Bawang merah

▪♡▪♡▪

Tiga hari berlalu sejak tragedi mengenaskan yang menimpa Bian. Pemuda itu akhirnya sadar sepenuhnya saat matahari sudah hampir menenggelamkan sinarnya.

Ia melihat keberadaan sang ibu sedang berdiri membelakanginya, tangannya tengah melipat beberapa lembar pakaian dan memasukannya kedalam tas.

Mata keduanya saling bertemu pandang dan membuat wanita paruh baya itu seketika meninggalkan kegiatannya untuk menghampiri Bian.

"Ya Allah, nak!. Alhamdulillah." Ucapnya berulang kali saat melihat mata Bian yang tengah berkedip menatapnya.

"Ma...

"Iya, mama disini temani Bian."

"Mama ...

"Jangan banyak bicara dulu. Mama mau telepon Kakak."

Sang ibu langsung meraih ponsel yang terletak diatas meja untuk segera memghubungi Bitha yang saat itu baru saja bersiap mengantarkan makan malam untuknya.

📲 Halo ma?."

"Kak, Bian sudah sadar. Kamu cepat kesini ya."

📲I'iya aku kesana sekarang. Mama tunggu aja, aku hubungi dokter Ibnu dulu."

Bitha pun mengakhiri panggilan sang mama dan dengan segera menghubungi dokter yang menangani Bian.

-

-

▪♡▪♡▪

-

-

Sezi tengah berada dalam ruang chat bersama Meily. Remaja itu sengaja menghubunginya untuk menanyakan apakah dirinya bersedia hadir di acara makan malam bersama saat hari ulang tahunnya yang akan diadakan besok malam.

📩Maaf, gak bisa janji. Kakak juga lagi banyak kerjaan." Balas Sezi yang sebenarnya sangat malas dan jelas tidak ingin hadir dalam acara tersebut.

Meily pun tak juga memaksakan keinginannya karena ia tahu Sezi bukanlah wanita kantoran seperti ibunya dulu yang pasti memiliki waktu luang saat malam.

"Pah, kalo si kakak beneran gak dateng gimana dong?." Tanyanya pada Doni yang juga tengah sibuk bermain ponsel disebelahnya.

"Ya gak papa, emang mau kamu gimana?." Doni melirik sekilas. "Pekerjaannya gak mudah sayang, Kan kamu tahu sendiri terapis mu pasti butuh istirahat buat ngisi tenaganya lagi."

"Iya ya, humph." Meily mengerucutkan bibirnya kecewa.

"Ya sudah, kapan-kapan kan masih bisa."

"Tapi kan Meily mau kasih tau ke semuanya."

"Kasih tau apa?."

"Calon mama Meily."

Seketika degub jantung Doni kembali berulah. Bagaimana bisa sang putri dengan santainya menyebut calon mama baru disaat ia sendiri belum tahu pasti apakah wanita itu juga menyukainya atau tidak.

-

-

▪☆▪☆▪

-

-

Keterangan dari sang dokter membuat Bian seperti berada dibawah kilatan petir. Entahlah apa yang dirasakannya kini, namun yang jelas hatinya masih tidak bisa menerima dengan lapang dada.

"Bagaimana rasanya mas Bian?." dokter Ibnu memegang sebelah kaki Bian yang tertutup oleh selimut.

Bian hanya menggeleng samar karena dirinya pun masih bingung dengan apa yang kini ia rasakan selain rasa nyeri yang menjalar disekujur tubuhnya.

Sang dokter tampak tersenyum. Ia kemudian menjelaskan jika Bian tidak akan bisa berjalan untuk waktu yang cukup lama.

"Kaki mas Bian ini retak, jadi untuk sementara waktu tidak bisa digerakan, juga ada beberapa masalah pada otot saraf dibagian lutut yang geser, yang nantinya akan kita perbaiki lebih dulu dan kemudian diterapi."

"Kira-kira berapa lama sampai saya bisa pulih kembali?." Tanyanya dengan tatapan menerawang.

"Saya sendiri tidak bisa memastikan tapi kalo untuk luka jahit saya rasa tidak terlalu lama ya mas kecuali bagian-bagian tertentu seperti kaki dan tangan yang retak dan patah, hanya saja semua itu tergantung usaha diri kita lagi. Mungkin dua atau tiga tahun, bisa jadi?. Tapi diluar dari pada itu mas Bian harus semangat agar tingkat kesembuhannya bisa lebih cepat."

Sepeninggalan dr. Ibnu, Bian hanya bisa menatap hampa seisi ruangan. Ia tak akan menyangka jika tindakan gegabahnya akan menjadikan dirinya semakin terpuruk.

Beruntung tidak ada Bitha dan Alex diruangan itu, hanya ibunyalah yang kini menemaninya karena si sulung ikut keluar bersama dr. Ibnu untuk membahas masalah operasi kelanjutan yang akan Bian jalani esok lusa.

"Bi, mama suapin ya?." Tawar sang ibu kepadanya.

"Enggak Ma." Bian memiringkan kepalanya dengan mata terpejam.

Ia mengingat dengan jelas sesaat sebelum kejadian naas itu menimpanya.

Dirinya yang berada dibelakang truck bermuatan itu merasa kesal lantaran jalannya menjadi lebih lambat dan berniat untuk menyalip dengan berpindah lajur, namun sayang pikirannya yang tak fokus membuatnya terburu-buru dan tak ingat untuk memasang sein ataupun melirik spion guna memastikan keadaan sebelum berganti lajur hingga sebuah Sport car yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah belakang itu menabraknya dan membuatnya terpental kemudian terseret hingga beberapa meter sampai menghantam pembatas jalan.

______

Lamunannya kembali buyar karena suara Bitha yang menanyakan bagaimana perasaannya kini, apakah pusing ataukah ada hal lain yang ingin ia sampaikan kepadanya.

Jujur jika sampai saat ini Bitha masih belum mengetahui alasan kepergian adik lelakinya itu sampai berujung pada musibah yang benar-benar membuatnya syok.

"Bi, kalo ada masalah ceritalah sama kakak." Bitha terlihat memelas menatap wajah pucat Bian yang berpaling darinya.

Hampir sepuluh menit tak juga ada percakapan yang terjadi didalam ruangan itu sampai tiba-tiba Bian menanyakan kabar Sezi dan membuat dua orang wanita yang bersamanya bengong bersamaan.

"Sezi?. Sezi-nya pak Gun maksud kamu?." Sang ibu justru balik bertanya untuk memastikan pendengarannya.

Bitha pun mulai bisa menebak darimana masalah ini bermula.

"Sezi baik, dia sekarang kerja dirumah sakit apa itu namanya, mama lupa yang di dekat pasar pusat."

"Apa suaminya juga orang sana?." Tanyanya

"Suami?." Sang mama terlihat berfikir lalu berkata jika Sezi belum menikah dan membuat pemuda itu menoleh seketika.

Bitha memperhatikan bagaimana perubahan rona diwajah adiknya itu yang awalnya lemas menjadi sedikit berwarna karena ucapan sang ibu.

"Sebenarnya ada masalah apa sih diantara kalian." Bitha terlihat begitu kesal namun tidak dengan ibunya yang justru bingung mendengar kata-kata putrinya.

"Masalah?. Emang bener Bi kamu lagi ada masalah sama Sezi?." Tanya ibunya dengan wajah penuh kehawatiran.

Bian kembali memalingkan wajah seolah enggan untuk menjawab pertanyaan dua wanita spesial dalam hidupnya yang terlihat begitu penasaran.

"Bi?." Bitha masih mencoba untuk meluluhkan hati si bungsu yang benar-benar membuatnya kesal.

Satu menit ...

Dua menit ...

lima menit ...

Delapan menit ...

"Aku ... mau minta maaf." lirihnya tanpa menoleh kearah Bitha dan ibunya yang masih tidak mengerti dengan kalimat yang ia buat.

"Maksud kamu?." Tanya Ibu dengan wajah bingung.

"Kamu salah apa?." Bitha begitu penasarannya dengan alasan Bian yang hanya menjawab setengah-setengah.

"Kamu udah merawanin dia?." Sang Ibu begitu tak kuasa untuk terus menerka jawaban si bungsu yang tak kunjung menjawab.

"Mama apaan sih, mikirnya kejauhan." Bitha semakin kesal setelah mendengar ucapan spontan ibunya sendiri.

"Ya abisnya dia bikin mama bingung."

..........

"Waktu itu dia datang ke kantor, nyamperin di jam makan siang." Kalimat Bian terhenti.

"Terus?." Ucap dua wanita itu secara bersamaan.

"Aku memakinya..............menghina......... lalu......... mengusirnya." Ucap Bian perlahan namun pasti.

Bitha dan ibunya cukup syok mendengar bagaimana si bungsu mengakui kesalahannya yang menurut mereka benar-benar kejam tak berhati.

"Kakak gak nyangka kalo kamu bisa sekejam itu sama dia Bi." Bitha sebisa mungkin menahan amarah untuk tidak memukul kepala si pasien yang baru saja tersadar dari komanya.

Berbeda dengan Bitha, sang ibu justru terlihat lesu. Wajah tua itu tampak sekali kecewa dengan kelakuan putra sematawayangnya terhadap seorang wanita yang tak lain adalah tetangga mereka dikampung.

.

.

.

tbc.

🐛

Gaes, moon maap ya kalo ceritanya sedikit bikin boring,

tapi demi kalian pembaca setia tulisan otor, otor akan usahakan Up sampek selesai, 😙

tenang, episodenya gak sampek ratusan. Biar gak bosen dan bisa cepat ganti cerita.

🐛nut-nut lop kalian gaes💕

Terpopuler

Comments

ana Imaa

ana Imaa

suka ko ceritanya bagus,terasa natural

2022-11-25

0

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

aduh....ko q ky g rela sezi ma bian nntiy....soaly bian dh klewatan ngomongiiiin sezi lont*😠😠😠😠 mending sm papa y meily......bbng duda🤣🤣🤣🤣🤣

2022-08-26

0

Nurlaila Ginting

Nurlaila Ginting

terapis nya sezi aja

2022-07-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!