Hutan belantara yang ada di tanah Outcast memiliki ketinggian mencapai 100 meter dan lebar mahkota sekitar 30 meter. Tak banyak spesies hewan yang dapat tumbuh dengan bebas di tanah Outcast. Para Chimera yang diciptakan Meldanova akan memusnahkan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya.
Outcast adalah tanah yang dipenuhi logam dan mineral, sebuah bahan yang cukup penting untuk kekuatan tempur suatu kerajaan. Melkuera yang mengetahui adanya sumber kekayaan alam di dalamnya, mencoba mencurinya dari sudut tanah Outcast. Semua itu dilakukan untuk menghindari hal buruk atau ancaman dari Meldanova.
Tanah Outcast diselimuti kabut tebal yang dapat menyesatkan makhluk hidup, serta eksistensi Meldanova meniadakan petunjuk waktu dan tempat di tanah tersebut. Bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya, mustahil mereka dapat keluar dengan mudah.
Pasukan eksplorasi dari Melkuera yang dipimpin oleh Kameo memasuki kedalaman hutan Outcast, namun kedatangan mereka telah sambut Buzuzima, salah satu spesies Chimera ciptaan Meldanova.
"Tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk lain." Kameo memperhatikan sekeliling serta bersiaga dengan perisai dan sebilah pedang yang ia genggam.
"Tak banyak informasi yang kami miliki tentang kemampuan makhluk ciptaannya ini."
Sambil menancapkan pedangnya ke tanah, Trisa berlutut mengunakan Core nya untuk mencari hawa keberadaan makhluk lain.
"Aku tidak merasakan hawa keberadaan hewan buas disini."
Mendengar ucapan Trisa, Kameo bergumam.
"Mungkin kami terkena ilusi kabut atau semacamnya."
"AAaaa ...!!!"
Dari arah belakang, seseorang yang berteriak tampak terangkat, seperti ada sesuatu yang mengikat dan menarik dirinya.
"TRISAAA ...!!" Lantang Kameo memberi isyarat pada Trisa untuk menyerang.
"HAAAA ...!!" Menjawab perintah Kameo, Trisa bergegas menarik pedangnya lalu melompat.
Trisa melompat setinggi dua puluh meter memotong sesuatu yang mengikat anggotanya.
"Sebelumnya aku tak merasakan keberadaan mereka, ternyata mereka tidak menginjakan kaki di tanah."
Tebasan Trisa membuat Buzuzima menampakan diri dari wujudnya yang transparan. "Sebelah sana!" Salah satu pasukan mengarahkan pedangnya ke arah Buzuzima berada.
Dengan kaki yang memiliki rambut-rambut kecil, menjadi pengikat atau perekat dipijakannya, Buzuzima dapat menempel diantara pepohonan.
Merespon arahan dari anggotanya, Kameo bersiap memasang kuda-kuda tampak seperti akan melayangkan perisai nya seperti menerbangkan piring terbang.
Melesat begitu cepat perisai yang di arahkan Kameo memotong leher Buzuzima.
"Kau tidak apa-apa?" Trisa tampak mengulurkan tangannya pada rekannya yang hampir saja disantap Buzuzima.
Perisai Kameo yang melesat terbang memotong beberapa ranting pohon lalu menancap di tengah pohon.
Merasa lega, tampak senyuman bahagia meraih tangan Trisa. "Te-terima ... " Belum sempat menyampaikan rasa terima kasihnya, tiba-tiba kepalanya diterkam Buzuzima lainnya dari belakang.
Trisa yang terkejut, sontak melompat mundur menjaga jarak.
Ranting-ranting pohon yang jatuh akibat lemparan Kameo membuat suara yang menjadi sinyal bagi Buzuzima untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
Tak hanya satu melainkan ada banyak Buzuzima yang berdatangan.
Pertarungan sengit terjadi diantara mereka, dengan formasi bertahan mereka menahan serangan Buzuzima dari segala arah.
Beberapa pasukan tambak menggunakan Core untuk memperkuat kekuatan dan kecepatannya.
Core adalah kekuatan fisik yang dihasilkan dari percepatan pompa darah oleh jantung, aliran darah dari si pengguna core mengalami peningkatan, serta mengalami pengerasan pada otot-otot tertentu.
Trisa tampak kewalahan menebas beberapa lidah Buzuzima yang memanjang mengarah pada dirinya.
"Kameo, kau baik-baik saja?"
"Simpan pertanyaanmu ...." jawab Kameo sambil mengayunkan pedangnya.
Kameo yang tak lagi memegang perisai, ia bertarung menggunakan dua pedang sekaligus. Melihatnya yang bergerak begitu lincah membuat Trisa bertanya. "Sial! Dengan otot itu kau bisa bergerak bebas?" Sindirian Trisa yang melihat tubuh Kameo yang begitu besar.
"Jika tidak, aku akan mati bodoh."
Mereka berdua tampak bercanda ditengah-tengah serangan Buzuzima.
Serangan Buzuzima layaknya hewan biasa yang tak memiliki kecerdasan, hanya berlandaskan hasrat memangsa. bagi mereka berdua hal itu cukup mudah dihindari, namun berbeda dengan rekan lainnya. Beberapa dari mereka telah banyak yang tewas.
Ketidak keseimbangan dalam penggunaan Core dapat merugikan penggunanya sendiri.
Meski tak memiliki akal, serangan mereka cukup rapi dan terstruktur.
Kameo yang memperhatikan sekitar melihat Buzuzima yang terus berdatangan dari balik semak maupun dari pepohonan. Melihat kondisi anggotanya yang kewalahan ia mencoba mencari cara untuk mengalahkan Buzuzima.
Tapi, jumlah mereka terus bertambah.
"Trisa ...!"
"Si-sial, tidak ada habis-habisnya! Ada apa Kameo?" Menjawab panggilan Kameo sambil bertahan dari serangan Buzuzima.
"Kita mundur!"
"Bagaimana bisa bergerak mundur, melangkah saja sulit." Sambil memperhatikan serangan-serangan jarak jauh yang dilakukan Buzuzima.
"Satu sentuhan lidah ini bisa membuat kami terperangkap."
Tebasan terakhir memotong lidah yang memanjang membuat Kameo diam sesaat sambil memejamkan mata.
"Harusnya tak kugunakan sekarang."
"KAMEO ...!"
Trisa yang melihat Kameo berdiam diri menjadi sasaran empuk saat seekor Buzuzima melompat ke arahnya sambil membuka mulutnya begitu lebar.
Kameo menggunakan Core nya untuk memompa darah lebih cepat, dari apa yang dilihat Trisa tampak angin kejut keluar dari tubuh Kameo, dengan cepat mengambil kembali pedang yang ia jatuhkan lalu memotong Buzuzima dari bibir hingga ekornya.
"Enam puluh detik usaha kita untuk mundur."
"Ba-baik ...." Terkejut melihat gerakan Kameo, Trisa menjawab lalu mengarahkan rekannya untuk mundur. "Semua ... bersiap untuk mundur ...!!"
Gerakan Kameo begitu cepat hingga tak bisa dilihat dengan mudah oleh mata, ia menyerang Buzuzima dari setiap sisi seorang diri.
"Gila ...!! Kami bisa berlari semudah ini berkat dirinya." Trisa yang kagum memperhatikan sekitar, setiap kali ada Buzuzima yang hendak menyerang, tiba-tiba makhluk itu terpotong sebelum serangan mereka sampai pada Trisa dan beberapa anggotanya.
Kameo menggunakan peningkatan Core selama enam puluh detik, itu adalah batasan dari kemampuannya, lebih dari itu ia akan mendapati efek yang merugikan dirinya sendiri.
Jumlah Buzuzima terus bertambah, hingga pasukan eksplorasi kewalahan menghadapai jumlah mereka yang tak ada habisnya. Kini pasukan eksplorasi tersisa empat puluh dua orang termasuk Kameo dan Trisa.
Trisa yang berlari memimpin pasukan tiba-tiba dipukul mundur hingga terpental menabrak pohon raksasa, dari apa yang mereka lihat.
"Bwarr !!" Bunyi benturan yang terjadi pada Trisa dan pohon hingga mengakibatkan zirahnya hancur, beserta tubuhnya yang menumpahkan darah di sekitar area pohon itu.
"TRISAAA !!" Teriak Kameo melihat Trisa yang berlumuran darah duduk terlentang di antara pohon dan tanah.
"Huuwwaa ...." Suara Babon yang begitu nyaring meraung dihadapan mereka.
Para Chimera lengkap dengan spesies yang berbeda mengelilingi mereka.
"Ta-tamatlah kita ...." Fampak wajah putus asa dari para pasukan melepaskan pedang dan tertunduk bersimpuh lutut.
Dengan cepat Kameo melompat ke arah Babon yang menyerang Trisa, tiba-tiba dari sisi kanan Beast melompat menangkap Kameo.
"Aaakk ...!!" Teriak Kameo saat Beast menggigit pundak sebelah kanan sambil mencengkram tubuhnya.
"Bagaimana bisa aku tertangkap oleh makhluk ini."
Gerakan cepat yang dilakukan Kameo tidak dapat menghindari pandangan Beast. Beast memang dibuat untuk menangkap makhluk yang memiliki gerakan cepat.
Kematian Kameo menjadi pertanda seluruh pasukan eksplorasi menemui ajalnya.
Disisi lain tepatnya di kediaman Meldanova, beberapa buah dari Pohon Ensnare tiba-tiba muncul di antara ranting-ranting pohon itu.
Donpa yang melihat beberapa buah tiba-tiba muncul di antara ranting-ranting pohon lantas terkejut.
"Heee? Apa secepat itu pohon ini berbuah?" Sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka di belakang Meldanova.
Melihat ekspresi Donpa yang terkejut membuatnya tertawa. "Haha ... itu karena ada darah yang menetes di tanah ini."
"Ma-maksudmu?" Terbata-bata Donpa bertanya.
"Darah yang menetes di tanah ini akan dipersembahkan untuk Pohon Ensnare, setiap darah yang menetes akan membuahi pohon ini." Sambil menjelaskan Meldanova berjalan ke arah meja yang terdapat buah-buahan di atas piring. "Apa di duniamu ada buah yang berbentuk seperti ini?"
Sambil memperhatikan detail dari buah yang ada di tangan Meldanova, Donpa berfikir. "Apel kah ?"
"Ti-tidak, apel tidak seperti ini."
"Dilihat dari bentuknya seperti apel dengan warna ungu."
"Boleh aku mencobanya?"
"Tentu saja, ambilah sepuasnya." jawab Meldanova
Sambil menggengam buah Ensnare Donpa bergumam. "Dilihat dari bentuk memang ini seperti apel berwarna ungu, tapi saat dipegang ia lembut seperti anggur."
Perlahan Donpa mengarahkan buah itu ke mulutnya, Meldanova dari sisi kanan memperhatikannya.
"Ee-enaakkkk ...!!"
"Haha ... sungguh manis bukan?"
"Be-benar ... aku ingin tambah!!" Dengan lahap Donpa memakan buah itu, lalu mengambil lagi yang ada dipiring.
"Haha ... tentu, silahkan." Berjalan ke arah pintu yang menuju ke balkon raksasa, Meldanova tersenyum jahat membelakangi Donpa sambil bergumam.
"Teruslah menikmatinya Don-pa, hehe ...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments