Di Dunia Baru, peran penyihir sangat penting bagi kekuatan suatu bangsa. Setiap penyihir memiliki Kitab, bukan semata-mata untuk mengeluarkan sihir dengan mantra, melainkan bentuk dari pengetahuan dan pengalaman yang didapat selama masa hidupnya. Di dalam kitab sihir memiliki dimensi yang disebut Library of the Soul, di mana setiap lembar yang dihasilkan dari sebuah kitab memilik satu buku tentang struktur, pengalaman, dan pengetahuan di dalamnya, semua itu dimuat dalam dimensi Library of the Soul.
Seperti saat Meldanova menciptakan sebuah sihir, ia harus mempelajari struktur dan mencatatnya disebuah buku. Setelah ia benar-benar menguasainya, maka satu buku hasil dari pemahamannya yang mempelajari sihir tersebut ia letakan pada Library of the Soul milik Widsith. Setelah proses itu, terbentuklah satu lembar segel dalam kitab Widsith untuk menggunakan kemampuan sihir yang telah ia pelajari.
Donpa yang merasa terintimidasi oleh aura yang keluar dari Widsith, tekanan yang begitu kuat membuat sekujur tubuhnya kaku dan detak jantungnya melemah. Donpa meminta Meldanova untuk segera menyingkirkan kitabnya.
"Ti-tidakkkk ... aku tidak ...." Belum sempat meneruskan ucapannya, ia terbatuk-batuk seolah tesedak oleh sesuatu yang menekan paru-parunya.
"Ma-maaf ... aku lupa." Segera Meldanova menyingkirkan Widsith lalu menghampiri Donpa. "Kau tidak memiliki mana, jadi tertekan oleh besarnya mana yang ada dalam Widsith."
"Ukhukk ... ukhuukk ...." Terbatuk-batuk Donpa hingga mulutnya mengeluarkan liur.
"Apa-apaan itu?"
"Ti-tidak ... aku tidak apa-apa."
"Dadaku seperti tertekan, kesadaran ku pun hampir hilang." gumam Donpa.
"Ini minum dulu." Meldanova menawarkan segelas air putih untuk menstabilkan kondisi Donpa.
Manusia di dunia baru umumnya memiliki Core dan Mana yang bisa melindungi diri mereka dari tekanan-tekanan mana ataupun core seseorang.
Donpa yang tidak memiliki Core atau pun Mana, cukup sulit baginya untuk menghadapi Aura yang ditimbulkan dari seseorang yang memiliki kapasitas Core dan Mana yang besar.
Hari semakin gelap, Matahari telah terbenam. Setelah berbincang cukup panjang dengan Meldanova, ia diperkenankan untuk berisitirahat di sebuah ruangan yang ada di Pohon Ensnare.
Ia mulai berfikir bagaiman caranya menjadi seorang Penyihir, mendalami lamunannya ia semakin mendendam kepada pasukan perbatasan yang telah membunuh rekan-rekannya.
"Suatu saat ... pasti akan ku hancurkan mereka semua!"
Keesokan harinya, Meldanova terbangun dari tempat tidurnya. "Uuuaakhh ...." Sambil meregangkan tangan saat menguap.
"Kenapa aku bisa tertidur juga." Ia pun berjalan mengarah ke sebuah pintu penghubung ke balkon yang ada di ranting pohon.
Meldanova teringat kejadian sebelumnya saat ia tiba di Outcast. "Aku kesini karna ada eksistensi mana dari Necromancer." gumam Meldanova saat itu merasakan bahaya yang sedang mendekati rumahnya.
Teritorial Meldanova yang dikunjungi mana raksasa dari Necromancer membuatnya bergegas kembali dari Kerajaan Lubunica saat kunjungannya bersama Profesor Austria yang memintanya menjadi salah satu guru di sekolah sihir di negeri tersebut.
Membuka jendela sambil menatap mentari pagi ia berkata. "Sudah saatnya aku kembali ke tempat itu."
Saat melihat ke bawah tampak Donpa tengah berlari memutari pohon. "HOOOYYY ... APA YANG KAU LAKUKAN?" Teriak Meldanova.
"Melakukan pemanasan!" Terdengar dari kejauhan Donpa menjawab.
"Hoy ... hoy baru juga satu malam, bisa-bisa nya bangkit secepat itu." Sambil memperhatikan Donpa ia bergumam
"Kurasa ia tak bisa tidur nyenyak setelah mengetahui semuanya."
"Jika diperhatikan ambisi dan tekadnya benar-benar kuat, kurasa tidak ada yang salah jika bereinkarnasi dari tempat yang penuh kekurangan."
"TERUSLAH BERLATIH ...." jawab Meldanova.
Setelah beberapa jam lari pagi, Donpa beristirahat di bawah pohon tepat di depan pintu masuk pohon Ensnare.
"Huaaaa ...." Menghela nafas karena lelah. "Padahal baru dua putaran, berapa luas jarak tempuh memutari pohon ini." Keluh Donpa memperhatikan Pohon Ensnare yang begitu luas.
"Kreeekkss ...." Terdengar suara pintu terbuka, seketika mata Donpa mengarah ke sumber suara.
"Hoo ... kau sudah selesai dengan pemanasannya?" Sindir Meldanova yang melihat Donpa terduduk kelelahan di dekat pintu masuk Pohon Ensnare.
"Belum, hanya beristirahat sebentar." Setelah menjawab pertanyaan Meldanova, Donpa mengambil air dan lekas meminumnya.
"Dari mana kau mendapatkan minuman itu?"
"Di dekat kamarku ada dapur, di sana ada banyak minuman."
"Dia bisa masuk dengan mudah dalam labirin Ensnare?" gumam Meldanova.
"Sepertinya kau bisa bebas keluar masuk di dalam pohon ini ya."
"Aku juga tidak tahu, seingatku pagi tadi setelah ke dapur aku menuruni tangga sambil melamun ... lalu aku membuka pintu yang ada dihadapanku secara langsung aku tiba di halaman ini."
Mendengar penjelasan Donpa, membuat Meldanova bergumam. "Itu karena ia menyukai buah dari pohon ini, secara tidak langsung ia menjadi bagian dari pohon ini."
Sambil berjalan melewati Donpa ia berkata. "Haha ... baguslah, aku tidak perlu khawatir kau akan tersesat di dalam sini."
Setelah meminum minuman yang ia bawa, Donpa mengambil beberapa buah Ensnare yang berserakan di halaman. "Aku heran, kenapa buah seenak ini kau biarkan berjatuhan?"
"Kau menyukai buah itu?"
"Iya, buah ini sangat enak."
"Tapi untuk merasakan kenikmatan buah itu, kau tau apa yang harus kau lakukan?"
Mengambil pisau dari saku belakangnya. "Hanya harus seperti ini kan?"
Tanpa ragu Donpa melukai pergelangan tangannya.
"Haha ... gilaaa ... kau sungguh gilaa ...."
Setelah tertawa melihat tingkah Donpa, Meldanova melangkah pergi. "Kurasa aku tidak perlu khawatir meninggalkanmu sendiri beberapa waktu di sini kan? Aku yakin kau tidak akan tersesat."
"Bagaimana aku bisa tersesat di rumahku sendiri." Sambil menatap ke arah pohon Ensnare.
Mendengar jawaban Donpa, seketika Meldanova berbalik memutar kepalanya menatap Donpa. "Rumah?"
"Aku tidak tahu harus ke mana ... yang kutahu aku dirawat di tempat ini, di sini aku merasa dilindung dan dijaga, bukankah hal seperti itu hanya bisa kita dapatkan di rumah kita sendiri, apa itu salah?"
"Ti-tidak ada yang salah." Tampak canggung Meldanova menjawab.
"Aku merasa dirinya seperti aku saat itu."
"Teruslah berlatih, aku akan pergi beberapa hari." Perlahan melangkah pergi menuju jembatan.
"Bagaimana jika dia ada diposisiku waktu itu?"
"Kau mau ke mana, hey?"
"Tidak perlu tahu, cukup latih saja dirimu di sini ... saat aku kembali, aku akan membukakan mana di dalam dirimu."
Donpa terus memperhatikan langkah Meldanova yang perlahan menjauh, tubuhnya lama-kelamaan terlihat transparan lalu menghilang.
"HEEEE ... APA DIA HANTU?"
"KAU YANG HANTU!!" Mendengar ucapan Donpa, Meldanova menjawab meski tanpa wujud fisiknya.
Meldanova kembali ke tujuan awalnya, ia kembali ke Kerajaan Lubunica dikarenakan mana Necromancer yang tiba-tiba muncul di daerah kekuasannya.
Fakta sebenarnya adalah Meldanova seorang Penyihir yang haus akan pengetahuan, ia terus berpergian menjelajahi tempat demi mencari pengembangan sihir yang baru. Sihir terbagi menjadi tiga tingkatan, pertama adalah Force, kedua adalah Divine dan ketiga adalah Autority.
Kuat atau lemahnya jenis sihir tergantung pada mana seseorang. Tingkatan divine hanya 1 berbanding 1 juta manusia, karena divine umumnya hanya dimiliki ras Flugle ke atas. Sementara autority hampir tidak dimiliki siapapun kecuali mereka yang terpilih untuk keberadaannya yang mutlak.
Meldanova mengembara seorang diri, menjelajahi setiap wilayah demi mencari makhluk yang mencapai tingkatan autority, namun selama 620 tahun ia hidup, tak sekalipun ia bertemu dengan sesosok makhluk dengan tingkatan autority.
Diketahui selama penjelajahannya, Meldanova sudah mengalami kematian sebanyak 44 kali dan bertemu dengan 14 ras makhluk yang berbeda.
Setelah kepergian Meldanova, Donpa melanjutkan latihannya, dengan melakukan push up dan sit up.
"Tak banyak hal yang dapat aku lakukan kecuali meningkatkan stamina dan ketahanan tubuhku, tapi."
Donpa mulai mengkhawatirkan sesuatu setelah kepergian Meldanova.
fokus beralih pada Meldanova yang melalukan Transisi magic skill dengan mengubah tunas yang ia tanam menjadi sebuah pohon untuk dirinya melakukan pertukaran posisi saat ia tinggalkan beberapa saat.
"Apa aku terlalu lama?"
Berjalan santai mendekati seseorang dengan topi kerucut dan jubah lebar layaknya penyihir senior tua dengan jenggot putih tebal, ia adalah Profesor Austria.
"Terlalu lama hingga menghabiskan waktu beberapa hari."
"Ma-maaf ... aku merasa kampung halamanku dalam ancaman, jadi aku segera kembali."
"Meldanova ... sekali lagi aku bertanya."
"Tentu aku mauuu!!"
Meldanova mendapatkan tawaran menjadi guru bagi penyihir di sekolah sihir Lubunica.
Beberapa waktu lalu ia mendapati undangan dari profesor Austria untuk mempelajari perpustakaan dan membagikan isi yang ada di dalam perpustakaan tersebut pada murid-murid Lubunica.
Profesor Austria meyakini tak ada ambisi lain selain mempelajari sesuatu yang baru pada Meldanova, ia meyakini Meldanova tidak tertarik kekuasaan dan tidak terikat pada apapun selain selalu ingin tahu tentang pengetahuan.
Terlebih ia sangat menyukai jika seseorang bertanya tetang pengetahuan yang ia miliki.
Oleh sebab itu, Profesor Austria mengundangnya untuk menjadi salah satu guru di sekolah sihir Kerajaan Lubunica.
"Profesor, apa kau yakin akan memberikan semua buku ini padaku?"
"Iya ... di Lubunica terdapat 7 perpustakaan, aku memberikannya satu untukmu."
"Ta-tapi ... buku di sini terlalu banyak."
Berjalan menelusuri setiap ruangan yang ada dalam perpustakaan.
"Tentu sangat banyak, bagaimana pun juga semua ini adalah sejarah dan catatan orang-orang terdahulu. Kau bisa menggunakannya untuk mengembangkan kemampuanmu."
"Hey prof ... apa di sini ada sihir terlarang?" bisik Meldanova.
"Haha ... tentu saja ada, tapi aku tidak tahu mereka meletekannya di mana."
"Apa kau tidak takut jika aku menemukan buku itu? Lalu menghancurkan kerajaan ini?" Candaan Meldanova pada profesor Astria.
Menanggapi candaan Meldanova, profesor Astria lantas tertawa. "Haha ... kurasa kau tidak akan menghancurkan kerajaan yang di dalamnya terdapat banyak perpustakaan."
Mendengar jawaban profesor Astria, Meldanova tertawa. "Haha ... sejauh mana kau bisa membaca karakter seseorang prof?"
"Sejauh mana? Bisa dibilang sejauh kecintaanmu pada pengetahuan." Sambil memperhatikan isi perpustakaan, profesor Austria menyayangkan perilaku penyihir pada umumnya. "Tak ada penyihir yang mencintai perpustakaan, mereka hanya menginginkan kemampuan tertentu lalu meninggalkannya. Tak ada penghormatan pada kitab-kitab yang ditulis oleh orang terdahulu."
Berbalik memperhatikan Meldanova. "Suatu saat catatan kecil mereka akan hilang dari sejarah."
Tersenyum memperhatikan Meldanova, profesor Austria bertanya. "Apa kau tahu autority?"
"Aaa ... aku pernah mendengarnya, sejauh ini aku masih meneliti kemampuan otoritas itu." jawab Meldanova sambil merenung tampak memikirkan sesuatu. "Kurasa, manusia biasa tidak akan mampu mencapai tahap autority."
Lanjut Meldanova bertanya. "Ta-tapi prof, apa kemampuan itu benar adanya?"
"Semasa hidupku, aku juga tidak pernah menemukan manusia yang bisa menggunakan autority"
Beranjak mendekati salah satu rak buku, profesor Austria mengambil salah satu buku yang tampak kusam. "Hanya beberapa cerita dari tulisan orang-orang."
"Duka Mendalam Desa Flame Flower ...?" ucap Meldanova mengeja kata yang tertera pada sampul buku yang diambil profesor Austria.
"Ini adalah salah satu catatan dari korban yang selamat atas tragedi yang menimpa desa Flame Flower."
"Apa aku boleh membacanya prof?"
"Haha ... harus nya aku yang bertanya seperti itu"
"Benar juga, bukannya perpustakaan ini milikku haha."
"Haha ... kau ini, nanti kita akan berbincang lagi, untuk sementara waktu kau bisa membersihkan tempat ini dan merapikannya sebelum murid baru ajaran baru meramaikan tempat ini."
"Aaaaa ... aku masih ingin berbicara Prof."
Obrolan mereka ditutup dengan kepergian profesor Austria, seorang kepala sekolah di sekolah sihir Lubunica.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments