Tak seperti sebelumnya, kini amarah dan kesedihan bertemu dalam satu titik di mana Mikaru kembali berdiri lalu beranjak pergi menuju ruangan yang ada didekatnya untuk menemui Meldanova.
"Wah-wah ... kau sudah baikan sekarang?"
Dari singgasananya Meldanova melihat sorot mata Mikaru yang begitu tajam.
"Bagaimana caramu mempelajari sihir?"
Pertanyaan Mikaru membuat Meldanova sedikit tertarik. "Wahh ...." Melebarkan satu sisi bibir sambil menatap serius Mikaru.
Mikaru lekas bersimpuh lutut dan berkata. "Ajarkan aku sihir."
Melihat gerak gerik Mikaru, membuat Meldanova tertawa. "HAHA ... apa yang memotivasimu untuk mempelajari sihir?"
"Tanpa dikatakanpun kau sudah tahu kan?" Mikaru menjawab.
"Kau ingin menghabisi mereka yang ada di pesisir pantai itu?"
"Tidak ...." Dengan tatapan tajam. "Lebih dari itu, kerajaannya akan kuhancurkan."
Seolah tampak begitu meyakinkan dan begitu percaya diri, Meldanova tertawa mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Mikaru. "HAHAHA ... MENARIK ... SANGAT MENARIK."
Lekas berdiri dari singgasananya, perlahan mendekati Mikaru. Tatapan Mereka bertemu, kini ia berdiri tepat dihadapan Mikaru yang sedang bersimpuh lutut.
Tampak seperti menyayangkan sesuatu yang tak dapat ia perbuat. "Aku tidak bisa mengajarkanmu sihir."
"Ajarkan aku apa saja ...." Sedikit kecewa Mikaru melanjutkan permohonannya. "Apa saja! Sesuatu yang dapat kulakukan."
Berbalik arah ke sisi kanan Mikaru, ia berjalan menuju pintu yang terbuka, mengarah ke luar, Meldanova berkata. "Aku bukan seorang guru yang bisa mengajarkanmu, tapi ...." Melirik ke arah Mikaru. "Aku akan membukakan aliran mana yang ada di dalam dirimu, sisanya kau bisa mempelajarinya sendiri."
Dari apa yang ia lihat Meldanova tampak di hujani cahaya dari pintu yang terbuka. Ia begitu berkilau dengan kata-katanya yang seakan menjawab semua permohonannya.
"Terima kasih ...." Melanjuti rasa kagumnya, ia bertanya. "Mana? Apa itu?"
"Mana adalah energi yang ada dalam tubuh manusia, dengan kata lain mana adalah jiwa seseorang. Setiap makhluk yang memiliki jiwa, ia pasti memiliki mana. Namun, kekuatan dari mana setiap makhluk itu berbeda-beda. Sebagai contoh kau!"
Mengembalikan pandangannya kepada Mikaru, lanjut menjelaskan.
"Saat pertama melihatmu, aku tidak tahu kau ini makhluk apa, kenapa ada makhluk yang tidak memiliki aliran mana, dan saat aku mengobatimu, aku mengerti. Mana yang ada di dalam dirimu terkunci, kehidupanmu sebelumnya bergantung pada core dan ilmu pengetahuan."
"Core dan ilmu pengetahuan?"
Semakin bingung dengan penjelasan Meldanova.
"Core adalah kemampuan fisik yang ada di tubuhmu, dan kau bisa melatih kemampuan itu."
"Sedangkan ilmu pengetahuan ... seperti inilah contohnya." Meldanova mengambil sebuah buku yang ada di meja lalu mengenggamnya. "Kurasa di tempatmu sebelumnya akan menggunakan ilmu pengetahuan untuk menghidupkan api lalu membakar buku ini bukan?"
"Tapi tidak di dunia ini, mereka yang memiliki mana bisa melakukan ini."
Buku yang ada di tangan Meldanova tiba-tiba terbakar.
"Ba-bagaimana kau melakukannya?"
Mikaru yang terkejut meminta penjelasan secara rinci proses yang dilakukan Meldanova.
"Tentu itu adalah mana yang kugunakan untuk membakar buku ini."
Meldanova melepaskan buku itu dari gengamannya.
"Kurang lebih begitu cara kerja mana yang digunakan para penyihir, tapi resiko yang dihasilkan dari pengguna, tubuhmu dapat kehilangan kesadaran, bahkan kau bisa mimisan tanpa tau dari mana asalnya."
"Jika dipaksakan ...?"
"Tentu saja kau akan mati dengan sendirinya, bodoh!"
"Aku mengerti, lalu core yang kau maksud?"
"Core adalah kekuatan fisik, core tidak menggunakan mana dari jiwa, melainkan kau menggunakan seluruh staminamu. Biasanya ini digunakan para prajurit, pendekar pedang dan semua yang menggunakan serangan fisik."
"Berikan contoh bagaimana menggunakan core."
"Tidak, aku tidak bisa ... kemampuanku adalah sihir."
"Aku ingin tahu resiko dan bentuk core itu."
"Resikonya, saat kau menggunakan core di luar batas. Tubuhmu bisa hancur dengan sendirinya, atau kerusakan tulang secara permanen."
"Maksudmu? Cacat seumur hidup?"
"Ya ... tapi kekuatan yang dihasilkan dari fisik kita meningkat lima sampai sepuluh kali lipat."
"Setelah mendengar penjelasanmu, aku ingin mempelajari keduanya."
"Memangnya siapa yang akan mengajarimu?"
"Bukannya kau?"
"Kau ini ... harus berapa kali kubilang, aku tidak bisa mengajarkanmu apa-apa. Aku hanya akan membuka aliran mana yang ada di dalam dirimu saja, sisanya kau sendiri yang mempelajarinya."
"Tidak apa-apa, itu lebih dari cukup, aku akan berlatih sampai aku menguasainya."
Dengan rasa percaya diri Mikaru bertekat mempelajari semuanya.
"Oh iya Meldanova, sudah sejauh ini aku belum memperkenalkan namaku."
"Sudah, aku sudah tahu."
"Tidak, namaku Donpa. Mulai saat ini dan sampai aku mati, aku tidak akan memakai nama depanku lagi."
"Hoo ...? Apa itu bagian dari perubahan awalmu?"
"Ya, dari sini ... aku tidak akan berbaik hati lagi."
Sudah sepantasnya merebut apa yang telah mereka rebut dan menghancurkan apa yang telah mereka hancurkan.
Keputusan Mikaru sudah bulat, ia akan menghancurkan kerajaan Melkuera serta mencari jalan pulang ke dunia asalnya.
Dengan begitu, manusia akan saling mengerti.
Fokus beralih pada Kameo dan Trisa, kini pasukan mereka telah sampai dihadapan bangkai Chimera berjenis Crock.
"Meski mereka tidak memiliki mana ataupun core, tetap lah waspada." Kameo memberitahukan pada pasukannya untuk bersiaga selagi ia dan Trisa memeriksa bangkai Crock.
Kameo dan Trisa membawa seratus pasukan eksplorasi untuk mencari tahu situasi dan kondisi yang dialami Kafa dan seluruh pasukannya. Mereka mencoba menelusuri informasi yang diberikan Kafa sebelum kematiannya, melalui surat kabar tentang suara bising dan ledakan besar yang ada di hutan Outcast.
Perjalanan mereka terhenti pada seekor bangkai Crock yang di tubuhnya tertancap tombak milik Rudof.
Trisa mencabut tombak yang tertancap di tubuh Crock dan berkata. "Hanya ada satu Crock, kurasa mereka tidak diserang, melainkan menyerang."
Setelah mengambil tombak yang tertancap ditubuh Crock, mereka melanjutkan perjalanan menuju Reruntuhan Kota.
Perjalanan mereka cukup panjang, hawa dingin mulai terasa, kabut tebal perlahan menyambut mereka.
"Kita telah sampai ke zona berbahaya." Peringatan dari Kameo pada pasukannya.
Kondisi hutan begitu curam, dataran yang tidak merata serta kabut tebal yang menutup jarak pandang mereka membuat langkah mereka perlahan melambat.
"Apa kau tidak merasa ada yang aneh, kapten?" Sambil memperhatikan keadaan hutan yang begitu hening.
Mata Trisa mengarah ke ranting-ranting pohon yang begitu besar di atas kepala mereka.
"KAPTEEENNN ...!!!" Teriak salah satu anggota yang berada di belakang.
Berbalik arah melirik ke sumber suara, Kameo bertanya. "Ada apa?"
Dengan tergesah-gesah ia berjalan melewati beberapa rekannya dan mendekati Kameo. "Hah ... hah ... ta-tadi." Dengan nafas yang terengah-engah setelah berlari.
"Tenangkan dirimu, ada apa?"
"Ta-tadi Krilin ada di sebelahku, tiba-tiba ia menghilang." Ia menyebutkan salah satu temannya.
"Apa di sisi lain?" Kameo memastikannya dengan berteriak memanggil namanya. "KRILIN ...!!! KAU MENDENGARKU?"
"KAPTEN ...!!!" Salah satu anggotanya kembali memanggil Kameo.
"Ada apa?"
"JA-JAMUO juga tidak ada." Tampak wajah cemas ia menyampaikannya pada Kameo.
"SEMUA BERSIAGA!"
"Sial ...! Aku hampir lupa, Buzuzima"
Kehadiran mereka telah diikuti oleh Buzuzima, Chimera pengintai milik Meldanova. Ia berkamuflase diantara pepohonan raksasa. Salah satu keunikannya, Buzuzima tidak terlihat secara kasat mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments