Saat kembali ke reruntuhan kota Donpa dikejutkan oleh sesosok yang ia kenali, yaitu Ririn. Kala itu ia berpikir Ririn telah mati. Namun disaat ini, setelah tiga tahun berlalu Ririn tampak semakin kuat. Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Donpa. Benarkah sosok yang ada di hadapannya itu adalah Ririn ataukah sesosok makhluk yang menyerupai Ririn.
Apakah dia benar Ririn?
Tapi kekuatan itu, tidak seperti kekuatan manusia.
Memperhatikan pelindung lengan yang terbuat dari besi, retak karena tendangan Ririn membuat Donpa meragukan keasliannya.
"Siapa kau?"
"Siapa kau? Bukankah kita adalah orang yang bersama-sama ingin pergi dari tempat ini?"
Perlahan Ririn berjalan ke arah Donpa sambil memainkan pisau yang ia gunakan.
"Tidak mungkin manusia memiliki kekuatan sekuat itu."
"Benarkah?"
Kembali Ririn menyerang Donpa, sangat cepat hingga Donpa tidak mampu membaca pergerakan Ririn.
Terlalu cepat.
Donpa mengayunkan pedangnya ke arah depan, namun Ririn mampu membaca gerakan Donpa lalu melayangkan sebuah serangan dengan kaki ke arah genggaman Donpa untuk membuang pedang yang Donpa gunakan.
Brak ...!!
Terdengar suara tendangan membuat pedang yang digenggam Donpa seketika terlempar lalu diikuti serangan beruntun memutar dengan tiga kali serangan ke arah paha, dada, dan kepala.
Menerima serangan itu seketika Donpa muntah darah.
Menutup serangan, Ririn mengarahkan serangan memutar dengan kaki kanannya ke arah perut Donpa.
Serangan telak tanpa perlindungan membuat Donpa terlempar tiga meter menghantam pintu masuk.
Uhuek ...!!!
Sambil memegang perut Donpa tampak kesakitan lalu muntah darah.
"Si-sial uhuk uhuk."
"Tiga tahun tidak bertemu, kau menjadi sangat lemah Mikaru."
"Ja-ja."
"Humm? Kau mengatakan sesuatu?"
"Ja-jangan panggil nama itu lagi!"
Segera berdiri, Donpa melakukan serangan balasan.
Karena terlalu banyak mengkonsumsi buah Ensnare, tanpa disadari Donpa mendapati pemulihan tersendiri meski tak memakan buah Ensnare.
Tetapi pemulihannya tak secepat saat ia memakan buah Ensnare, itulah yang dirasakan Donpa.
Donpa melakukan serangan beruntun, tetapi serangannya itu mampu dihindari oleh Ririn.
"Haha ... selain lamban, seranganmu cukup lemah Mikaru."
Donpa menyerang dengan kedua tangannya secara beruntun lalu di ikuti kakinya.
Tak sampai disitu, Donpa berkali-kali mengeluarkan pisau dan lagi-lagi serangannya itu berhasil ditepis oleh Ririn.
Namun serangan terakhir Donpa dengan melempar pisau sebagai pengalih, ia berhasil melayangkan satu pukulan ke arah dagu Ririn.
"Hanya itu?" ucap Ririn.
Serangan Donpa terhenti, melihat Ririn yang tidak merasakan dampak apapun dari serangannya.
Kembali melakukan serangan balasan dengan kaki kanannya, Donpa kembali terpental keluar bangunan.
Hua-hua ....
Hela nafas yang terasa sesak dari Donpa membuat Ririn mengakhiri serangannya.
"Apa yang kau lakukan selama tiga tahun ini?"
tanya ririn sambil menginjakan kaki di bahu Donpa.
"Aku berlatih dan bertahan hidup di pohon Esnare."
"Pohon Ensnare?"
"Hua-hua ... ya, pohon yang ada di tengah pulau ini."
"Lalu, apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku berniat mencari senjata untuk membalaskan dendamku pada mereka."
"Jadi kau sudah siap untuk membalaskan dendammu?"
"Hua-hua ... ya, aku siap!"
"Dengan kemampuanmu yang seperti ini?"
"Ka-kau ... hua hua ...."
Donpa sulit berbicara karna sesak nafas.
"Dari mana kau dapatkan kekuatan itu?"
Melihat Donpa yang sekarat, Ririn mengulurkan tangan. "Berdiri."
Sambil menopang Donpa, Ririn membawa Donpa ke tempat persembunyiannya disalah satu bangunan reruntuhan kota.
Melihat Donpa yang sekarat seperti kesulitan bernafas, Ririn mengambilkan air untuk menenangkannya.
"Minum ini."
"Ti-tidak ... ambilkan tas ku, aku butuh buah Ensnare"
Setelah memakan buah itu, Donpa kembali seperti semula, namun lebam di tubuhnya tidak hilang.
Ririn yang bingung melihat Donpa seketika pulih bertanya.
"Woaah ... buah apa itu?"
"Ini untuk mengembalikan darah yang hilang."
"Apa aku boleh mencobanya?"
Melemparkan sepotong buah pada Ririn. "Ini ...."
"Kruk ... nyam-nyam ... hueekkkk ... tidak enak!!"
"Tentu saja tidak enak, kau tidak kehilangan darah."
"Jadi seperti itu konsepnya."
"Ya ... buah itu akan terasa manis jika kau kehilangan darahm"
Melanjutkan pertanyaan itu, Donpa memperhatikan Ririn dari kaki hingga ke kepala. "Bagaimana kau bisa hidup?"
"Aaa ... bagaimana aku memulai ceritanya."
"Terlebih ... kekuatanmu itu ...." Sambil memperhatikan retakan yang ada di pelindung tangan.
Ririn mencoba menceritakannya dari awal.
"Hari itu."
"Entah apa yang terjadi saat itu, aku hampir lupa yang pasti ketika sadar aku sudah tak berbusana dan ada di tengah hutan. Tak lama setelah itu, Mira juga sadar, kami berdua kebingungan karena malam itu tidak ada cahaya apapun. Kami kembali ke tempat ini, namun di tengah jalan, kami kembali diserang oleh makhluk itu."
Malam itu Mira diserang secara brutal oleh Chimera, tubuh Mira hampir tak berbentuk dan terpisah. Ririn mencoba menolongnya namun usaha Ririn sia-sia. Makhluk itu terus berdatangan dan semakin banyak.
Ririn yang berlari ketakutan menuju reruntuhan di ikuti Chimera dengan berbagai jenis.
Rasa takut Ririn seketika berubah, di mana ia berusaha mempertahankan dirinya.
Beruntungnya hari itu, keajaiban datang. Sesosok mahluk dari ras spirit menghampirinya.
"Kekuatanku berasal dari spirit," ungkap Ririn kepada Donpa.
"Spirit?"
"Yah ... waktu itu."
Saat terpojok, tiba-tiba kilauan cahaya putih ke hijauan datang mendekati Ririn.
"Apa ... apa yang terjadi."
Chimera yang mengejar Ririn tiba-tiba berhenti ketika cahaya itu datang seolah menghalau mereka mendekati Ririn.
Seketika Ririn pun pingsan.
"Kau baik baik saja?"
"Apa ...? Siapa? Di mana aku?"
Ririn kehilangan kesadaran hingga terseret ke dalam dunia alam bawah sadar yang di ciptakan oleh spirit yang menghampirinya.
"Namaku Sylph."
"Siapa kau? Di mana kau?"
"Aku di sini."
Cahaya putih kehijauan yang ada dihadapan Ririn lah yang berbicara.
"Di mana aku?"
"Tidak apa-apa, aku divsini akan menemanimu."
"Makhluk tadi? Di mana makhluk tadi?"
"Tenang, tidak apa apa aku akan membantumu pergi dari sini."
"Ti-tidak ... aku ingin membunuh mereka semua."
"Woa ... kau berani?"
"Tentu saja, meski aku harus mati, memang harusnya aku sudah mati."
Ririn merasa tidak ada lagi gunanya hidup setelah kota, kerabat dan keluarganya mati.
"Ulurkan tanganmu," ungkap Spirit meminta Ririn untuk mengulurkan tangannya.
"Apa yang kau lakukan?"
Ragu-ragu Ririn mencoba mengulurkan tangannya.
"Siapa namamu?" tanya spirit itu pada Ririn.
"Ririn ... Ririn Ocna Syafera."
"Baiklah Ririn, namaku Sylph ... aku meminta persetujuan pada dunia, membangun kontrak untuk menyatukan jiwa kami, dengan ini kami akan saling berbagi kekuatan dan kemampuan. Namaku Sylph ... aku meminta permohonan pada dewa, menjalin hubungan untuk menyatukan takdir kami dengan ini kami akan saling berbagi nasib dan takdir.
Cahaya putih kehijauan pun berubah menjadi sesosok peri hutan setinggi 20 cm dengan sayap yang menyerupai capung memiliki sepasang sayap, dua mengarah ke atas dan dua mengarah ke bawah, bermata biru berambut kuning mengenakan pakaian layaknya pakaian peri pada umumnya.
"Kau?"
"Yapsh ... aku spirit Yiyin."
Kesadaran Ririn pun kembali, ia tampak tenang dan dapat melihat dengan sempurna meski suasana begitu gelap.
"Apa aku sedang bermimpi?" gumam Ririn setelah kesadarannya kembali.
"Tidak ... itu bukan mimpi, kini aku ada di dalam dirimu ... kita menyatu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments