☆▪☆▪☆
Suara bising kendaraan bermotor memenuhi pagi kedua wanita berseragam yang tengah menapaki trotoar dengan langkah panjang mereka agar bisa sampai ditempat tujuan sepuluh menit lebih cepat.
"Sarapan dimana Sez?."
"Bubur yang didekat gerbang aja. Enak tuh kayaknya."
Keduanya lantas mempercepat langkah mereka agar tidak kehabisan sarapan bubur ayam yang menjadi incaran semua orang itu.
*****
"Bi, kerja enggak?." Tanya Bitha kepada adiknya yang terlihat bermalas-malasan bersama keponakan tersayang.
"Kerjalah, tapi entar jam sebelas." Bian dengan santainya meraih toples keripik yang bertengger manis diatas meja.
"Anterin ya."
"Jam berapa?." Ucapnya dengan mulut yang sibuk mengunyah.
"Bentar lagi, kakak siap-siap dulu." Bitha berlalu dari pandangannya.
"Zhian ikut ya om!." Ucap si tampan bertubuh mungil itu sembari memasukan beberapa mainan favoritnya kedalam tas.
***
Lima belas menit dan Bitha sudah siap dengan outfitnya untuk pergi bekerja.
Dengan menggunakan mobil miliknya, Ia dan Bian berlalu meninggalkan rumah, tak lupa pula Zhian yang terlihat menguap berkali-kali dibangku penumpang.
Tiba di area dropzone Bitha segera mengambil perlengkapannya lalu menggandeng sang anak yang masih sibuk dengan rasa kantuknya.
"Pulangnya jemputin ya?." Pinta Bitha kembali saat mobil yang di kendarai Bian hampir melaju.
Namun siapa sangka jika Bian akan bertemu dengan orang yang sama seperti sebelumnya yang membuatnya begitu penasaran dan hampir saja menabrak sebuah taksi malam itu.
Bian memperlambat laju mobilnya saat melintasi kedua wanita yang tengah melangkah sembari asik bercengkrama diatas paving block.
Tak begitu jauh dari mereka, Bitha juga tengah memperhatikan interaksi keduanya. Mobil yang melambat menjadi pertanda jika sebenarnya memang ada sesuatu yang terjadi diantaranya.
Bian berharap jika Sezi akan menyadarinya namun ia salah, justru Endahlah yang menoleh sesaat kearahnya karena wanita itu merasa aneh saat mobil mungil itu berjalan lambat disebelah mereka.
"Ganteng Sez!." Pekik Endah tertahan.
"Paan ganteng?."
"Yang barusan lewat!."
"Ngawur kamu!. Laki orang Endooyyy!."
"Sok tahu!. Aku loh yakin bukan!."
"Kalo beneran gimana?. Mau kamu jambak-jambakan sama ceweknya?. Gak kelas banget!."
Keduanyapun tertawa bersama membayangkan bagaimana mereka akan berperang dengan sesama wanita hanya karena seorang pria tak dikenal.
***
Sepanjang perjalanan ke kantor pikiran Bian menjadi tidak fokus. Ia memarkirkan mobil Bitha kemudian membawa ransel miliknya sembari menenteng satu kotak lain berisikan kertas sampel.
Hampir saja ia menabrak tubuh Rina yang berpapasan dengannya saat akan menaiki anak tangga.
"Mas Bian ngelamun ya!." Rina terkekeh karena mendapati sosok pria tampan dikantornya itu sedang dalam keadaan low.
"Oh, sory." Bian merasa tak enak hati karena hampir membuat wanita itu terjatuh karena kesalahannya.
Pria itu berlalu setelah meminta maaf kepada Rina. Sedangkan wanita itu sendiri masih berada dibawah anak tangga karena sejumput rasa khawatirnya akan keadaan Bian. Ya, Rina memang menaruh hati pada pemuda itu yang tak lain adalah adik ipar dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja hanya saja mereka yang bekerja disana masih tidak ada yang mengetahui status itu selain Bian dan Alex sendiri.
*****
Sezi dan juga ke empat orang lainnya tengah disibukan dengan kegiatan mereka masing-masing setelah mendapatkan briefing sebelumnya. Tak salah jika ia memilih untuk menjadi seorang terapis yang mengharuskan mereka untuk memiliki tingkat kesabaran lebih besar dan juga ketahanan fisik karena harus membantu para pasien menopang tubuh atau hanya sekedar membantu mereka untuk duduk kembali dikursi roda dan masih banyak lagi hal lainnya.
"Gak sia-sia bre punya badan gede." Diki menyenggol lengan Sezi dengan pundaknya.
"Oh jelas, buat ngebanting kamu aja aku masih sanggup." Balasnya dengan alis terangkat.
"Mantab kau mak." Miftah memberikan dua jempolnya untuk Sezi.
Memang jika dibandingkan dua wanita yang bersamanya tubuh Sezi jelas lebih unggul baik dari tinggi dan juga bentuknya meski telah ditutup sekalipun orang yang gemar berfikiran mesum pasti akan dengan mudah untuk memvisualisasikannya.
"Eh, abis ini kita dapat pembagian jatah piket ya?." Tanya Miftah dengan melipat bibirnya kedalam.
"Iya, aku berharap dapat ditempat manula aja lah." Ucap Endah dibarengi dengan anggukan dari Miftah, sedangkan Sezi memilih untuk fase anak-anak. Karena menurutnya akan lebih menarik untuk membantu mereka berlatih.
Dan benar saja, pembagian mereka sesuai dengan harapan keduanya, namun tidak dengan Sezi yang justru tergabung bersama Diki dan Ilham.
"Ni maksudnya apa coba?."
"Ya elu gabung sama terapis dewasa."
"Ajuin aja lagi, kali aja bisa pindah." Saran Ilham yang kemudian ditolak oleh Sezi.
"Gak papa juga sih, cuman kurang asik aja gitu naanganin orang gede. Masih lebih menantang bocil."
"Yah elu mah pilih-pilih, padahal kemaren bilang semua pasien sama aja."
Sezi berdecak kesal karena Diki mengingatkan kata-katanya sendiri. "Ya kan aku cuman bilang kurang asik aja Deeekkkeeeeee!!. Ugh gemes deh sama kamu, lama-lama tak pites juga ni!."
"Ya udah, yok jalan!." Ilham menengahi keduanya, sedangkan dua wanita lainnya telah berlalu mengikuti pembimbing mereka masing-masing.
*
*
*
Bian masih menatap layar macbook miliknya dengan fokus mata mengamati deretan angka yang menempel lekat diatas setiap curva.
"Astaghfirullah." Ia mengusap wajahnya kemudian memutuskan untuk mencari angin diluar kantor sebelum jam pulang praktek sang kakak tiba.
"Mau kemana cul?." Rudi menghadang langkah Bian yang akan menuruni anak tangga.
"Cul, cul, cul, Bian!. Abian, kenalan dulu kalo belum tahu namaku." Sang lawan justru terbahak-bahak karena tampang sebal Bian yang terlihat lucu namun tetap tampan disaat bersamaan.
"Loh bukannya panggilan mu ucul ya?."
"Terusin aja manggil cul, aku gak bakalan noleh abis ini."
"Ceilaaa merajoookk lah dia." Rudi malah semakin berulah dengan menowel dagu Bian si macan garang.
"Astaghfirulloh Rudi! jijik!."
"Elu ganteng banget sih boy...euuyyy!."
"Gak usah colek-colek gitu juga!. Aku laki bangs*t!!!."
Dua pria itu kemudian berlarian kehalaman parkir untuk menghajar satu sama lain karena ulah Rudi si usil."
▪▪▪▪▪
Pukul tiga sore dan Bitha telah menyelesaikan urusannya dirumah sakit. Ia mengajak Zhian untuk menunggu jemputan mereka dikantin rumah sakit.
Setibanya didalam ia mendapati Sezi bersama dua orang pria yang berpakaian sama dengannya.
"ante Eciiii..!!!." Putra Bitha lebih dulu mengenalinya dari pada sang mama sendiri yang masih asik menerima telepon.
"Heiii!!!." Sezi merentangkan tangannya untuk mendekap tubuh mungil Zhian.
"Ganteng banget Sez, anak siapa?." Ilham berbisik disebelah.
"Noh emaknya!." Bitha menunjuk keberadaan Bitha dengan dagunya.
"Anak asuh elu ape gimane?." Ucap Diki sembari menowel pipi Zhian yang terlihat sedikit bersemu karena pengaruh hawa panas diluar ruangan.
"Keponakan jalur temen kakak." Jawabnya santai.
"Sezi!." Bitha mendapati jika anaknya telah menemukan tante cantiknya berada ditempat yang sama. "Istirahat?, atau sudah kelar?."
"Nunggu jam pulang, kakak ngapain malah ke kantin? bawa bocil ini lagi?."
"Ngemil sore dulu sebelum pulang sekalian nunggu jemputan." Jawabnya tanpa ada yang disembunyikan. "Ayo sayang kita pesan dulu. Tante Eci mau santai juga sama temennya." Ucap Bitha kepada Zhian yang tengah mengitarkan pandangannya kepada dua pria yang sejak tadi mengusili dirinya.
Keduanya berlalu untuk mencari spot di bagian pojok ruangan dengan dua buah sofa double sebagai alas duduk mereka.
dua puluh menit dan Bian akhirnya tiba dikantin tempat sang kakak dan keponakannya menunggu.
Awalnya pemuda itu sama sekali tak menyadari keberadaan Sezi ditempat yang sama sampai ketiga manusia yang juga duduk tak jauh dari mereka berdiri hendak meninggalkan kursi kantin.
"Kak Bitha, kami duluan!." Sezi melambaikan tangannya dan kemudian berlalu tanpa melihat kearah Bian sedikit pun padahal posisi pria itu berada tepat didepan Bitha yang artinya wanita itu memang sengaja untuk tidak melihatnya.
.
.
.
tbc
-
-
-
Buat readers ku, makasih ya udah mau mampir dimari.
mon maap otornya lama gak up, 😫
otor sibuk ama realita ciin, 🐛
semoga kalian sehat selalu ya, amin.😢👍
🐮
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Reni Apriliani
Aamiin. semoga othornya juga sehat selalu. semangat thor ❤
2022-07-05
1