Tujuanku

Menelusuri kedalaman hutan, Donpa dikejutkan dengan segerombolan serigala tengah menyantap buruannya.

"Cukup sampai di sini, sepertinya aku harus kembali."

Mengurungkan niat melangkah lebih dalam, Donpa kembali menelusuri sisi lain.

Menatap ke arah langit, Donpa bergumam,

Hari akan segera malam.

Kurasa, aku harus segera kembali.

Tapi ....

"Bagaimana aku bisa melihat matahari jika awan ini benar-benar tebal menutupi langit."

Teriak kesal menatap langit yang ditutupi kabut.

"Yang bisa kulakukan hanya kembali ketika cahaya dari langit yang memberi sinar pada kabut ini tampak meredup."

Keesokan harinya, tepat di hari keempat, ia mencoba menuruni jurang yang melingkari Pohon Ensnare, di sana ia menemukan danau yang cukup luas mengelilingi wilayah Pohon Ensnare.

"Untung saja akar pohon ini besar, aku dapat dengan mudah turun ke bawah."

Sesampainya di dalam jurang, ia berdiri di tepi danau yang mengelilingi Pohon Ensnare.

"Wooaaaa ... jauh sekali sisi sebelah sana." Sambil memusatkan pandangan ke ujung danau.

Saat menyeberangi jembatan itu, jaraknya tak terasa jauh.

Donpa bergumam seraya memperhatikan ujung danau dan memperhatikan sisi atas dari bawah jurang.

Tak hanya jauh, kalau dilihat-lihat tebing ini cukup dangkal, bahkan ketika aku menuruninya dengan akar-akar dari pohon ini.

ia dibuat bingung dengan posisi dan keadaan saat itu.

Tapi, kenapa saat di perhatikan rasanya tinggi sekali? Sampai-sampai aku tidak dapat melihat ujung di antara keduanya.

Semua yang terlihat jauh sebenarnya dekat dan semua yang tampak tinggi, terasa rendah. Donpa menyadari kejanggalan yang ada di tempat ini.

"Bodo akh ... sebaiknya aku mencari ikan untuk sarapan."

Terlebih, saat kembali ke pohon itu.

a**ku selalu masuk ke dalam ruangan yang aku tuju, bahkan itu tidak memakan waktu meski pohon itu berbentuk seperti labirin.

Apakah ini sihir ...?

Ataukah ilusi?

"Masa bodoh lah ...."

Mengabaikan keanehan itu, ia bergerak ke sisi kanan, berjalan di tepi danau mengitari tempat mencari posisi yang bagus untuk menangkap ikan.

"Tempat ini cukup bagus." sambil memperhatikan lingkungan sekitar, ia berdiri di atas batu besar.

"Kurasa 3 sampai 5 ekor cukup."

Memasang kuda-kuda dan bersiap melontarkan tombak ke arah air, Donpa tampak terdiam memperhatikan air.

Tak ada tanda-tanda?

Kurasa, aku butuh sesuatu untuk memanggil mereka.

Mengupas buah Ensnare lalu memotongnya kecil-kecil, Donpa mencoba memancing ikan untuk mendekatinya.

setelah melemparkan potongan buah ke danau "Baiklah, mari kita tunggu." ucap donpa tampak bersiap.

selang tak berapa lama gelombang kecil tampak muncul kepermukaan, seolah menandakan kehadiran ikan telah tiba.

Matanya menatap tajam penuh konsentrasi serta diiringi tombak yang siap ia lontarkan.

Braaaakk ...!

Percikan air dari ekor ikan yang mencoba melepaskan diri dari ujung tombak.

"Kena kau !!"

Donpa mendapati ikan berwarna biru terang dengan garis hitam merah dibeberapa bagian tubuhnya.

Ikan dengan panjang 45cm berhasil ia tangkap, segera ia ayunkan ke arah tepian danau.

"Hee? Ikan apa ini?"

Bentuk tak biasa membuatnya bingung.

Apa ikan ini beracun?

Apapun yang akan terjadi nanti, kupercayakan pada buah ini.

Tanpa memikirkan bahaya dari ikan tersebut, ia lebih percaya pada pemulihan yang ia dapatkan dari buah Ensnare.

Tiga tahun setelah kedatangan Donpa di Outcast telah berlalu, kini ia tampak terbiasa menjadi pemburu, tubuhnya mengalami perubahan, tinggi tegap dengan otot-otot yang sudah terbentuk serta banyak bekas luka ditubuhnya. Ia telah terbiasa hidup sendiri di dalam hutan Outcast.

Tak terasa sudah tiga tahun berlalu.

Melihat diriku yang saat ini, membuatku teringat akan sesuatu.

Meski aku tidak pernah tau kejadian setelah itu.

Aku masih meyakini.

Kau masih hidup.

Rumia,

gumam Donpa seraya berkaca di kamarnya yang ada di dalam pohon Ensnare.

Donpa berniat untuk beranjak pergi dari kediamannya di pohon Ensnare. Baginya ini sudah saatnya.

Hari ini aku akan mencoba kembali ke tempat itu.

Sambil mempersiapkan perbekalan, ia mencoba kembali kebtempat pertama ia datang yaitu di reruntuhan kota tempat perpindahan kota mereka ke tanah Outcast.

Kurasa semua sudah cukup.

Untuk sementara waktu aku akan pergi meninggalkanmu.

Berdiri di depan pintu masuk Pohon Ensnare ia bergumam tampak seakan mengucapkan kata perpisahan pada rumah yang menjadi tempatnya berlindung.

Lagi pula, wanita itu tidak pernah kembali meski sudah tiga tahun berlalu.

Sebenarnya.

Apa yang ia lakukan diluar sana.

"Aku akan pergi beberapa jam."

Aku masih ingat betul kalimat terakhir yang ia katakan saat itu.

Terbayang ucapan terakhir Meldanova sebelum ia pergi meninggalkan Outcast.

Atau mungkin ia telah mati.

Tapi itu tidak mungkin, wanita sekuat itu dapat dikalahkan.

Sebaiknya kutinggalkan pesan jika ia kembali.

Donpa menulis surat yang ia gantung di gagang pintu masuk pohon Ensnare dalam bahasa Melkuera.

Kurasa ini sudah benar.

Banyak pelajaran yang Donpa dapatkan selama dirinya tinggal di pohon Ensnare.

Beberapa di antaranya.

Ia mempelajari bahasa Melkuera dari buku yang ia temukan di perpustakaan milik Meldanova.

Ia juga mendapati peta tanah Outcast.

Serta mempelajari jenis jenis hewan ciptaan Meldanova.

"Sampai ketemu lagi kawanku!!"

Teriak Donpa yang melambaikan tangan pada pohon Ensnare.

Keputusan Donpa sudah bulat, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan pohon Ensnare menuju reruntuhan kota.

Tujuannya masih tetap sama, yaitu menghancurkan kerajaan Melkuera.

Donpa berjalan ke arah tenggara menuju gunung Outcast, untuk sampai ke reruntuhan kota ia membutuhkan waktu 32 hari.

Sesampainya di sana, kota itu tampak berlumut seperti menyatu dengan alam.

Di sini pertama kali aku tiba, harusnya masih ada beberapa barang yang bisa aku gunakan.

Donpa mengeksplorasi setiap bangunan tanpa terlewat, namun ada yang mengganjal disalah satu bangunan yang ia masuki.

Meski kotor, tempat ini sangat cocok untuk-

Terkejut memegang cangkir kopi, Donpa berteriak.

"Siapa! Apa ada orang di sini?"

Seseorang ada yang tinggal di sini.

Kopi ini masi hangat.

Sambil memperhatikan sekitar, perlahan Donpa mengeluarkan pedang sepanjang 30 cm dari pinggang belakangnya.

"Hallo ...."

"Siapa di sini?"

Mengendap-ngendap memasuki tiap ruangan tiba-tiba sebuah pisau dengan cepat mengarah ke kepala Donpa.

Merespon serangan, Donpa lantas menghindarinya lalu memperhatikan seseorang keluar dari balik pintu belakang berlari mendekatinya.

Dengan cepat sosok itu menyerang Donpa dengan sebuah pedang.

Donpa pun menahan serangan itu dengan pedangnya.

"Ri-ririn?"

Sontak terkejut yang menyerang Donpa adalah Ririn

Serangan Ririn begitu kuat, Donpa tidak mampu menahannya lalu mencoba membuang serangannya ke arah samping.

Dengan cepat Ririn melayangkan kakinya ke arah wajah Donpa.

Gerakannya begitu cepat.

Mencoba menangkis tendangan Ririn dengan lengannya, Donpa pun terlempar.

Sial.

Kakinya begitu kuat.

Grrak ....

Terdengar suara saat Donpa terlempar menghantam meja.

"Yoh! Apa kabar Mikaru?"

ucap Ririn sambil memainkan pisaunya.

Bagaimana bisa ia sekuat itu.

Dibandingankan dengan makhluk itu, tubuhmu begitu ringan dan lemah.

"Apa kau masih bisa berdiri?"

Bagaimana bisa.

Melihat sosok Ririn yang berdiri dihadapannya, Donpa mencoba kembali berdiri dengan kuda-kuda bertahan.

Terpopuler

Comments

Amanda

Amanda

berharapnya si mira 😂😂

2023-06-30

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!