☆▪☆▪☆
Sezi tiba dikediaman sarah tepat pukul sembilan malam. Ia sengaja memilih penerbangan malam karena merasa tak enak jika harus terlalu lama berada dirumah sang kakak terlebih dengan keberadaan Ibram yang notabennya adalah saudara ipar.
Ia berniat untuk singgah selama semalam saja dan kemudian pindah ke kamar kos yang telah disewanya bersamaan dengan temannya, Endah.
Setibanya di rumah Sarah ia langsung menempati kamar tamu yang telah disediakan untuknya.
"Yakin mau ngekos aja?."
"Iyalah, ya kali mau numpang disini kaya benalu!."
"Ya kan kamu bisa bantu nyuciin bajunya Bara." Ucap Sarah sembari terkekeh diambang pintu.
"Dih!. Ogah banget. Kakak aja gak mau nyuci!."
"Ya makanya kamu aja yang nyuciin."
"Hoooeeekkk!."
Percakapan tak bermutu itu berakhir dengan tertutupnya pintu kamar tamu dimana Sezi tengah bersiap untuk menyelami alam mimpinya.
*****
Pagi menyapa si cantik dengan seragam dinasnya yang begitu pas melekat ditubuh indahnya.
"WOOOOOWWW!!!. Tuan kanjeng ratu kita akhirnya keluar dari sarang dek ... !!!." Ibram bertepuk tangan sembari tertawa bersama Bara, yang kini sudah duduk dibangku TK.
"Sarang!, sarang!, sarang!. Apaan sih abang ni, emang kita curut, sarang!." Sezi berdecak kesal karena ulah dua titisan wirosableng yang gemar mengolok-olok dirinya itu.
"Kalian bertiga kalo sudah duduk dimeja makan jangan pada ngoceh!. Liur kalian itu muncrat semua keatas makanan, ngerti!." Sarah terlihat seperti ibu kantin yang tengah memarahi anak-anaknya karena telah menghambur makanan mereka.
"Mamah juga ngomongnya diatas meja." Bara dengan polosnya berkata yang langsung menyadarkan mereka atas kesalahan sang nyonya dirumah itu. Tawa mereka pun akhirnya pecah bersamaan dengan mengerucutnya bibir Sarah karena ucapan anaknya sendiri.
*****
"Ya udah, hati-hati ya. Inget jaga diri, jaga pergaulan, lihat-lihat temen kalo mau ngumpul. Anak-anak disini gak sama kaya dirumah (daerah mereka berasal)." Pesan Sarah kepada adik sematawayangnya sebelum akhirnya meninggalkan gadis itu di depan kos bersama Endah, temannya yang berasal dari kampung sebelah.
******
"Kakak mu tinggal disini udah lama?." Tanya Endah.
"Udah lumayan, dia kuliah disini, kerja disini terus nikah juga disini." Jelas Sezi mengenai riwayat Sarah.
"Wah, enak ya. Jodohnya juga orang sini." celetuk Endah dengan mimik polosnya.
"Dimana-mana tu dapet jodoh enak kalo yang sejalan ama kita, saling pengertian dan perhatian." Sezi merasa malas jika harus membahas masalah jodoh karena pasti ingatannya akan kembali pada pria bermulut pedas itu.
"Ah terserah yang punya takdir ajalah aku." Endah menyerah dengan angan-angannya.
Keduanya lantas memasuki kamar kos hanya untuk menaruh barang-barang bawaan mereka ditempat yang telah mereka sewa untuk beberapa waktu kedepan.
"Kita naik angkot dari sini lumayan buang uang ya sebenarnya. Coba deh lihat menara yang kelihatan dari sini, itu menara bank biru yang pake pita kuning itu kan?." Endah tampak mencermati lika-liku perjalanan yang akan mereka lalui.
"Iya Ndah, tapi kalo mau jalan kakinya sekarang jelas terlambat kita. Dahlah naik OmJeg aja biar gesit." Sezi masih merasa malas jika Endah mengajaknya berjalan kaki, belum lagi waktu mereka yang mepet dengan jam pertemuan.
"Yuk lah!." Sezi mengajak Endah saat dua buah motor dengan mas-mas berjaket merah menghampiri mereka.
"Sesuai aplikasi ya mbak." ucap si pengendara sebelum akhirnya melaju membelah jalan pemukiman padat penduduk yang berada tak jauh dari lokasi rumah sakit dimana mereka akan melakukan pelatihan pengembangan kemampuan dalam merawat pasien.
▪▪▪▪▪
Dipagi yang sama dengan lokasi berbeda,
Bian baru saja merampungkan laporan akhir minggunya yang akan dipresentasikan siang nanti.
"Bi, gak ngantor?." Tanya sang kakak saat melihatnya tengah asik berselonjor ria memangku laptop diatas sofa malas dekat kolam renang.
"Ngantor tapi nanti siang."
"Anterin kakak bentar ke rumah sakit ya?." pinta Bitha dengan senyum manisnya yang jelas dibuat-buat.
"Sama abang ajalah, aku males balik lagi kerumah bawa Zhian."
"Zhian nanti ikut kakak aja praktek, gak lama juga kok." Bitha menjelaskan perihal anak lelakinya yang kini masih berada di sekolahnya.
"Terus aku harus ngapain selama dua jam kurang?." Pria itu terlihat sangat malas untuk memikirkan kekosongan waktu setelah mengantarkan sang kakak. "Pulang macet!. Ke kantor pun kecepetan, meetingnya jam satu." Bian berdecak malas.
"Ya ampun Bi, kamu kan bisa ngapain kek, ngafe apa ngemall, apa tepe-tepe di kantin rumah sakit. disana banyak nurse yang cantik loh jangan salah." Bitha bagaikan sales promotion mom yang tengah mengajarkan anaknya untuk tebar pesona.
"Emang aku cowok apaan!. Tepe-tepe kaya gak laku aja!." Kesalnya sembari beranjak dari sofa malasnya untuk bersiap mengantarkan Bitha ketempat tujuan.
☆○☆○☆
"Ya ampun Sez, luas banget sih ini rumah sakit!. Bisa copot tungkai kalo seharian mondar-mandir."
"Bayanganmu jauh banget sih Ndah, ngapain coba sampe mikir tungkai copot segala?. Jelas-jelas tiap pos ada tugasnya masing-masing."
"Alatnya juga modern banget." Ucapnya kagum.
"Ya iyalah Endoooyyy aduuh, ini tuh rumah sakit pusat rujukan yang pastinya dia punya kelebihan dan juga alat-alat kekinian. Capek aku lama-lama dengerin kamu wah weh woh dari tadi." Sezi mempercepat langkahnya menuju paviliun tempat mereka ditugaskan, meninggalkan Endah dengan rasa kagumnya akan rumah sakit besar itu.
"Sez?. Tunggu, Sezi!."
"Ogah!."
"Oiii dorothy!."
"Berisik Endooyy!. Cepetan!!!."
*
*
*
Hatchback milik dokter perempuan itu tiba tepat waktu diparkiran rumah sakit dengan seorang pemuda tampan tengah duduk dibalik kemudinya, Bian.
"Kakak pulang sama abang kan?." Tanyanya dengan wajah jutek.
"Iya, tapi kemungkinan malem baru sampe rumah. Soalnya ada acara makan malem di tempat Ibram." Jelas Bitha sembari memperhatikan emosi yang ditampilkan wajah adik lelakinya itu.
"Ya udah." Responnya santai seolah ingin mengatakan jika ia juga tidak masalah sekalipun sang kakak tak pulang kerumah dan meninggalkannya pergi holiday bersama sang suami.
Bitha begitu gemas dengan ekspresi adik lelakinya itu. Ingin sekali ia menjambak rambut hitam dengan gaya relaxed quiff miliknya yang selalu terlihat tampan meski belum mandi sekalipun.
"Paan melotot gitu?." Bian yang merasa aneh dengan tatapan sang kakak pun bertanya dengan dahi terlipat.
"Pengen jambak rambut kamu!."
AWW!!!.
Secepat itu pula Bitha meninggalkan si judes dengan wajahnya yang terlihat semakin kesal dan juga bingung sembari mengusap kepalanya yang pedis karena ulah Bitha. "Apa sih!. Makin aneh aja." Gumamnya dengan nada kesal.
***
Sezi dan Endah tampak serius menyimak penjelasan yang diberikan oleh pembimbing mereka didalam ruangan dengan tiga orang pasien yang telah bersedia membantu pelatihan mereka sebagai fokus utama.
"Wah kalo gini sih berarti harus sesuai gender ya?." Gumam Endah yang masih bisa didengar oleh Sezi.
"Dih, kok pilih-pilih. Sama aja Ndah semua juga pasien, mau cewek ataupun cowok."
"Mending kalo dapatnya yang muda, lah kalonya dapet yang tua?. Mau ape lu??!!."
"Yang tua lebih menggoda." Sezi menjentikan ibu jari dan telunjuknya kemudian mengusap sisi tubuh seksinya mulai dari pinggang hingga ke panggul dan seketika mendapat sabetan tangan dari wanita disebelahnya.
"Gendeng kamu!." Endah terkikik menahan tawanya sendiri karena kata-kata dan kelakuan Sezi yang terlalu berani.
"Kamu juga mikirnya ngawur." Sezi membalas ucapan Endah sembari menahan rasa geli diperutnya karena refleknya sendiri.
.
.
.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Mimin Switnawati
memang ceria sezy..bikin hidup novelnya
2022-07-28
1
Reni Apriliani
semangat Sezy dan Endah 😍
2022-07-05
2
Rafa Aqif
lanjuuutttt
2022-07-04
1