☆▪☆▪☆
Di kota berbeda,
Sezi baru saja selesai membersihkan dirinya kemudian bersiap untuk menghadiri acara sang sepupu setelah sebelumnya membantu beberapa pekerjaan dirumah si calon mempelai wanita dengan bentangan tenda berwarna emas tersebut.
"Sez, udah dibungkusin belum kadonya Bitha?." Tanya Sarah dari luar kamar.
"Udah dong!." Sezi membuka pintunya untuk Sarah, disusul Bara yang juga mengekorinya masuk kedalam kamar.
"WoW!. Mama ini kotaknya bagus banget!." Bara meraba kotak berdiameter lima puluh inci dengan balutan kertas kado bergambar bunga sakura dihadapannya.
"Punya tante Mayang, boy!." Sezi mencubit gemas wajah tampan Bara sampai membuat anak lelaki itu mengaduh disertai pukulan yang mendarat tepat ditubuh Sezi.
"ADDUHHH!." Sezi terkejut mendapati serangan tiba-tiba tersebut dan pastinya tak kalah cepat dari si kecil Bara yang sudah melesat meninggalkannya dengan tawa menggelegar.
...
"Siapin aja didepan kamar, nanti biar diangkat ayahnya Bara." Ucap Sarah sebelum meninggalkan kamar Sezi.
"Oke!. Mama udah siap belum?." Tanya Sezi kepada sang kakak.
"Belum, masih gosokin baju ayah."
"Loh, padahal kemarin sudah aku siapin sama baju seragam ibu-ibu." Tutur Sezi sembari mengoleskan alas bedak disisi wajahnya.
"Katanya bapak-bapak yang terima tamu pake baju warna hijau sedangkan ibu-ibunya pake warna Pink."
"Lah!. Kirain bakal disamain laki - bini."
"Mungkin biar lebih serasa ditaman bougenville."
"Yang penting dombanya kang Jarwo gak sampek lepas aja sih."
Sarah dan Sezi terbahak-bahak membayangkan bagaimana banyaknya domba milik tetangga mereka itu jika dilepas liarkan dan akan melahap apa saja yang ada disekitarnya.
-
▪▪▪▪▪
-
Bian memacu motor matic bulugnya membelah jalanan kota yang sebenarnya sedikit lengang karena berada di jam kerja. Hanya saja perjalanan kali ini sedikitnya terasa lebih mengesalkan karena dirinya harus berada di belakang sebuah truck bermuatan bawang yang berjalan cukup santai dilajur kiri.
Ia yang sedang berkendara justru tidak fokus dengan sekitar. Pikirannya seolah hanya dipenuhi dengan Sezi yang terus menerus membuat rasa bersalahnya tak kunjung hilang meski matanya menatap Rina maupun perempuan lain yang ada disekitarnya hingga,
BRRAAAKKK!!!!!!
Kejadian itu terjadi begitu saja, sangat singkat.
Ketakutan dan kepanikan menghampiri setiap mata yang melihat kejadian mengerikan itu. Bunyi klakson dari sport car yang membentur sisi jalan menjadi musik pengiring luka yang begitu menyeramkan untuk didengar.
Jeritan dari para pengguna jalan saling bersahutan kala melihat tubuh pemuda itu terseret hingga beberapa meter dan berhenti karena menghantam pembatas semen yang memisahkan jalan dari kedua arah setelah sebelumnya sempat melambung keudara sepersekian detik.
Pemuda itu tergeletak tak sadarkan diri dengan kondisi yang begitu mengenaskan saat para pengguna jalan berkerumun menghampiri tubuhnya.
"HIDUP!."
"MASIH HIDUP!."
"Denyutnya lemah!."
"Medis, medis, panggil medis!
"Cepat cepat telepon petugas!."
Orang-orang terlihat berkerumun tanpa bisa berbuat apa-apa sembari menunggu petugas tiba. Sedangkan disudut trotoar terdapat beberapa pria memegangi sang pengendara mobil yang menabarak Bian.
Pria itu masih tampak syok dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Wajahnya terlihat masih sangat muda dengan perawakan sedikit lebih kecil dibandingkan orang-orang disekitarnya.
Mobil Sport belogo kuda jingkrak itu tak lagi memiliki bentuk yang sempurna seperti sebelumnya. Bagian depannya sudah melesak ketengah dengan pecahan kaca yang berserakan dilokasi kejadian.
.
.
.
Bitha yang ketika itu berada di dalam poli langsung saja berdiri meninggalkan tempat duduknya saat Alex tiba-tiba menghubunginya dengan berita naas sang adik.
📲Bian kecelakaan, sekarang lagi diperjanan ke rumah sakit Jhon H.
Jhon H. merupakan rumah sakit terdekat dengan lokasi kecelakaan lalulintas yang dialami Bian.
Sepanjang perjalanan Bitha berusaha agar tetap fokus dalam berkendara meski matanya telah basah sejak beberapa menit lalu. Ia ditemani Zhian yang saat itu baru saja diantar oleh maid yang biasa menemaninya saat disekolah.
"Mbak Mini aku titip Zhian dulu ya." Ucap Bitha sebelum melangkahkan kakinya keluar mobil.
"Baik bu."
"Zhian yang baik ya nak. Mama pergi lihat om Bian dulu."
"Oke mama."
-
-
******
Sezi terlihat begitu memukau dengan kebaya kutu barunya. Kesan seksi masih saja terlihat meski sebagian telah tertutup dengan rapih.
"Loh, ya ini namanya nyaingi manten!." Seru Mayang yang saat itu tengah di rias oleh MUA.
"Nyaingi-nyaingi. Ini namanya usaha."
"Usaha apa?."
"Usaha merebut suami orang."
"Yo ojo!. Duso kuwi jenenge!." (Dosa itu namanya)
"Lah abis udah dandan cetar gini tetep gak dapet gandengan juga."
"Sabar Sez, entar dapetnya yang spek international. wes toh tak doa in." Ucap MUA yang tengah merias Mayang.
"Diaminkan opo ora iki doane?." Tanya sang mempelai wanita.
"Terserah kalian ajalah. Kesel telinga ku rek!."
Sezi segera pergi meninggalkan kamar sepupunya menuju tempat dimana akad akan segera dilaksanakan.
Terlihat keramaian para tamu yang tak lain adalah kerabat dari kedua belah pihak untuk menyaksikan jalannya ijab qobul.
*
*
Sezi benar-benar menyamankan dirinya ditengah-tengah keramainan dengan berbagai pertanyaan yang muncul setelah janji suci sang sepupu terucap sah dihadapan para saksi.
Pesta semakin ramai kala hari menjelang siang dan Sezi memutuskan untuk pulang lebih awal karena ia sudah tak tahan dengan rasa gerah yang menyelimuti tubuhnya.
"Bara mana?." Tanyanya pada Sarah saat melihat ibu beranak satu itu berlari kecil menyusulnya.
"Gak mau pulang. Masih asik makanin jajan sama ayahnya."
"Weh!. Ndak bisa memang mereka di ajak kondangan!."
"Iya, emang gitu setiap kali dapet undangan hajatan. Mereka pasti ngajakin datang cepat terus pulangnya belakangan." Keluh Sarah sembari menyingsingkan rok kebayanya yang sedikit sempit saat digunakan untuk melangkah.
"Untung ditempat sodara sendiri." Sezi tertawa dengan kelakuan ipar dan juga keponakannya yang suka sekali dengan acara makan-makan.
***
-
-
Langit senja sudah mulai pudar dan berganti dengan gelapnya malam.
Bitha berjalan mengikuti brangkar yang membawa Bian menuju ruang ICU. Pemuda itu masih tak sadarkan diri karena kondisinya yang kritis. Sedangkan Alex, ia tengah menunggu hasil olah TKP dari pihak berwajib.
"Ya Ampun Bi, Kok sampe kaya gini sih kamu." Bitha menahan tangisnya agar tak pecah saat menyentuh lengan pemuda itu yang dipenuhi luka memar dan juga robekan akibat benturan serta gesekan saat insiden terjadi.
Tak beberapa lama Alex pun menghubunginya dari luar ruangan steril itu.
"Kamu istirahat aja sama Zhian, kasian Mini dari pagi jagain dia dan belum ada istirahat. Aku udah pesan Hotel diseberang, kamu tinggal chek in aja sama Mini."
"Tapi kak, mama gimana?." Ucapnya ragu dengan lelehan bening yang terus mengalir membasahi kedua pipinya.
"Besok aja aku yang kasih tau. Lagi pula ini juga udah malam, gak bisa juga mereka kesini mendadak. Takutnya malah jadi pikiran mereka." Jelas Alex sembari memeluk tubuh sang istri.
Bitha akhirnya mengangguk dan setuju untuk membiarkan Alex menggantikannya menemani Bian setelah menjalani pemeriksaan pertamanya karena masih akan ada operasi susulan yang akan dilakukan setelah kondisinya memungkinkan.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
ana Imaa
nanti ditrafis nya sama sezi kah ? biar bisa cepat sembuuh😉😉
2022-11-25
0
Reni Apriliani
Yaa Alloh, Bian smoga kamu selamat ya,
2022-07-06
1
Lilik Rudiati
semoga selamat ya Bian ...
2022-07-06
0