Episode 2 - Di antara Pekerjaan

Kalau kalian mengira seorang sekretaris itu adalah seseorang yang selalu berpenampilan cantik, bersepatu tinggi, bergaya anggun dengan jari jemari lentik terawat, berbicara dengan para atasan eksklusif, turun naik mobil bermerek mewah, mengenakan barang-barang luks dari ujung kepala hingga kaki, bekerja cukup dengan menulis atau mengetik dan bergaji luar biasa.

Maka kalian sepertiku.

Tadinya aku juga berpikir seperti itu. Makanya aku mau saja saat ditawari pekerjaan ini. Mana aku tahu kalau tak semua sekretaris bisa merasakan kenyamanan seperti itu. Malah untuk jenis sekretaris seperti pekerjaanku itu jauh sekali dari bayangan.

Selama tiga bulan pertama saat aku mulai kerja sebagai staf magang, aku mulai belajar menghilangkan bayanganku itu. Dari sekretaris sebelumnya yang akan kugantikan, aku mulai mengerti. Sekretaris bukanlah pekerjaan yang mengutamakan penampilan, tapi pekerjaan yang membuat segala hal di kantor menjadi lebih efisien. Kami bertugas membantu pekerjaan semua orang, meski secara jabatan hanya ada satu atasan.

Ketika akhirnya aku resmi menjadi sekretaris Hans. Aku sudah benar-benar mengubah cara pandangku terhadap pekerjaan seorang sekretaris.

Pagi hari aku memang tampil cantik selayaknya seorang sekretaris. Sepatu hak tinggi, rok span mini dengan paduan blazer, juga wajah yang dimake-up tipis dengan rambut bob terurai cantik membingkai wajah oval dengan sisiran sempurna. Hanya aku selalu menghindari segala bentuk perhiasan, termasuk anting-anting dan gelang. Sesuai peraturan perusahaan, karena faktor keamanan, kami yang berada di lingkungan pertambangan dilarang untuk mengenakan

perhiasan berlebihan. Aku memilih untuk tidak mengenakannya sama sekali daripada repot memasang dan melepasnya lagi.

Dalam perjalanan menuju kantor, di dalam mobil yang menjemputku, biasanya aku memeriksa jadwal hari ini dalam agenda kerjaku. Memastikan semua rencana dan temu janji tidak ada yang kulupakan atau terlewat. Sesekali aku akan menuliskan segala sesuatu yang harus kulakukan untuk memenuhi jadwal itu.

Begitu tiba di kantor, maka saat itulah aku berubah. Dari angsa cantik yang anggun, menjadi si itik buruk rupa.

Sepasang sepatuku akan berubah menjadi sepasang sandal jepit karet yang usang, rambut yang tertata dengan baik itu akan segera kuikat seadanya dan make-up di wajahku perlahan-lahan akan segera terhapus ketika aku menjalankan tugas awal setiap pagi.

Setiap pagi, aku menyusuri hampir semua gedung yang ada di perusahaanku. Mulai dari store, warehouse, dan tiga workshop berbeda. Tugasku di pagi hari adalah bertemu dengan semua jajaran supervisor dan foreman untuk menerima laporan pekerjaan juga tanggung jawab mereka. Aku akan memastikan data itu, mencocokkan dengan laporan tertulis

yang mereka berikan lalu mengumpulkan semua informasi apapun yang memungkinkan jika ada masalah. Aku juga memeriksa progress dari semua pekerjaan dan proyek berjalan. Sebuah pekerjaan yang terlihat mudah, padahal untuk melakukannya aku harus berjalan kaki dari satu gedung ke gedung lain, seperti memutari lapangan bola tiga kali.

Selesai memeriksa dan mengumpulkan semua data, akupun mulai mengerjakan pekerjaan administrasi dibantu dua asistenku. Mereka berbagi tugas berbeda, yang satu khusus administrasi proyek dan yang lain menangani keuangan.

Karena kantor tempatku kerja ini hanya kantor cabang untuk proyek, maka bagian keuangan juga di bawah tanggung jawabku.

Selesai? Tidak! Pagi baru dimulai ketika Hans dan seluruh supervisor berkumpul untuk meeting pagi. Aku menjadi pembicara penengah, mengingatkan, menanyakan dan mengumpulkan semua laporan progress proyek yang mereka tangani. Biasanya satu Supervisor membawahi satu proyek utama dan lima proyek maintenance (perawatan) yang dipimpin oleh Foreman. Kalau ada yang tak terlalu pandai bahasa Inggris, tugasku bertambah menjadi interpreter mereka.

Ketika semua karyawan lapangan meluncur ke lokasi tugas masing-masing, aku memulai rutinitas pagi. Memberikan laporan pribadi pada Hans, memberitahu daftar penelepon masuk yang mencarinya, rencana temu janji hari ini, teman atau relasinya yang sedang  merayakan hari spesial. Juga menambahkan dengan berbagai informasi seputar pekerjaan, termasuk masalah yang kami hadapi.

Usai coffee break, aku dan Hans akan sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Hans akan sibuk memeriksa dan mengkoreksi lay-out desain gambar, berdiskusi ***** bengek teknik bangunan pada beberapa ahli, atau sibuk

berbicara via telepon dengan relasinya, sementara aku mulai mengerjakan pekerjaanku sendiri. Membuat aneka macam laporan yang sedari pagi kukumpulkan. Sesekali diinterupsi dengan perintah Hans untuk mengetik atau mengirim beberapa surat dan email.

Pekerjaanku tak kenal istirahat jika kuturuti. Makanya kalau Hans menerima tamu di ruang kerjanya, aku akan senang sekali. Ruang kerja kami memang saling berhubungan. Tak ada pintu pembatas. Jadi agar tamunya merasa

lebih bebas, aku biasanya keluar sejenak dan bersantai di luar. Entah berolahraga basket sebentar atau sekedar ke kantin karyawan meminta dibuatkan semangkuk mie instan.

Lapangan basket yang ada di belakang gedung kantor juga hadiah dari Hans untukku ketika aku iseng memintanya. Saat itu kami berhasil memenangkan sebuah tender setelah aku lembur semalam suntuk mengerjakan dokumen bersama tiga supervisor lain. Aku baru bekerja sekitar empat bulan dan itu lembur pertamaku. Memang bukan lapangan basket dengan ukuran semestinya, karena hanya berupa tiang berjaring dengan luas lapangan hanya separuh dari ukuran normal.

Tapi ketika aku mengira semuanya berjalan normal. Ada saja masalah terjadi. Seminggu yang lalu, salah satu supervisor mengalami kecelakaan kerja dan harus off setidaknya satu bulan pasca operasi. Pengganti sementaranya datang dari kantor pusat, ternyata belum menguasai medan proyek hingga aku terpaksa mendampinginya dan itu artinya aku harus sering ke lapangan bersamanya.

Ini yang membuatku semakin sering merasa menjadi itik buruk rupa.

Sepatu safety sedikit kebesaran harus kukenakan di luar sepatu karet yang kini menggantikan high heels, rambutku tergulung di bawah topi safety dan blazer cantikku akan terlindungi oleh rompi safety oranye norak. Debu-debu akan

beterbangan menjadi pengganti bedak selama aku berada di daratan luas dengan panas membakar di tambang batubara itu. Poni rambutku sudah tak lagi teratur, jatuh lepek karena keringat membasahi seluruh keningku.

Apalagi usai ikut mengawasi pembetonan di proyek pembangunan workshop tadi. Tubuhku seperti dipanggang di atas minyak, dibakar matahari, dan direbus oleh hawa panas concrete puluhan Mpa itu. Paket lengkap menjadi ayam eh... manusia panggang.

Hans tadi yang membawaku ke site. Setelah proses konstruksi reinforced wall selesai dan jam istirahat hampir tiba, secara tak sengaja ia melihatku berpegangan di pagar kayu sambil memijat kepalaku. Aku sempat limbung sejenak. Dalam beberapa langkah saja, Hans sudah berada di dekatku. Ia sudah hafal kondisiku kalau seperti itu. Begitu melihat Pak Pram, pengganti sementara yang ditugaskan menangani proyek ini, ia menyuruh kami segera kembali ke kantor.

Pak Pram tak terlalu tahu soal kesehatanku yang kurang baik. Aku juga merasa tak perlu menjelaskan apapun. Karena itu, wajar dia berhenti di tengah jalan untuk sholat sebentar. Sama saja. Aku juga masih bisa beristirahat tadi.

Tapi kini dalam mobil yang meluncur menuju kantor, seluruh tubuhku sudah mulai sulit diajak bekerjasama. Pusing, capek, mengantuk dan pegal-pegal. Menyatu menjadi kombinasi sempurna untuk berucap dalam hati. Ternyata mencari nafkah itu susah ya...

Mungkin Pak Pram melihat kondisiku yang begitu cepat menurun sejak kami pergi tadi pagi.

"Saya antar pulang saja ya, Mbak? Muka Mbak pucat banget," kata Pak Pram menawarkan sambil membelokkan kemudi menuju tempat parkir kantor.

"Atau kita langsung ke klinik aja?" katanya lagi tak menyerah ketika aku menggeleng.

Aku berusaha tersenyum sebisaku. "Tidak usah, Pak. Saya hanya ngantuk kok." Tepat saat itu mobil sudah berhenti di halaman parkir kantor.

Kutarik nafas dalam-dalam sebelum menghembuskan napas, berharap aku masih bisa berjalan dengan baik. Tak enak rasanya kalau dipandangi dengan iba oleh orang yang tak terlalu kukenal. Andaikan ada Papa, aku pasti sudah minta digendong oleh mereka.

Walaupun sudah berusaha berjalan sepelan mungkin, tetap saja epalaku berdenyut-denyut tak karuan. Aku bahkan tak berani mengangkat kepala karena mataku sudah mulai melihat segala hal di sekitarku berwarna merah kekuning-kuningan. Kukerjapkan mata dua kali. Berusaha melihat dengan jelas. Berhasil. Sedikit.

Aku bisa melihat Hans keluar dari pintu utama, dan ia bergerak cepat mendekatiku. Aku melihatnya. Bingung melihatnya sudah ada di kantor. Tapi aku heran melihat mata biru jernih itu melotot padaku, keningnya berkerut dan tangannya seperti terburu-buru menggapaiku. Otomatis aku ingin menangkap tangannya itu, saat merasakan arus dingin mulai menyergap ujung kakiku dan merayap naik hingga ke pipiku. Aku perlu seseorang untuk menahan tubuhku yang mendadak terasa lemas, tapi yang kutangkap malah angin dan saat mataku mengerjap sekali lagi, hanya kegelapan yang bisa kulihat.

Sayup-sayup teriakan Hans memanggil namaku masih kudengar. Juga suara-suara tak jelas ribut di sekitarku. Aku juga tahu tangan besar Hans menangkap tubuhku. Sampai di situ aku tak ingat apa-apa lagi.

******

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

pingsan krn krg mkn asupan gizi (lapar dan haus)

2024-11-10

0

martina melati

martina melati

jangan lupa pake sunblok

2024-11-10

0

martina melati

martina melati

pdhal sepatu kets ato sneaker lg nyaman dkaki ktimbang heels

2024-11-10

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 - Punggung Lelaki itu
2 Episode 2 - Di antara Pekerjaan
3 Episode 3 - Lingkaran Kehidupanku
4 Episode 4 - Suara Lelaki itu
5 Episode 5 - Pengunjung Tak Terduga
6 Episode 6 - Tanpa Siapapun
7 Episode 7 - Apa Aku Penting Baginya?
8 Episode 8 - Sulit Diucapkan, Sulit Ditanyakan
9 Episode 9 - Pengakuan
10 Episode 10 - Sejuta Rasa Cinta
11 Episode 11 - Kutukan Ulang Tahun
12 Episode 12 - Wajah Yang Menenangkan
13 Episode 13 - Hanya Seorang Teman
14 Episode 14 - Bukan Mahrom
15 Episode 15 - Antara Ratih dan Arzi
16 Episode 16 - Saat Menyenangkan Bersamanya
17 Episode 17 - Terlalu Banyak Pertanyaan
18 Episode 18 - Cemburu
19 Episode 19 - Perjalanan Singkat
20 Episode 20 - Lamarannya
21 Episode 21 - Debat
22 Episode 22 - Janji Kami
23 Episode 23 - Kenangan Masa Lalu
24 Episode 24 - Malam yang Menyenangkan
25 Episode 25 - Calon Keluarga atau Musuh
26 Episode 26 - Ikut Dia Selamanya
27 Episode 27 - Sisi Lain
28 Episode 28 - Lamaran Resmi
29 Episode 29 - Untuk Cinta Sejati
30 Episode 30 - Kemarahannya
31 Episode 31 - Hari-hari Penantian
32 Episode 32 - Berita Buruk
33 Episode 33 - Lebam
34 Episode 34 - Pengumuman
35 Episode 35 - Potongan Kenangan
36 Episode 36 - Undangan
37 Episode 37 - Perhatiannya
38 Episode 38 - Putus
39 Episode 39 - Malam yang Menakutkan
40 Episode 40 - 3 Lelaki: Cinta Tanpa Maaf
41 Episode 41 - Jatuh Cinta Tiap Hari
42 Episode 42 - Racun
43 Episode 43 - Hikmah Di Saat Sakit
44 Episode 44 - Hari Pernikahan
45 Episode 45 - Pengantin Bodoh
46 Episode 46 - Hidup yang Baru
47 Episode 47 - Seandainya
48 Episode 48 - Perjalanan ke Kampung
49 Episode 49 - Mertua
50 Episode 50 - Adik-adik yang Baru
51 Episode 51 - Anak Gembala
52 Episode 52 - Menjelang Pulang
53 Episode 53 - Waktu Untuk Menerima
54 Episode 54 - Rumah Masa Depan
55 Episode 55 - Di Antara Dua Agama
56 Episode 56 - Mengubah Desain
57 Episode 57 - Gadis Berkerudung Hijau
58 Episode 58 - Rumah Tangga
59 Episode 59 - Saatnya Bicara
60 Episode 60 - Selamat Tinggal, Sahabat!
61 Episode 61 - Kecurigaan
62 Episode 62 - Pertengkaran Pertama
63 Episode 63 - Berbaikan
64 Episode 64 - Perdebatan
65 Episode 65 - Kecelakaan Kerja
66 Episode 66 - Tamu Tengah Malam
67 Episode 67 - Kesayangan Allah
68 Episode 68 - Hadiah Dari Tammy
69 Episode 69 - Bukan Sebagai Beban
70 Episode 70 - Alasan Untuk Pindah
71 Episode 71 - Persiapan
72 Episode 72 - Terluka
73 Episode 73 - Di Antara Tragedi
74 Episode 74 - Memaafkan
75 Episode 75 - Berita Kehamilan
76 Episode 76 - Kunjungan
77 Episode 77 - Di Antara Penyesalan
78 Episode 78 - Dari Hati ke Hati
79 Episode 79 - Epilog (Andra) Janji Cinta Pertama
80 Episode 80 - Epilog (Andra) Bye, Love!
81 Preview - Welcome, Love!
82 Catatan Penulis
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Episode 1 - Punggung Lelaki itu
2
Episode 2 - Di antara Pekerjaan
3
Episode 3 - Lingkaran Kehidupanku
4
Episode 4 - Suara Lelaki itu
5
Episode 5 - Pengunjung Tak Terduga
6
Episode 6 - Tanpa Siapapun
7
Episode 7 - Apa Aku Penting Baginya?
8
Episode 8 - Sulit Diucapkan, Sulit Ditanyakan
9
Episode 9 - Pengakuan
10
Episode 10 - Sejuta Rasa Cinta
11
Episode 11 - Kutukan Ulang Tahun
12
Episode 12 - Wajah Yang Menenangkan
13
Episode 13 - Hanya Seorang Teman
14
Episode 14 - Bukan Mahrom
15
Episode 15 - Antara Ratih dan Arzi
16
Episode 16 - Saat Menyenangkan Bersamanya
17
Episode 17 - Terlalu Banyak Pertanyaan
18
Episode 18 - Cemburu
19
Episode 19 - Perjalanan Singkat
20
Episode 20 - Lamarannya
21
Episode 21 - Debat
22
Episode 22 - Janji Kami
23
Episode 23 - Kenangan Masa Lalu
24
Episode 24 - Malam yang Menyenangkan
25
Episode 25 - Calon Keluarga atau Musuh
26
Episode 26 - Ikut Dia Selamanya
27
Episode 27 - Sisi Lain
28
Episode 28 - Lamaran Resmi
29
Episode 29 - Untuk Cinta Sejati
30
Episode 30 - Kemarahannya
31
Episode 31 - Hari-hari Penantian
32
Episode 32 - Berita Buruk
33
Episode 33 - Lebam
34
Episode 34 - Pengumuman
35
Episode 35 - Potongan Kenangan
36
Episode 36 - Undangan
37
Episode 37 - Perhatiannya
38
Episode 38 - Putus
39
Episode 39 - Malam yang Menakutkan
40
Episode 40 - 3 Lelaki: Cinta Tanpa Maaf
41
Episode 41 - Jatuh Cinta Tiap Hari
42
Episode 42 - Racun
43
Episode 43 - Hikmah Di Saat Sakit
44
Episode 44 - Hari Pernikahan
45
Episode 45 - Pengantin Bodoh
46
Episode 46 - Hidup yang Baru
47
Episode 47 - Seandainya
48
Episode 48 - Perjalanan ke Kampung
49
Episode 49 - Mertua
50
Episode 50 - Adik-adik yang Baru
51
Episode 51 - Anak Gembala
52
Episode 52 - Menjelang Pulang
53
Episode 53 - Waktu Untuk Menerima
54
Episode 54 - Rumah Masa Depan
55
Episode 55 - Di Antara Dua Agama
56
Episode 56 - Mengubah Desain
57
Episode 57 - Gadis Berkerudung Hijau
58
Episode 58 - Rumah Tangga
59
Episode 59 - Saatnya Bicara
60
Episode 60 - Selamat Tinggal, Sahabat!
61
Episode 61 - Kecurigaan
62
Episode 62 - Pertengkaran Pertama
63
Episode 63 - Berbaikan
64
Episode 64 - Perdebatan
65
Episode 65 - Kecelakaan Kerja
66
Episode 66 - Tamu Tengah Malam
67
Episode 67 - Kesayangan Allah
68
Episode 68 - Hadiah Dari Tammy
69
Episode 69 - Bukan Sebagai Beban
70
Episode 70 - Alasan Untuk Pindah
71
Episode 71 - Persiapan
72
Episode 72 - Terluka
73
Episode 73 - Di Antara Tragedi
74
Episode 74 - Memaafkan
75
Episode 75 - Berita Kehamilan
76
Episode 76 - Kunjungan
77
Episode 77 - Di Antara Penyesalan
78
Episode 78 - Dari Hati ke Hati
79
Episode 79 - Epilog (Andra) Janji Cinta Pertama
80
Episode 80 - Epilog (Andra) Bye, Love!
81
Preview - Welcome, Love!
82
Catatan Penulis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!