untuk menggantikan Nona Olsen." Lapor sekretaris Madame Brennen yang sesaat langsung membuat wanita empat puluh tahun tersebut terkejut.

Kenapa Oscar yang datang?

Bukankah di pesan Naomi kemarin,wanita itu mengatakan kalau ia yang akan bertemu Madame Brennen?

"Suruh dia masuk!" Titah Madame Brennen seraya sedikit merapikan blazer-nya.

"Baik, Madame!"

"Dan satu lagi!" Madame Brennen memberikan kode pada sang sekretaris untuk kembali lagi.

"Batalkan semua jadwalku tiga jam ke depan!" Perintah Madame Brennen menatap tegas pada sang sekretaris.

"Tapi ada rapat penting-"

"Jadwalkan ulang!" Potong Madame Brennen menatap tegas pada sang sekretaris seolah tak mau lagi dibantah.

"Baik, Madame! Akan saya jadwalkan ulang."

"Apa perlu saya bawakan juga catatan medis anda sebelum bertemu Tuan Petrichor?" Tanya sekretaris Madme Brennen yang memang mengira kalau Oscar adalah psikolog dimana pertemuannya dengan Madame Brennen adalah sebuah konsultasi.

"Tidak usah! Tuan Petrichor masih menyimpan salinannya," tolak Madame Brennen cepat.

"Baiklah!" Pungkas sekretaris Madame Brennen sebelum akhirnya wanita itu keluar dari ruang kerja Madame Brennen.

Tak berselang lama, sekretaris Madame Brennen sudah kembali untuk mengantar Oscar yang hari ini mengenakan setelan jas warna hitam yang selalu membuat pria itu terlihat elegan.

"Selamat siang, Madame!" Sapa Oscar seraya tersenyum ramah, setelah sekretaris Madame Brennen keluar dari ruangan dan menutup pintu.

"Surprize! Aku kira Naomi yang akan datang menemuiku hari ini," Madame Brennen langsung menghampiri Oscar dan wanita itu terlihat salah tingkah seperti sebelumnya.

"Naomi mengatakan apa memangnya?" Tanya Oscar seraya meraih tangan Madame Brennen, lalu mengecupmya dengan mesra.

"Dia hanya mengatakan ingin bertemu dan membahas sesuatu-"

"Tentang kontrak eksklusif yang anda tawarkan?" Tebak Oscar memotong.

"Naomi sudah cerita kepadamu?" Madame Brennen sedikit bersemu saat menatap wajah tampan Oscar.

Hormon puber sialan!

"Ya. Naomi sudah cerita," jawab Oscar seraya mencondongkan tubuhnya ke arah Madame Brennen, lalu mengecup singkat tengkuk wanita empat puluh tahun tersebut hingga membuatnya sedikit kaget dan berjenggit.

Oscar langsung tersenyum miring melohat reaksi Madame Brennen tersebut.

"Jadi, apa anda keberatan-"

"Aster!" Madame Brennen menyela kalimat Oscar.

"Aku sudah memintamu untuk memanggilku Aster dan jangan lagi memanggil Madame seperti orang-orang, karena itu membuatku merasa...."

Oscar mengangkat sebelah alisnya karena Madame Brennen tak langsung melanjutkan kalimatnya.

"Tua!" Lanjut Madame Brennen akhirnya.

"Kita hanya berbeda sepuluh tahun, Aster! Jadi tak perlu merasa tua begitu," ujar Oscar yang lagi-lagi tangannya sudah terulur untuk mengusap garis tulang selangka Madame Brennen yang terlihat jelas di atas balutan blazer warna moka-nya.

"Jadi, Aster. Apa kau keberatan jika yang menemuimu hari ini adalah aku dan bukan Naomi?" Oscar mengulangi pertanyaannya yang tadi dipotong oleh Madame Brennen.

"Tentu saja tidak!" Jawab Madame Brennen cepat.

"Aku justru senang, karena kau datang kemari untuk menemuiku," Madame Brennen kembali tersipu seolah dirinya adalah remaja yang sedang kasmaran sekarang.

Tapi petualangan bercinta yang pernah dilakukan Oscar kepadanya beberapa minggu silam, benar-benar meninggalkan sebuah kesan mendalam di hati Madame Brennen. Masih lekat di ingatan Madame Brennen, bagaimana saat Oscar mencumbunya dengan penuh gairah, lalu mencecap setiap lekuk tubuhnya tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

Lalu saat Oscar memasukinya dengan perlahan dan untuk pertama kalinya....

Ya, itu benar-benar adalah pertama kalinya Madame Brennen disentuh oleh seorang pria.

Seorang pria yang membuatnya jatuh cinta di awal ia melihat pria tersebut. Oscar Petrichor!

"Jadi, apa kau hanya akan melamun seperti itu dan membuang waktumu yang berharga?" Tanya Oscar yang langsung menyentak lamunan Madame Brennen.

"Aku senggang hingga tiga jam ke depan. Jadi kau tak perlu khawatir!" Ucap Madame Brennen menenangkan Oscar.

"Kau yakin waktu tiga jam akan cukup?" Tanya Oscar lagi yang sudah mendekatkan tubuhnya ke arah Madame Brennen.

"Jika itu tidak cukup...." Madame Brennen sedikit menggeliat, saat Oscar sudah memainkan lidahnya di cuping telinga Madame Brennen. Tak sampai disitu, Oscar bahkan dengan berani menggigit telinga wanita empat puluh tahun tersebut dengan sensual, lalu sedikit menarik giwang permata yang dikenakan oleh Madame Brennen hingga copot dan mengul*mnya sebentar di dalam mulut.

"Fuh!" Oscar melemparkan giwang permata yang mungkin harganya puluhan juta tadi ke lantai.

"Aku yakin kau sangat bisa membeli giwang yang baru," ucap Oscar yang langsung membuat Madame Brennen mengangguk membenarkan.

"Tentu saja!" Suara dan nafas Madame Brennen sedikit terengah.

Oscar lanjut melakukan hal yang sama di telinga Madame Brennen yang lain. Sepasang giwang permata yang berharga, kini tercecer di ruang kantor Madame Brennen dan salah satunya menggelinding entah kemana.

Oscar meraih dagu Madame Brennen, lalu sedikit mengangkatnya.

"Kau memiliki bibir yang begitu indah, Aster!" Puji Oscar seraya mendekatkan wajahnya pada wajah Madame Brennen. Tanpa aba-aba, Oscar langsung melahap bibir merekah Madame Brennen.

Kedua tangan Oscar menangkup wajah Madame Brennen dan pria itu terus memperdalam ciumannya,hingga membuat Madame Brennen sedikit kewalahan saat membalas pagutan panas Oscar.

"Emmmhh!" Erang Madame Brennen saat Oscar sedikit mendorong tubuh wanita itu hingga menabrak meja kerjanya.

"Kau mau menyingkirkan beberapa barang berhargamu dari atas meja, Aster?" Tawar Oscar yang sudah melepaskan pagutannya pada bibir Madame Brennen.

"Barang berharga," Madame Brennen masih berusaha mengatur nafasnya yang begitu memburu. Wanita itu mengedarkan pandangannya ke atas meja kerjanya yang penuh dengan berkas serta hiasan lain. Madame Brennen hanya menyingkirkan berkas-berkas yang sekiranya penting dari atas meja dan ia mendadak merasa blank harus menyingkirkan barang apa lagi.

"Ada lagi?" Oscar bertanya tepat di balik tengkuk Madame Brennen yang tentu saja hembusan nafas pria itu membuat darah Madame Brennen berdesir seketika.

"Aku tidak tahu!" Jawab Madame Brennen tergagap.

"Biar aku yang menyingkirkan!" Oscar menyapu dengan kasar semua hiasan dia atas meja Madame Brennen menggunakan tangannya, hingga tak ada satupun yang tersisa.

Lalu dalam satu sentakan, Oscar sudah berhasil menaikkan Madame Brennen ke atas meja kerja tadi, dan pria itu mulai membuka deretan kancing di blazer Madame Brennen.

"Saatnya bersenang-senang!"

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Jangan lupa like biar othornya bahagia.

Terpopuler

Comments

Purnomo Purnomo

Purnomo Purnomo

waduh...Ra iso turu q bunda...mikir Oscar Karo aster penasaran q...🤭🤭🤭

2022-07-05

0

Kharina.

Kharina.

gila ya Oscar, bener² meluapkan rasa rindu yang membuncah 🤣🤣🤣 ini kayaknya Oscar ma Aster sama² pake perasaan jadi ya gitu deh 🤭😘

2022-07-05

0

Kharina.

Kharina.

petenggengen nih Aster 🤣🤣🤣

2022-07-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 79 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!