Bawang merah

☆▪☆▪☆

Untuk pertamakalinya dalam hidup seorang Abian Khayr diliputi rasa bersalah yang tak kunjung membaik setelah melalui waktu tiga tahun lebih dan kini ia berusaha mendapatkan ketenangan itu kembali meski jalannya tak akan semulus dan semudah lisannya ketika berucap.

-

-

***

Bian baru saja akan mengisi perutnya pada pukul satu siang setelah menunaikan kewajibannya berjamaah, namun geraknya harus tertahan kala seorang wanita lebih dulu memanggil namanya.

"Mas Bian, mau makan siang?." Rina terlihat menenteng sebuah tas karton ditangannya yang siap diberikan kepada pemuda itu dengan senyum malu-malu.

"Iya, sama si Rudy. Mau nitip sesuatu?." Tawar Bian tak acuh sembari merapikan lembaran kertas yang berhambur diatas meja kerjanya.

"Enggak. Aku cuma mau ngasih ini." Rina meletakan bungkusan yang semula dibawanya ke atas meja Bian dan pergi begitu saja tanpa keterangan sedangkan pria itu sendiri hanya melirik sekilas tanpa niat bertanya ataupun berterimakasih.

"Cieee ... yang dapet bungkusan." Rudy langsung menggoda saat tubuh Rina menghilang dibalik tangga.

"Berarti batal dong makan siang kita?." Rudy dan Mahesa saling senggol untuk menggoda si judes yang baru saja mendapat sesuatu dari teman sekantor mereka.

"Tetap jadilah." Bian menyimpan lembaran ditangannya kebawah meja dimana tumpukan binder file tersusun rapi.

"Lah terus tu bungkusan mau lu apakan?. Apa mau lu anggurin gitu aja?." Tanya Mahesa.

"Emang dalemnya apaan?." Rudy terlihat begitu penasaran dengan isi didalamnya.

"Entar gue intip dulu." Mahesa mengeluarkan kotak berbahan plastik dari dalam totebag lalu menarik pengait yang mengunci tutupnya.

"Beehh!. Yang manis bro, tapi bukan gullaaaa ... !."

"Mulut Rud, mulut. Orangnya masih disebelah gak usah pake ngeledek gitu." Bian sungguh kesal dengan tingkah pria bernama Rudy karena tak bisa menjaga privasinya. "Buruan gih, laper!." Ketusnya dan berlalu lebih dulu meninggalkan Mahesa yang masih sibuk mengembalikan kotak makanan itu kedalam kantong.

***

-

-

-

Hari ini adalah pertemuan Sezi dengan Meily untuk kedua kalinya. Namun kali ini remaja itu tidak bersama si mbak yang biasa mengantarkannya melainkan seorang pria dewasa yang Sezi bisa tebak jika itu adalah duda yang dimaksud oleh Cia.

"Kak Sezi!." Suara Meily melengking memenuhi koridor tempat Sezi bertugas.

Mendengar itu Sezi dengan segera menaikan jari telunjuknya kedepan bibir sebagai isyarat bahwa Meily tak boleh berisik saat melintasi koridor yang memiliki banyak ruang disamping kanan dan kirinya.

Gadis itu langsung membekap mulutnya sendiri, disertai kikikan karena ia lupa jika mereka berada di area bebas berisik.

"Pah, cantikan?." Meily benar-benar tak bisa mengontrol rasa penasarannya mengenai tanggapan sang ayah tentang wanita yang semalam ia ceritakan kepada pria itu.

"Iya cantik." Suara datar dan sedikit malas lirih terdengar dari mulut lelaki yang sedang mendorong kursi roda si gadis.

Sezi sendiri sebenarnya tidak peduli dengan keberadaan duda itu selain karena ia menghargai Meily yang sepertinya terlihat begitu bahagia. Pun dengan sang ayah yang sama halnya dengan Sezi, jawaban pria itu hanya iya, iya dan iya untuk menyenangkan hati anak gadisnya.

.

Meily kemudian ditinggalkan oleh sang ayah untuk menjalani terapinya, sedangkan pria itu sendiri memilih kembali ke kantor dan akan kembali menjemputnya setelah dua jam.

Terdengar tawa bahagia saat pintu ruangan fisioterapi tempat Meily hampir tertutup sempurna. Ia tahu bahwa anaknya begitu menyukai terapisnya itu yang ternyata adalah seorang wanita muda dengan kesan luarbiasa.

Lalu bagaimana dengannya?.

Pria itu tersenyum tipis saat sudah berada didalam mobilnya. Ia tak menyangka jika anaknya juga bermata jeli. Gadis itu pintar memilih meskipun sifatnya masih kekanakan.

Bagi Dion, mencari wanita bukanlah hal sulit untuk pria sepertinya. Hanya saja ia yang berstatus duda dengan anak gadisnya pasti akan lebih teliti dan berhati-hati untuk memilih pasangan karena anak perempuannya bagaikan sebuah mutiara dimana orang dalam adalah hal paling berpengaruh untuk perkembangan dan juga pembentukan kepribadian pada diri sang anak.

Cukup sudah baginya membiarkan Meily tumbuh hanya dengan sang pengasuh yang kini sudah tak lagi bersama karena usia senjanya. Pun dengan sang istri yang telah meninggalkan mereka karena hubungan kotornya bersama sang sepupu dan kini entah berada dimana.

Dion memutar kemudinya mengarah keluar, meninggalkan pelataran dengan senyum yang masih tersungging dibibirnya.

*****

-

-

"Bai, kenapa sih gak lu kawinin aja tu si Rina?." Tanya Mahesa yang masih sibuk menyeruput lattenya.

"Iya Bai, kelamaan diangurin keburu diserobot orang, entar nangesnya ke kita." Rudy menimpali.

"Gak minat." jawabnya ringkas.

"Lah, si santai berlagak gak peduli pulak." Mahesa meledek si muka judes dengan gayanya.

"Kalian ya, Kalo udah namanya jodoh yakinlah gak bakal kemana. Sekuat apapun kita ngejagain kalo emang bukan jodoh ya tetap aja lepas." Ucap Bian santai sembari menatap ponsel dalam genggamannya.

"Lah kalo doi-nya di icipin duluan ama yang laen gimana terusan?." Rudy tampak bertumpang dagu.

"Ya kalo itu jodoh lu gimanapun caranya dan seenggak sukanya lu sama dia tetep bakal baliklah dan lu mau gak mau pasti bakal nerima." Ucapan Mahesa membuat Rudy semakin malas untuk mencari jodohnya sendiri.

Bian masih tidak mengalihkan tatapannya sampai saat dimana Mahesa berdecak karena rasa kagumnya hingga berkali-kali oleh sebab story milik keponakan tersayang yang tengah mempost foto dirinya dengan seorang wanita muda berseragam pink putih nampak tersenyum cantik.

"Paan Sa?." Rudy yang penasaran pun ikut melihat apa yang membuat Mahesa berdecak mirip cicak disampingnya.

"Cantik, siapa?." komentar pria dengan rambut sedikit gondrong itu.

"Ponakan gue."

"Kamu gak pernah bilang kalo punya ponakan segede itu!."

"Ngapain juga ngomongin ke elu, om-om gak bener!."

"Elah, sama aja padahal kaya dia!." Rudy balik mencibir.

"Ponakan gue yang kecil, yang gede tadi terapisnya."

"Terapis?. Kenapa lagi ponakan kamu itu?."

"Biasalah abis jatoh, terus sekarang lagi belajar jalan."

"Suruh salamin Sa ke terapisnya, bilang sama ponakan mu, cepatan!." Rudy dengan kuat memukul pangkal lengan Mahesa hingga membuat pria itu mendesis.

"Ogah!. Paling juga udah dikekepin ama bokapnya." Ucapnya setelah membalas pukulan Rudy.

"Lah, iya ya abang mu kan duda." Pundak Rudy seketika luruh. "Tapi coba dulu Sa, kali aja belum di kekep. Bisa aja kan dia gak minat ama duda?!." Rudy masih memberikan alasan yang memungkinkan.

"Abang gue duda, tapi kaya!. lah elu?. Bujang sih tapi sayang udah lapuk, kismin pulak!." Mahesa terbahak-bahak dengan komentarnya sendiri.

"Sialan lu bocah!." Rudy dengan cepat merampas ponsel pria itu untuk kemudian memperlihatkannya kepada Bian tentang wanita yang menjadi pembicaraan mereka.

"Bi, gimana menurut kamu?." Tanya Rudy kepada Bian yang tak juga menoleh kearahnya.

"Iya terserah kalian aja." ucapnya tanpa melihat sedikitpun.

"Ya elah Bi, nengok bentar napa!. kesel-kesel ku putar juga ni kepala manusia!."

"Paan sih, pada berisik aja dari ta _." Ucapan Bian seketika terputus saat kilasan wajah Sezi melintas diujung matanya tepat ketika Mahesa menarik kembali ponsel miliknya dari tangan Rudy.

Dua pria yang semula ribut kini bertambah sibuk dengan perdebatan mereka mengenai wanita tadi. Terlebih Rudy yang tetap memaksa Mahesa untuk bertanya pada keponakannya mengenai sang terapis, namun tidak dengan Bian yang justru terpaku antara yakin dan tidak jika yang dilihat olehnya tadi adalah Sezi.

..

..

..

tbc

Terpopuler

Comments

Baihaqi Sabani

Baihaqi Sabani

yaaaaa sezi ma papa y meily aj thor.....

2022-08-25

0

Reni Apriliani

Reni Apriliani

duda semakin menggoda, apalagi itu durensawit (dudakerensarangduit). hati2 kamu Bian, Sezy dah ditandai orang loh.

2022-07-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!