Episode 18 - Cemburu

Tapi baru saja mataku hendak terpejam, terdengar suara ketukan di pintu kamarku.

"Inka? Inka sudah tidur?" Suara Ibu kost-ku terdengar.

Malas-malasan aku bangkit dari tempat tidur, membuka pintu dengan rambut berantakan. Menatap ibu kost dengan mata setengah mengantuk.

"Ada Andra, In," kata Ibu kost lembut tapi bagai lonceng besar yang membangunkanku sepenuhnya.

Andra? Bukannya dia sedang... Buru-buru aku menoleh ke pintu. Andra berdiri di depan pintu dengan seragam kerjanya. Masih lengkap. Astaghfirullah. Jam berapa sekarang?

Kulirik jam dinding. Pukul 00.18 waktu tengah malam!

Bergegas aku keluar. "Loh bukannya Kakak lagi tugas ke Bontang? Udah selesai?" tanyaku sambil mendekatinya. Ia masih mengenakan seragam kerja yang dibungkus dengan jaket hitam. Dari pintu, aku melirik ke halaman. Ada ranger warna putih terparkir di sana.

Tapi Andra tak menjawab, ia hanya menatapku. Tepatnya, melihatku setiap jengkal wajahku, seperti mencari-cari sesuatu.

"Siapa itu Pak Arzi, In?" tanyanya langsung dengan mata yang menatap tajam.

"Temanku, Kak!" jawabku tanpa ragu. "Ada apa sih, Kak? Kakak kenapa?" tanyaku lagi.

Andra masih menatapku sebelum akhirnya ia memelukku. Erat sekali, hingga aku sedikit merasa kesakitan. Kudorong lembut dadanya untuk melepaskan diri. Tapi ia tak bergeming.

"Kak?"

"Aku menyayangimu, Inka. Sangat sayang sama kamu. Tolong jangan tinggalkan saya! Saya bersedia melakukan apapun demi kamu. Asal kamu jangan pernah ninggalin saya."

Aku masih tak mengerti. Tapi kuanggukkan kepala. Dada Andra yang tadinya sedikit tersengal, terasa lebih tenang setelah ia merasakan anggukan kepalaku di dadanya.

"Kakak kenapa? Datang-datang kok begini?" tanyaku lembut. Sekali lagi mencoba mendorong, tapi percuma.

Dada Andra terangkat lagi. Ia menarik napas. "Mulai besok, kamu jangan dekat-dekat dengan Pak Arzi lagi ya, Inka!"

Agar berhasil, kali ini aku mendorongnya sekuat tenaga. Berhasil. Andra melepaskan pelukannya. Aku harus melakukannya, supaya bisa melihat wajah Andra. Aku ingin menjelaskan semuanya.

"Pak Arzi itu temanku, Kak. Dia juga tahu kalau aku udah punya pacar. Kami memang dekat. Tapi bersentuhan juga gak pernah kok. Please deh, Kak. Gak usah terlalu cemburu sama dia. Gak pantas Kakak cemburu sama Pak Arzi. Gak mungkin juga aku sama dia. Usia kami kan beda jauh. Apalagi aku kan cintanya sama Kakak, bukan dia."

"Tapi kalian terlalu sering ketemu!" balas Andra dengan wajah mulai memerah.

"Itu karena aku dan dia ada urusan kerja, Kak!"

"Tapi kalian ketemu bahkan di luar jam kerja! Rumahnya dekat sini, kan? Banyak yang bilang kamu dan dia bahkan makan malam bersama." Andra terus mencecarku.

"Kak, aku sering makan malam dengan banyak orang. Kadang berdua, kadang rame-rame. Kakak sendiri tahu itu! Kenapa sekarang dimasalahin sih? Apa karena sekarang aku pacaran sama Kakak, aku gak boleh makan atau jalan sama orang lain meski mereka itu teman-temanku? Aku pacarmu, Kak. Bukan tahanan!"

"Tapi kalian terlalu dekat!" kata Andra semakin ngotot.

Aku menatap Andra dengan kabut air di mataku. "Dekat apanya? Aku sudah bilang, bersentuhan saja aku gak pernah, Kak. Bahkan... bahkan untuk melihatku seperti Kakak sekarang, Pak Arzi itu selalu menghindar. Dia bukan kayak kita, Kak. Beda!"

Andra menatapku nanar. "Kamu membelanya, In?" gumamnya lirih.

Aku menghembuskan napas. Sebelum Andra datang, aku baru tidur beberapa menit. Tubuhku lelah sekali dan ia datang hanya untuk menunjukkan kecemburuan yang tidak berdasar. Saat ini aku bahkan tak berniat untuk bicara padanya. Terlalu melelahkan.

"Terserah Kak Andra kalo gak percaya. Itu bukan urusanku. Kalo Kak Andra cuma mau marah-marah, sebaiknya nunggu besok aja. Udah malam. Gak enak sama orang rumah. Pulanglah!"

Andra menatapku. Aku sempat melihatnya mengedarkan pandangan sebelum dengan cepat ingin memelukku. Tapi belum sempat ia melakukannya, aku mundur menjauh. Ia mendekat lagi, dan aku mundur lagi.

"Kenapa, In? Saya kangen sama kamu," gumam Andra. Tatapannya berubah memelas.

Aku terdiam. Tak tahu harus bagaimana menjelaskan. Tiba-tiba aku teringat kata-kata Arzi soal nafsu dalam berpacaran. Jujur aku juga tak ingin hubunganku dikotori hal-hal yang berhubungan dengan setan. Aku ingin cinta yang benar-benar menyatukan aku dan Andra. Tapi bisakah Andra memahaminya kalau aku menjelaskan semua itu? Andra jauh lebih sering menjalankan sholat dibandingkan aku. Apa pikirnya kalau tiba-tiba aku mengatakan hal itu?

"Saya ke sini hanya untuk kamu, In. Setelah ini saya harus langsung kembali ke Bontang. Kamu tahu berapa lama saya harus bolak-balik hanya untuk ketemu kamu, kan? Apa kamu gak rindu sama saya?" tanya Andra setengah mengeluh.

Aku termangu. Tentu saja aku juga kangen padanya. Tapi hatiku kecewa. Kecemburuan Andra pada Arzi telah melukai hatiku. Kecemburuan yang membuatku mengerti kalau Andra tak sepenuhnya mempercayaiku. Untuk apa cinta jika tak ada rasa percaya?

"Aku sedang gak ingin, Kak. Aku perlu waktu. Maaf kalau aku bikin Kakak kecewa. Tapi... pulanglah! Aku gak enak sama ibu, dan tetangga. Kakak datang malam-malam begini, gak pantas. Tolonglah!" kataku pelan. Kuatir terlalu keras dan membangunkan yang lain.

Sekali lagi Andra menatapku. Aku melihat kecewa dan sedih campur aduk dalam sinar matanya yang redup. Aku tahu, aku penyebabnya.

Andra mengangguk kecil. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam jaket. Karena aku tak bergeming mendekatinya, ia meletakkan benda yang ia pegang itu ke atas meja tamu. Sebuah kotak putih dengan pita biru tua.

"Saya akan ke Jakarta besok pagi. Tadinya saya mau ngasih ini sepulang dari sana. Tapi sudahlah... terserah kamu mau diapakan," kata Andra lesu.

Aku memperhatikan kotak itu sebelum mengambilnya. Aku tak membukanya, hanya mengikuti langkah Andra yang sedang berjalan keluar, tetap menjaga jarak.

Sesaat sebelum Andra menuruni tangga, sekali lagi ia menoleh. "Saya mencintaimu, Inka. Selalu. Dan itu yang bikin saya takut kehilangan kamu."

Kata-kata itu terdengar tulus. Aku mempercayainya. Jadi aku mengangguk. "Aku juga, Kak Andra. Selamat bekerja, ya. Jangan marah lagi! Aku gak akan pernah mengkhianati cinta Kakak."

Aku berdiri cukup lama, hingga mobil Andra tak lagi terlihat. Setelah itu, aku duduk di teras sambil menatap kotak yang terbuka itu.

Sebuah gelang.

Bentuknya sangat cantik. Aku menyukainya begitu melihatnya. Mendadak timbul penyesalan dalam hatiku.

Pekerjaan Andra tidak sama sepertiku. Ia bekerja menggunakan tenaga dan pikiran sekaligus. Ia tak hanya dituntut untuk mampu memimpin, berpikir cepat, tanggap terhadap situasi, tapi juga kadang-kadang harus turun tangan bekerja di lapangan. Turun naik kapal besar dari speedboat atau sebaliknya, naik mobil dalam situasi jalan yang tak selalu mulus dan menempuh ratusan kilometer, bahkan terkadang harus berjalan kaki di tengah panas terik atau hujan deras hanya untuk mengambil sampel. Belum lagi ia harus bekerja di laboratorium menyiapkan laporan, memeriksa sambil berdiri hingga hitungan jam saja tak terasa. Belum lagi menghadapi bahaya racun dari zat-zat kimia yang menjadi bagian dari pekerjaannya.

Dan apa yang kulakukan saat ia jauh-jauh datang sepulang kerja? Jarak Sangatta Bontang itu 2 jam perjalanan melewati hutan. Kalau ia harus kembali lagi, berarti total 4 jam ia habiskan hanya untuk bertemu denganku. Saat ia datang pun tadi, kami hanya bertengkar.

Padahal wajar kalau Andra marah. Ia mungkin lelah. Ia mungkin mendapat berita yang berlebihan hingga tak lagi bisa menggunakan akal sehatnya. Ia mungkin terlalu kuatir pada hubungan kami yang masih baru, hingga ia pun meledak marah.

Harusnya aku memahami itu. Toh, aku hanya manusia biasa. Berdosa atau tidak, aku harusnya menjelaskan dengan lebih baik mengapa aku tak mau menyentuh Andra. Ia pasti bisa mengerti. Andra yang kukenal adalah pria yang selalu mendengarkanku.

Tergesa, aku berlari ke kamar. Menghubungi nomor telepon kamar Andra. Dua kali tersambung, tapi tak ada yang menjawab. Aku ingat kalau tadi Andra bilang akan langsung kembali ke Bontang. Maka kucari nomor telepon rumahnya di Bontang.

"Halo? Siapa ini?" Terdengar suara seorang wanita. Setengah mengantuk.

Aku meneguk liur. "Maaf sudah menelpon malam-malam begini, Bu. Saya Inka. Begini... Saya dari Sangatta. Bisa titip pesan untuk Kak Andra?"

"Eh, siapa? Inka? Inka... oh iya, Inka. Andra kan lagi ke Sangatta, Nak. Ditunggu aja! Katanya dia mau ketemu kamu."

"Mmm... tadi udah Bu. Barusan Kak Andra pulang lagi."

"Oh, syukurlah kalo kamu sudah ketemu dia. Alhamdulillah. Ini ibunya Andra, In. Senang bisa dengar suaramu, Nak."

"Iya, Bu. Sama-sama. Inka juga senang bisa kenal Ibu."

"Inka nelpon nyari Andra ada apa? Ada yang kelupaan?"

"Iya Bu, Inka tadi lupa mau ngomongin sesuatu sama Kak Andra. Bisa minta tolong disampein ke Kak Andra, Bu? Inka pengen bicara sama Kak Andra. Lewat telepon juga gapapa. Sekalian pengen tahu Kak Andra sudah sampai atau belum."

"Oooh, pasti, pasti. Nanti Ibu sampaikan ya, In. Jangan kuatir! Begitu dia sampai rumah, ibu suruh nelepon kamu."

"Makasih banyak ya, Bu. Makasih banget."

"Iya, Sayang. Sama-sama. Lain kali kalo gak sibuk, main-main ke rumah ya! Ibu pengen ketemu kamu."

"Baik, Bu."

Telepon berakhir. Dan senyumku sudah merekah lebar. Tak menyangka kalau calon ibu mertuaku begitu ramah. Ia bahkan sudah tahu soal aku dan Andra. Senangnya mendapat restu bahkan sebelum kami bertemu.

Tapi Andra tak menghubungiku lagi. Ia mungkin lupa.

*****

 

 

Terpopuler

Comments

Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐

Langitⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈N⃟ʲᵃᵃ࿐

atau terlanjur kecewa

2022-11-15

0

merry sengkey

merry sengkey

aku tdk tega memilih andra atau azri thor..kamu buat aku bingung..

2022-02-13

0

mamih

mamih

novel yg jauh dr kata CEO ceoooo

2021-09-05

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Punggung Lelaki itu
2 Episode 2 - Di antara Pekerjaan
3 Episode 3 - Lingkaran Kehidupanku
4 Episode 4 - Suara Lelaki itu
5 Episode 5 - Pengunjung Tak Terduga
6 Episode 6 - Tanpa Siapapun
7 Episode 7 - Apa Aku Penting Baginya?
8 Episode 8 - Sulit Diucapkan, Sulit Ditanyakan
9 Episode 9 - Pengakuan
10 Episode 10 - Sejuta Rasa Cinta
11 Episode 11 - Kutukan Ulang Tahun
12 Episode 12 - Wajah Yang Menenangkan
13 Episode 13 - Hanya Seorang Teman
14 Episode 14 - Bukan Mahrom
15 Episode 15 - Antara Ratih dan Arzi
16 Episode 16 - Saat Menyenangkan Bersamanya
17 Episode 17 - Terlalu Banyak Pertanyaan
18 Episode 18 - Cemburu
19 Episode 19 - Perjalanan Singkat
20 Episode 20 - Lamarannya
21 Episode 21 - Debat
22 Episode 22 - Janji Kami
23 Episode 23 - Kenangan Masa Lalu
24 Episode 24 - Malam yang Menyenangkan
25 Episode 25 - Calon Keluarga atau Musuh
26 Episode 26 - Ikut Dia Selamanya
27 Episode 27 - Sisi Lain
28 Episode 28 - Lamaran Resmi
29 Episode 29 - Untuk Cinta Sejati
30 Episode 30 - Kemarahannya
31 Episode 31 - Hari-hari Penantian
32 Episode 32 - Berita Buruk
33 Episode 33 - Lebam
34 Episode 34 - Pengumuman
35 Episode 35 - Potongan Kenangan
36 Episode 36 - Undangan
37 Episode 37 - Perhatiannya
38 Episode 38 - Putus
39 Episode 39 - Malam yang Menakutkan
40 Episode 40 - 3 Lelaki: Cinta Tanpa Maaf
41 Episode 41 - Jatuh Cinta Tiap Hari
42 Episode 42 - Racun
43 Episode 43 - Hikmah Di Saat Sakit
44 Episode 44 - Hari Pernikahan
45 Episode 45 - Pengantin Bodoh
46 Episode 46 - Hidup yang Baru
47 Episode 47 - Seandainya
48 Episode 48 - Perjalanan ke Kampung
49 Episode 49 - Mertua
50 Episode 50 - Adik-adik yang Baru
51 Episode 51 - Anak Gembala
52 Episode 52 - Menjelang Pulang
53 Episode 53 - Waktu Untuk Menerima
54 Episode 54 - Rumah Masa Depan
55 Episode 55 - Di Antara Dua Agama
56 Episode 56 - Mengubah Desain
57 Episode 57 - Gadis Berkerudung Hijau
58 Episode 58 - Rumah Tangga
59 Episode 59 - Saatnya Bicara
60 Episode 60 - Selamat Tinggal, Sahabat!
61 Episode 61 - Kecurigaan
62 Episode 62 - Pertengkaran Pertama
63 Episode 63 - Berbaikan
64 Episode 64 - Perdebatan
65 Episode 65 - Kecelakaan Kerja
66 Episode 66 - Tamu Tengah Malam
67 Episode 67 - Kesayangan Allah
68 Episode 68 - Hadiah Dari Tammy
69 Episode 69 - Bukan Sebagai Beban
70 Episode 70 - Alasan Untuk Pindah
71 Episode 71 - Persiapan
72 Episode 72 - Terluka
73 Episode 73 - Di Antara Tragedi
74 Episode 74 - Memaafkan
75 Episode 75 - Berita Kehamilan
76 Episode 76 - Kunjungan
77 Episode 77 - Di Antara Penyesalan
78 Episode 78 - Dari Hati ke Hati
79 Episode 79 - Epilog (Andra) Janji Cinta Pertama
80 Episode 80 - Epilog (Andra) Bye, Love!
81 Preview - Welcome, Love!
82 Catatan Penulis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Episode 1 - Punggung Lelaki itu
2
Episode 2 - Di antara Pekerjaan
3
Episode 3 - Lingkaran Kehidupanku
4
Episode 4 - Suara Lelaki itu
5
Episode 5 - Pengunjung Tak Terduga
6
Episode 6 - Tanpa Siapapun
7
Episode 7 - Apa Aku Penting Baginya?
8
Episode 8 - Sulit Diucapkan, Sulit Ditanyakan
9
Episode 9 - Pengakuan
10
Episode 10 - Sejuta Rasa Cinta
11
Episode 11 - Kutukan Ulang Tahun
12
Episode 12 - Wajah Yang Menenangkan
13
Episode 13 - Hanya Seorang Teman
14
Episode 14 - Bukan Mahrom
15
Episode 15 - Antara Ratih dan Arzi
16
Episode 16 - Saat Menyenangkan Bersamanya
17
Episode 17 - Terlalu Banyak Pertanyaan
18
Episode 18 - Cemburu
19
Episode 19 - Perjalanan Singkat
20
Episode 20 - Lamarannya
21
Episode 21 - Debat
22
Episode 22 - Janji Kami
23
Episode 23 - Kenangan Masa Lalu
24
Episode 24 - Malam yang Menyenangkan
25
Episode 25 - Calon Keluarga atau Musuh
26
Episode 26 - Ikut Dia Selamanya
27
Episode 27 - Sisi Lain
28
Episode 28 - Lamaran Resmi
29
Episode 29 - Untuk Cinta Sejati
30
Episode 30 - Kemarahannya
31
Episode 31 - Hari-hari Penantian
32
Episode 32 - Berita Buruk
33
Episode 33 - Lebam
34
Episode 34 - Pengumuman
35
Episode 35 - Potongan Kenangan
36
Episode 36 - Undangan
37
Episode 37 - Perhatiannya
38
Episode 38 - Putus
39
Episode 39 - Malam yang Menakutkan
40
Episode 40 - 3 Lelaki: Cinta Tanpa Maaf
41
Episode 41 - Jatuh Cinta Tiap Hari
42
Episode 42 - Racun
43
Episode 43 - Hikmah Di Saat Sakit
44
Episode 44 - Hari Pernikahan
45
Episode 45 - Pengantin Bodoh
46
Episode 46 - Hidup yang Baru
47
Episode 47 - Seandainya
48
Episode 48 - Perjalanan ke Kampung
49
Episode 49 - Mertua
50
Episode 50 - Adik-adik yang Baru
51
Episode 51 - Anak Gembala
52
Episode 52 - Menjelang Pulang
53
Episode 53 - Waktu Untuk Menerima
54
Episode 54 - Rumah Masa Depan
55
Episode 55 - Di Antara Dua Agama
56
Episode 56 - Mengubah Desain
57
Episode 57 - Gadis Berkerudung Hijau
58
Episode 58 - Rumah Tangga
59
Episode 59 - Saatnya Bicara
60
Episode 60 - Selamat Tinggal, Sahabat!
61
Episode 61 - Kecurigaan
62
Episode 62 - Pertengkaran Pertama
63
Episode 63 - Berbaikan
64
Episode 64 - Perdebatan
65
Episode 65 - Kecelakaan Kerja
66
Episode 66 - Tamu Tengah Malam
67
Episode 67 - Kesayangan Allah
68
Episode 68 - Hadiah Dari Tammy
69
Episode 69 - Bukan Sebagai Beban
70
Episode 70 - Alasan Untuk Pindah
71
Episode 71 - Persiapan
72
Episode 72 - Terluka
73
Episode 73 - Di Antara Tragedi
74
Episode 74 - Memaafkan
75
Episode 75 - Berita Kehamilan
76
Episode 76 - Kunjungan
77
Episode 77 - Di Antara Penyesalan
78
Episode 78 - Dari Hati ke Hati
79
Episode 79 - Epilog (Andra) Janji Cinta Pertama
80
Episode 80 - Epilog (Andra) Bye, Love!
81
Preview - Welcome, Love!
82
Catatan Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!